3 Tips Mengendalikan Kecemasan dan Kekhawatiran di Tengah Penyebaran Omicron

Rabu, 8 Desember 2021 18:20 WIB

Ilustrasi wanita cemas. Freepik.com/Wayhomestudio

TEMPO.CO, Jakarta - Selama 2 tahun terakhir kecemasan dan kekhawatiran tentang bahaya Covid-19 terus menghantui kita. Pada awal penyebaran Covid-19 pada Maret 2020, kita terpaksa berdiam diri di rumah tanpa tau apa yang terjadi sebenarnya. Kemudian para ahli mulai mempelajari apa yang menyebabkan virus itu menular termasuk, makan di luar ruangan, berkerumun, dan menjaga jarak.

Pada musim semi, para ahli menemukan harapan menghentikan pandemi dengan bentuk vaksin yang disetujui oleh FDA sampai akhirnya varian Delta membuat cemas dan para ahli masih berusaha untuk menyebarluaskan dosis vaksin ke setiap negara. Namun akhir 2021 dikejutkan dengan munculnya varian Omicron. Hal ini tentu menimbulkan kekhawatiran dan kecemasan banyak orang.

"Kecemasan adalah sistem peringatan," kata psikolog klinis, Helene Brenner. Kecemasan berfungsi untuk memperingatkan kita akan kemunculan bahaya atau ancaman. Menurut Dr. Branner, setelah mendengar berita tentang pandemi tubuh kita akan bereaksi ketika ketakutan dan merasa terancam salah satunya dengan menimbulkan kecemasan.

Dengan pemikiran ini, psikoterapis dan ahli saraf berlisensi Nan Wise, mengatakan varian COVID yang muncul pada akhirnya merupakan masalah ketidakpastian, itulah sebabnya mereka menyebabkan kecemasan yang membingungkan. Tidak mengetahui apakah varian baru akan lebih menular dan parah dan juga tidak yakin tentang bagaimana vaksin pelindung melawannya adalah pertanyaan dengan jawaban yang tidak pasti, yang hanya akan memicu kecemasan varian COVID.

Tetapi karena kecemasan itu menjadi tujuan yang bermanfaat untuk mengingatkan kita akan bahaya nyata, dan jawaban untuk mengatasinya bukan untuk menghilangkannya, melainkan mempelajari cara untuk menanganinya.

Advertising
Advertising

Berikut ini 3 cara mengelola kecemasan akibat varian Omicron menurut pakar kesehatan mental

1. Jangan menekan kecemasan Anda

Tujuan Anda bukan untuk menghilangkan kecemasan varian Covid-19 melainkan untuk menyadarinya dan menanganinya. Carla Marie Manly, seorang psikoterapis mengatakan, jika ia membaca sesuatu yang membantunya cemas. Dia akan berhenti dan bernafas untuk menanganinya saat itu. "Ketika kita sedang cemas dan melewatinya, kita membantu sistem saraf pusat untuk menurunkan regulasi," kata Manly. Di situ waktunya Anda mengatur kembali pernafasan Anda.

2. Tetap terinformasi, tetapi jangan biarkan berita mengambil alih diri Anda

Terutama dalam hal penyakit mematikan, sangat penting untuk mengetahui berita terbaru. Karena itu, Anda juga mendapat manfaat dari menjauh dari berita dan media sosial setelah Anda mendapatkan informasi terbaru. Jika tidak, pengalaman berulang kali dibombardir dengan informasi dapat mmempengaruhi emosi kita dan, pada gilirannya, pikiran kita. "Itu bisa menjadi pemicu stres dengan sendirinya," kata psikoterapis dan ahli saraf berlisensi Nan Wise. "Terlalu banyak media sosial membajak dopamin di otak kita, yang mengganggu kemampuan kita untuk bisa rileks."

Menurut Dr. Manly, jawabannya di sini adalah menyadari apa dan berapa banyak yang Anda konsumsi dan kapan. Dia menyarankan untuk memeriksa berita di pagi hari sehingga otak Anda memiliki waktu sehari penuh untuk memproses informasi itu serta menyortir bagaimana perasaan Anda tentangnya. Jika Anda merasa sangat terpengaruh saat menonton berita, cobalah mendengarkannya di radio atau membacanya. Dr. Manly mengatakan menghilangkan komponen stimulasi visual dapat membuat otak Anda tidak terlalu terpengaruh. Dengan penuh perhatian perhatikan bagaimana berbagai bentuk konsumsi memengaruhi Anda, dan pilih bentuk apa pun yang memungkinkan Anda tetap terinformasi dan kuat secara mental.

3. Lakukan hal-hal yang Anda sukai (dengan aman)

Ini berarti Anda bisa menghabiskan waktu dengan bertemu orang-orang yang Anda sayangi. "Isolasi mandiri memiliki efek berjangka panjang pada manusia. Saya melihat lebih banyak depresi, kecemasan, dan masalah jangka panjang ketika mereka tidak terhunung dengan siapa pun karena harus di rumah sepanjang waktu," kata Dr. Brenner.

Tentu saja, tidak semua orang merasa nyaman bergaul dengan orang lain secara langsung. Jika melakukan itu bukan satu hal yang menyenangkan Anda, cobalah untuk berjalan-jalan, menari, atau mewarnai. Apa pun yang Anda bisa lakukan untuk bersenang-senang. "Relaksasi dan kesenangan berbanding balik dengan kecemasan, Anda tidak bisa bersenang-senang dan cemas pada waktu yang bersamaan. Maka lakukanlah apa yang membuatmu tertawa," kata Dr. Branner.

Jangan lupa #PakaiMasker #JagaJarak #CuciTangan #BatasiMobilitas #JauhiKerumunan

Baca juga: 5 Hal yang Perlu Dipertimbangkan saat Traveling di Tengah Penyebaran Omicron

SHELAMITA AZZAHRA | WELL AND GOOD

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Berita terkait

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

5 jam lalu

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

Asosiasi Persepatuan Indonesia menanggapi tutupnya pabrik sepatu Bata. Pengetatan impor mempersulit industri memperoleh bahan baku.

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

5 jam lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

2 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

2 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

2 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

2 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

3 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

3 hari lalu

Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

Ibu hamil mengonsumsi paracetamol perlu baca artikel ini. Apa saja yang harus diperhatikan?

Baca Selengkapnya

Alami Burnout karena Merawat Orang Tua Demensia, Begini Saran Pakar

4 hari lalu

Alami Burnout karena Merawat Orang Tua Demensia, Begini Saran Pakar

Merawat orang tua dengan demensia menyebabkan burnout, apalagi jika Anda harus merawat anak juga alias generasi sandwich. Simak saran pakar.

Baca Selengkapnya

Perkokoh Kesehatan Mental dengan 4 Tips Berikut

4 hari lalu

Perkokoh Kesehatan Mental dengan 4 Tips Berikut

Psikolog menyarankan empat praktik untuk menjaga kesehatan mental dan meningkatkan kekuatan mental, baik di tempat kerja maupun di rumah.

Baca Selengkapnya