Studi Sebut Konsumsi Pemanis Buatan Berlebihan Dikaitkan dengan Kanker

Reporter

Tempo.co

Editor

Mila Novita

Minggu, 27 Maret 2022 15:30 WIB

Pemanis buatan (Pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Pemanis, apapun bentuknya, sejak lama dianggap tidak baik bagi kesehatan karena dikaitkan dengan penyakit obesitas, diabetes tipe 2, dan kardiovaskular. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa mengkonsumsi pemanis buatan dalam tingkat tinggi dapat meningkatkan risiko kanker.

Dilansir dari The Indian Express, pemanis buatan atau disebut sebagai siklamat terbukti meningkatkan kanker kandung kemih tikus. Namun, karena fisiologi manusia berbeda dengan tikus, studi observasional gagal menemukan hubungan antara pemanis dan kanker pada manusia.

Penelitian PLOS Medicine pekan lalu membuktikan adanya hubungan pemanis dan kanker pada manusia. Menurut pengamatan terhadap lebih dari 100.000 orang, diketahui bahwa partisipan yang mengkonsumsi beberapa pemanis tingkat tinggi, ternyata ada sedikit peningkatan risiko pengembangan jenis kanker tertentu.

Peneliti meminta para partisipan untuk membuat catatan harian makanan mereka untuk menilai asupan pemanis buatan. Peneliti mengikuti setengah dari peserta selama lebih dari delapan tahun. Hasil studi tersebut melaporkan bahwa aspartam dan acesulfame K memiliki keterkaitan risiko kanker. Kedua bahan tersebut lebih spesifik meningkatkan kanker payudara dan kanker yang berkaitan dengan obesitas, seperti kanker kolorektal, perut, dan prostat.

Bagaimana pemanis meningkatkan risiko kanker pada manusia? Makanan yang mengandung pemanis meniru efek gula pada reseptor rasa kita. Peniruan tersebut memberikan rasa manis yang intens dengan tanpa atau sangat sedikit kalori. Beberapa pemanis terjadi secara alami, seperti stevia atau sirup yacon. Sementara itu, pemanis lainnya seperti aspartam adalah pemanis buatan.

Advertising
Advertising

Meski mengandung sedikit atau tidak ada kalori, pemanis tetap mempengaruhi kesehatan manusia. Contohnya, aspartam yang berubah menjadi formaldehida (karsinogen) ketika tubuh mencernanya. Hal tersebut berpotensi membuatnya terakumulasi dalam sel dan menjadi kanker.

Sel manusia dirancang untuk menghancurkan otomatis ketika mereka berubah menjadi kanker. Namun, aspartam telah terbukti mematikan fungsi gen yang bertugas memberi tahu sel kanker untuk melakukan penghancuran otomatis tersebut. Pemanis lain seperti sucralose dan sakarin juga telah terbukti merusak DNA. Hal tersebut dapat mengarah ke kanker.

Pemanis juga mempengaruhi bakteri di usus manusia yang berarti dapat merusak sistem kekebalan, hal ini berarti mereka tak lagi mampu mengenali dan menghilangkan sel kanker. Namun, masih belum jelas hasil dari eksperimen berbasis sel dan hewan ini. Belum diketahui bagaimana pemanis memulai atau mendukung perubahan sel kanker. Banyak dari eksperimen tersebut juga akan sulit untuk diterapkan di manusia karena jumlah pemanis diberikan dalam dosis yang jauh lebih tinggi daripada yang pernah dikonsumsi manusia.

Berdasarkan bukti saat ini, pemanis secara umum dapat mempengaruhi kenaikan berat badan. Studi baru-baru ini memperhitungkan indeks massa tubuh seseorang, terdapat kemungkinan bahwa perubahan lemak tubuh mungkin berpartisipasi pada berkembangnya banyak jenis kanker, tapi belum tentu karena pemanis itu sendiri.

Mereka yang mengkonsumsi pemanis buatan tingkat tertinggi, memiliki risiko terkena kanker sebesar 13 persen relatif lebih tinggi, dibandingkan mereka yang mengkonsumsi pemanis buatan dalam jumlah terendah dalam periode penelitian. Jadi, perbedaan tingkat risikonya hanya sedikit lebih tinggi bagi mereka yang mengkonsumsi pemanis lebih tinggi daripada yang mereka yang lebih rendah.

Hubungan antara pemanis dan kanker masih kontroversial. Namun, penting untuk mengetahui bahwa tidak semua pemanis bersifat sama. Pemanis seperti aspartam dan sakarin memang dapat dikaitkan dengan kesehatan buruk, namun berbeda dengan stevia dan xylitol.

Stevia merupakan hasil dari tanaman Stevia rebaudiana, yang telah dilaporkan khasiatnya untuk mengendalikan diabetes dan berat badan. Selain itu, stevia juga dapat menurunkan tekanan darah. Sementara, xylitol yang merupakan alkohol gula alami, juga dapat mendukung sistem kekebalan dan pencernaan.

Kedua pemanis tersebut juga telah terbukti melindungi gigi dari kerusakan, hal ini kemungkinan karena kedua bahan tersebut membunuh bakteri jahat di mulut. Jadi, hal penting yang perlu diingat adalah bukan jumlah pemanis yang dikonsumsi, melainkan jenis pemanis yang digunakan.

BERNADETTE JEANE WIDJAJA | THE INDIAN EXPRESS

Baca juga: 6 Pemanis Alami Pengganti Gula, Ada Sirop Maple dan Kurma

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Berita terkait

Tips Diet Sehat untuk Pasien Obesitas, Tetap Makan Teratur Asal...

3 menit lalu

Tips Diet Sehat untuk Pasien Obesitas, Tetap Makan Teratur Asal...

Dokter bagikan sejumlah tips diet sehat agar massa lemak dalam tubuh dapat berkurang serta mengatasi obesitas.

Baca Selengkapnya

Kemenkes Minta Jemaah Haji Waspada Virus MERS-CoV, Ini Penularan dan Gejalanya

1 hari lalu

Kemenkes Minta Jemaah Haji Waspada Virus MERS-CoV, Ini Penularan dan Gejalanya

Kemenkes minta jemaah haji mewaspadai virus MERS-CoV pada musim haji. Berikut gejalanya dan risiko terinfeksi virus ini.

Baca Selengkapnya

Kemenkes Ungkap Perilaku Masyarakat Tingkatkan Risiko Hipertensi

1 hari lalu

Kemenkes Ungkap Perilaku Masyarakat Tingkatkan Risiko Hipertensi

Kemenkes menyebut tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia dengan 90-95 persen kasus didominasi hipertensi esensial.

Baca Selengkapnya

Waspada Dampak Obesitas pada Anak

3 hari lalu

Waspada Dampak Obesitas pada Anak

Dampak obesitas pada anak terhadap harapan hidup sangat besar.

Baca Selengkapnya

Dua Kubu Masyarakat Dalam Budaya Olahraga, yang Malas dan Ekstrem

3 hari lalu

Dua Kubu Masyarakat Dalam Budaya Olahraga, yang Malas dan Ekstrem

Banyak pula orang yang baru mulai olahraga setelah divonis mengalami penyakit tertentu.

Baca Selengkapnya

Kejagung Tetapkan Eks Kakanwil Bea Cukai Riau Jadi Tersangka Korupsi Importasi Gula

4 hari lalu

Kejagung Tetapkan Eks Kakanwil Bea Cukai Riau Jadi Tersangka Korupsi Importasi Gula

Jadi tersangka kasus importasi gula, eks Kakanwil Bea Cukai Riau Ronny Rosfyandi ditahan di Rutan Salemba Cabang Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan.

Baca Selengkapnya

Pengobatan Kanker Dikabarkan Bikin Raja Charles III Kehilangan Indera Perasa

4 hari lalu

Pengobatan Kanker Dikabarkan Bikin Raja Charles III Kehilangan Indera Perasa

Raja Charles III dikabarkan mengalami kehilangan indera perasa sebagai efek samping dari pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Ungkap Efek Samping Setelah Pengobatan Kanker

6 hari lalu

Raja Charles III Ungkap Efek Samping Setelah Pengobatan Kanker

Raja Charles III sempat berbagi pengalaman dengan veteran Angkatan Darat yang menderita kanker

Baca Selengkapnya

Risiko Diabetes dan Obesitas Lebih Tinggi pada Pekerja Shift Malam

8 hari lalu

Risiko Diabetes dan Obesitas Lebih Tinggi pada Pekerja Shift Malam

Hanya beberapa hari bekerja jadwal shift malam dapat mempengaruhi perkembangan kondisi metabolik kronis dengan risiko diabetes dan obesitas.

Baca Selengkapnya

Pengukuhan Edi Suharyadi sebagai Guru Besar FMIPA UGM, Paparkan Hipertermia Magnetik untuk Penyakit Kanker

8 hari lalu

Pengukuhan Edi Suharyadi sebagai Guru Besar FMIPA UGM, Paparkan Hipertermia Magnetik untuk Penyakit Kanker

UGM mengukuhkan Edi Suharyadi sebagai guru besar aktif FMIPA UGM ke-42.Ini profil dan pidato pengukuhannya soal perkembangan riset bidang nanomaterial

Baca Selengkapnya