Mitos, Fakta dan Beberapa Pertanyaan Seputar Selaput Dara

Reporter

Tempo.co

Editor

Dwi Arjanto

Jumat, 18 Februari 2022 17:36 WIB

Ilustrasi vagina. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta Hingga saat ini, banyak orang masih menilai bahwa selaput dara adalah simbol keperawanan.

Padahal, penilaian tersebut tidaklah benar. Sebetulnya apa itu selaput dara?

Melansir laman flo.health, selaput dara adalah jaringan tipis dan elastis yang terletak di bawah lubang vagina. Jaringan ini memiliki ukuran dan bentuk yang berbeda-beda, serta dapat berubah seiring berjalannya waktu.

Selaput dara yang benar-benar menutupi lubang vagina mungkin terlihat seperti cakram tipis atau cincin. Sementara selaput dara yang tidak sepenuhnya menutupi lubang vagina mungkin akan terlihat seperti bulan sabit.

Selaput dara yang normal umumnya memiliki lubang bukaan. Beberapa wanita memiliki lubang bukaan yang kecil, sementara beberapa yang lain memiliki banyak lubang bukaan. Selaput dara juga mungkin memiliki tag kulit, tonjolan, atau takik yang disebut caruncles himen.

Selaput dara sebagian besar terdiri dari jaringan elastis yang dapat bergerak dan meregang saat kulit di sekitar vagina bergerak. Bagian selaput dara yang menempel pada vulva sedikit lebih tebal atau lebih padat daripada lipatan selaput yang bergerak bebas dari permukaan kulit. Bagian membran yang bergerak bebas tidak mengandung serabut saraf, otot, atau sel darah, sehingga tidak mungkin berdarah atau sangat sakit meskipun robek.

Advertising
Advertising

Apakah Setiap Wanita Memiliki Selaput Dara?

Dilansir dari Natural Cycles, beberapa wanita dilahirkan dengan selaput dara yang kecil atau tanpa selaput dara sama sekali. Hal ini normal dan tidak membutuhkan perhatian medis.

Banyak orang kerap mengartikan wanita yang selaput daranya rusak atau tidak utuh pasti disebabkan oleh hubungan seks. Padahal, selaput dara juga bisa rusak karena hal lain, seperti olahraga atau penggunaan produk menstruasi seperti tampon.

Selain itu, pada banyak wanita, selaput dara bisa menipis dari waktu ke waktu tanpa pertanda apapun. Bagi yang lain, robekan mungkin lebih jelas jika selaput dara lebih tebal dan kurang elastis.

“Ini mungkin sama sekali tidak terlihat atau anda mungkin mengalami rasa sakit atau pendarahan setelah pemasangan tampon pertama atau hubungan seks pertama," kata Mary Rosser, direktur divisi untuk obstetri dan ginekologi umum di Montefiore Health System, sebagaimana dikutip dari SELF.

Selaput Dara dan Tes Keperawanan

Pada banyak negara, anak perempuan seringkali dipaksa untuk menjalani tes keperawanan karena berbagai alasan. Di beberapa daerah, tes keperawanan pada korban perkosaan untuk memastikan apakah pemerkosaan terjadi atau tidak juga sudah menjadi praktik yang umum.

Tes ini biasanya dilakukan dengan memeriksa robekan atau ukuran pembukaan selaput dara.

Jika selaput dara seorang anak perempuan robek, maka ia dianggap sudah tidak perawan. Hasil tes ini kemudian dapat mempengaruhi penilaian masyarakat terhadap moral, kehormatan, dan status sosialnya. Padahal, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, selaput dara juga bisa robek karena sebab-sebab lain.

Menurut WHO, sebagaimana dilansir dari laman resminya, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa tes keperawanan dapat membuktikan apakah seseorang telah melakukan hubungan seksual atau belum.

Tes keperawanan dengan memeriksa robekan selaput dara tidak hanya melanggar hak asasi perempuan. Namun dalam kasus perkosaan juga dapat menyebabkan rasa sakit tambahan atau membuat korban kembali trauma.

SITI NUR RAHMAWATI
Baca juga: 7 Mitos Keperawanan, Faktanya Tak Semua Wanita Punya Selaput Dara

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.




Berita terkait

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

16 jam lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

4 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

18 hari lalu

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

Kenali ragam penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian secara global.

Baca Selengkapnya

Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

21 hari lalu

Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

Hari Kesehatan Sedunia 2024, diharapkan terwujudnya kesehatan bagi semua agar mendapat akses pelayanan kesehatan bermutu.

Baca Selengkapnya

Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

22 hari lalu

Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

Kilas balik Hari Kesehatan Dunia dan terbentuknya WHO

Baca Selengkapnya

Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

24 hari lalu

Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

Jika daging sapi atau daging merah dikonsumsi berlebihan dapat mengancam kesehatan. Bagaimana sebaiknya?

Baca Selengkapnya

Kepala WHO Akui Rumah Sakit Al Shifa Gaza Hancur

26 hari lalu

Kepala WHO Akui Rumah Sakit Al Shifa Gaza Hancur

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Rabu, 3 Apil 2024, mengungkap kehancuran di Rumah Sakit Al Shifa di Gaza

Baca Selengkapnya

Studi: Hanya Tujuh Negara Penuhi Standar Kualitas Udara WHO, Indonesia Belum

41 hari lalu

Studi: Hanya Tujuh Negara Penuhi Standar Kualitas Udara WHO, Indonesia Belum

Laporan IQAir memaparkan hanya tujuh negara yang kualitas udaranya memenuhi standar WHO.

Baca Selengkapnya

Ketua MER-C Ungkap Tantangan Kirim Tim Medis ke Gaza

41 hari lalu

Ketua MER-C Ungkap Tantangan Kirim Tim Medis ke Gaza

Tim medis yang dikirim oleh MER-C berhasil mencapai Gaza dengan bantuan WHO.

Baca Selengkapnya

11 Tenaga Medis MER-C Tiba di Gaza, Masuk dengan Bantuan WHO

41 hari lalu

11 Tenaga Medis MER-C Tiba di Gaza, Masuk dengan Bantuan WHO

MER-C bekerja sama dengan WHO untuk mengirim tim medis yang beranggotakan 11 orang ke Gaza.

Baca Selengkapnya