TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog Klinis, Roslina Verauli, menyatakan karyawan yang memiliki pandangan bahagia atau merasa bahagia memiliki kinerja lebih baik dibanding karyawan yang selalu berpikir negatif.
"Fakta ini berdasarkan meta analisis yang dilakukan kepada 200 penelitian, yang dikumpulkan terhadap lebih dari 200 ribu orang ," kata Roslina Verauli dalam acara peluncuran produk Samsung All Stars di CGV Blitz, Grand Indonesia, Selasa, 3 Mei 2016.
Menurut Roslina, penelitian tersebut memaparkan orang yang bahagia memiliki otak yang bahagia pula. "Otak yang bahagia ternyata membuat seseorang bekerja lebih baik," katanya. Meski begitu, menentukan sumber kebahagiaan dari seseorang adalah materi analisis yang sangat personal. Sebab, manusia memiliki derajat adaptasi yang berbeda dalam merasakan kebahagiaan.
Karena itu, menurut Roslina, sebelum seseorang mencari tahu apa yang membuatnya bahagia, orang harus tahu lebih dulu apa yang membuatnya tidak bahagia. "Terkadang, yang selama ini dipahami sebagai pembawa kebahagiaan, seperti uang dan pendidikan tinggi, belum tentu menjamin kebahagiaan seseorang," kata Roslina.
Psikolog yang juga bertugas di Rumah Sakit Pondok Indah ini percaya kebahagiaan diciptakan oleh diri sendiri. kebahagiaan yang diciptakan diri sendiri, menurut Verauli, dapat ditularkan kepada orang di lingkungan sekitar. Hal itu membawa dampak positif.
Meski bersifat personal, kebahagiaan memiliki peta. Menurut Roslina, orang merasa bahagia bila berada pada suatu lingkungan yang mendukung dan memberikan kepastian. Dengan dukungan dan kepastian, seseorang dapat memperkirakan kegiatan yang dapat dilakukan selanjutnya serta tidak merasa putus asa.
CHETA NILAWATY