Jaga Kesehatan Mental Tinggalkan 5 Kebiasan Ini di Tahun 2023

Reporter

Tempo.co

Editor

Yunia Pratiwi

Sabtu, 31 Desember 2022 06:00 WIB

Ilustrasi wanita tersenyum. Foto: Pixabay/Hu Thanh Ci

TEMPO.CO, Jakarta - Resolusi Tahun Baru yang khas cenderung terbagi dalam dua kategori: berhenti dari sesuatu yang tidak lagi menguntungkan atau mengambil kebiasaan baru dengan harapan hal itu akan terjadi. Untuk awal yang sehat di tahun baru, penting untuk fokus pada kesehatan mental Anda sama seperti kesehatan fisik Anda.

Berikut ini pakar kesehatan mental berbagi beberapa kebiasaan yang harus ditinggalkan menyambut tahun 2023. Dengan semua kebiasaan ini di benak Anda, 2023 pasti akan menjadi tahun penyembuhan dan pertumbuhan, jika Anda berkomitmen pada diri sendiri.

Kebiasaan yang harus dihindari jelang Tahun Baru


1. Tidak mendapatkan cukup vitamin D

Vitamin D tidak hanya memengaruhi perkembangan otak tetapi juga fungsi otak sehari-hari, bahkan melindungi otak Anda seiring bertambahnya usia. Meskipun Anda pasti bisa mendapatkan vitamin D dari sumber alami (seperti sinar matahari dan makanan tertentu), memilih suplemen berkualitas tinggi akan membuat pengecekan tingkat harian Anda menjadi lebih mudah.

2. Mengabaikan microbiome oral

Advertising
Advertising

Ahli saraf Dale Bredesen dan psikiater kedokteran fungsional Kat Toups setuju, mikrobioma oral terlalu sering diabaikan, padahal penting untuk fungsi otak yang sehat. Ini karena mulut Anda adalah pintu gerbang ke tubuh Anda dan awal dari saluran pencernaan Anda. "[Mulutmu] tepat di sebelah otak," kata Toups. "Dan apa yang ada di mulut dan hidung bisa masuk ke otak dengan sangat mudah... Sangat mudah bagi bakteri untuk melacaknya di sana."

Itu sebabnya "Saya menyarankan semua orang untuk memeriksa microbiome oral Anda," saran Bredesen. Ingat juga untuk membersihkan gigi setiap malam, batasi obat kumur antiseptik, dan perhatikan asupan gula dan alkohol Anda. Dengan gabungan semua kebiasaan ini, mikrobioma mulut Anda akan berada dalam kondisi yang lebih baik, dan mungkin juga otak Anda.

3. Toxic positivity

Kepositifan tidak selalu bermanfaat. Psikolog perkembangan Sasha Heinz, yang ahli dalam perubahan perilaku dan psikologi positif, mengatakan bahwa beberapa buku self-help dan slogan yang terlalu positif justru bisa menjadi bumerang.

"Orang-orang [berpikir] pekerjaan pengembangan diri ini murahan atau hanya tentang getaran yang baik," kata Heinz selama wawancaranya. "Itu sangat tidak benar." Nyatanya, pola pikir hanya positif sebenarnya tidak akan membawa Anda kemana-mana. Bukan berarti optimisme tidak penting—namun pesimisme juga bermanfaat, karena bersikap realistis tentang apa yang bisa dan tidak bisa Anda capai bisa menghasilkan kesuksesan yang lebih besar.

4. Mengatakan ya untuk semuanya


Menjadi orang yang menyenangkan bukanlah sifat permanen. Seperti yang dijelaskan oleh dokter dan pembicara terkenal Gabor Maté, orang menerima pesan di masa kanak-kanak bahwa agar dapat diterima, mereka harus patuh. "Mereka harus menekan keinginan mereka sendiri, kebutuhan mereka sendiri, perspektif mereka sendiri, dan mereka harus melayani orang lain," katanya. Akibatnya, mereka merasa tidak nyaman untuk mengatakan tidak seiring bertambahnya usia.

Tetapi jika Anda tidak tahu bagaimana mengatakan tidak, "ya Anda tidak berarti apa-apa," kata Maté. Jika Anda dengan enggan mengatakan ya pada suatu tugas, Anda juga bisa menjadi kesal, yang dapat berdampak fisiologis pada tubuh Anda. "Selain itu, Anda akan lelah setelahnya karena Anda sudah lelah sejak awal," kata Maté. "Jadi, tidak mengatakan tidak berdampak pada Anda." Anggap itu pertanda Anda untuk menetapkan batasan yang baik dan sehat.

5. Melampiaskan emosi kepada siapa pun


Mengekspresikan semua emosi Anda kepada seseorang (siapa saja!) yang mau mendengarkan adalah hal yang umum. Tetapi seperti yang dijelaskan oleh psikolog pemenang penghargaan Ethan Kross, itu tidak selalu merupakan ide terbaik. "Banyak orang berpendapat bahwa Anda sebaiknya melampiaskan emosi Anda. Jangan menyimpannya di dalam," katanya. Dan itu benar, sampai taraf tertentu.

Namun, Kross menyarankan untuk dua hal. "[Pertama], Anda ingin menemukan seseorang yang memungkinkan Anda untuk berbagi sedikit tentang apa yang Anda alami. Penting bagi Anda untuk merasa diakui, tetapi pada titik tertentu dalam percakapan, idealnya Anda menginginkan orang tersebut yang Anda ajak bicara untuk membantu memperluas perspektif Anda," katanya. Pada dasarnya, selektiflah dengan siapa Anda curhat, dan pastikan Anda tidak hanya berkubang bersama tanpa rencana tindakan.

MIND BODY GREEN

Baca juga: 5 Cara Menjaga Kesehatan Mental Saat Liburan Akhir Tahun

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Berita terkait

Jaga Selalu Kesehatan Mulut agar Terhindar dari Penyakit Ini

3 jam lalu

Jaga Selalu Kesehatan Mulut agar Terhindar dari Penyakit Ini

Penting untuk selalu menjaga kesehatan mulut agar tak mudah terkena penyakit terkait. Berikut di antaranya.

Baca Selengkapnya

Psikiater: Jangan Ukur Kebahagiaan Berdasar Standar Orang Lain

5 jam lalu

Psikiater: Jangan Ukur Kebahagiaan Berdasar Standar Orang Lain

Faktor penghambat kebahagiaan kerap berasal dari tekanan dalam diri untuk mencapai sesuatu dari standar mengukur kebahagiaan orang lain.

Baca Selengkapnya

Defisiensi Vitamin D Tingkatkan Risiko Anak Terkena Eksim

4 hari lalu

Defisiensi Vitamin D Tingkatkan Risiko Anak Terkena Eksim

Studi menyebutkan kekurangan vitamin D sangat berpengaruh terhadap meningkatnya prevalensi sensitisasi alergen, yang berpotensi eksim

Baca Selengkapnya

Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

4 hari lalu

Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

Mengelola stres adalah cara meredakan emosi yang harus terus dilatih setiap hari agar tidak mudah emosional si situasi yang buruk.

Baca Selengkapnya

Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

5 hari lalu

Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

Psikolog mengatakan wajar bila orang kecewa karena harapan tidak menjadi kenyataan tetapi rasa kecewa itu mesti dikelola agar tak sampai memicu stres.

Baca Selengkapnya

Ahli Sarankan Pasien PCOS Konsumsi Vitamin D

5 hari lalu

Ahli Sarankan Pasien PCOS Konsumsi Vitamin D

Ahli menyebutkan mengonsumsi vitamin D dapat membantu meringankan gejala PCOS

Baca Selengkapnya

Dokter Anak Sebut Penggunaan Gawai Terlalu Lama Bisa Picu Anak Tantrum

5 hari lalu

Dokter Anak Sebut Penggunaan Gawai Terlalu Lama Bisa Picu Anak Tantrum

Perhatian buat orang tua, bermain gawai dalam waktu lama dapat memicu perilaku negatif seperti tantrum pada anak.

Baca Selengkapnya

Jeda 3-7 Hari dari Media Sosial Bisa Meningkatkan Kesehatan Mental? Begini Penjelasannya

7 hari lalu

Jeda 3-7 Hari dari Media Sosial Bisa Meningkatkan Kesehatan Mental? Begini Penjelasannya

Sebuah studi penelitian 2022 terhadap anak perempuan 10-19 tahun menunjukkan bahwa istirahat di media sosial selama 3 hari secara signifikan berfaedah

Baca Selengkapnya

Pemalu Hingga Takut Bentuk Kecemasan Sosial pada Anak, Ini Cara Atasinya

7 hari lalu

Pemalu Hingga Takut Bentuk Kecemasan Sosial pada Anak, Ini Cara Atasinya

Kecemasan sosial pada anak bukan hanya sekadar berdampak menjadi pemalu, namun dapat menyebabkan anak merasa takut dan menghindari situasi sosial

Baca Selengkapnya

Tanda Ibu Hamil Alami Gangguan Mental

7 hari lalu

Tanda Ibu Hamil Alami Gangguan Mental

Gangguan mental pada ibu hamil perlu dikenali karena membuat perasaan tidak nyaman dan ada gangguan pada aktivitas sehari-hari.

Baca Selengkapnya