Ketahui Pentingnya Fase Folikular dalam Siklus Menstruasi
Reporter
Tempo.co
Editor
Yunia Pratiwi
Senin, 1 November 2021 08:26 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Siklus menstruasi seorang wanita sering dikaitkan dengan PMS, mengidam, dan kram. Namun jika Anda belajar memahami apa yang terjadi pada hormon selama setiap fase, Anda dapat mengoptimalkan siklus menstruasi dengan lebih baik—dan mengingat proses ini terjadi setiap bulan untuk kehidupan reproduksi wanita, memahaminya sangatlah penting.
Melansir laman Mind Body Green, dokter kebidanan dan kandungan Anna Cabeca menjelaskan secara medis, ada empat fase siklus menstruasi: menstruasi, fase folikular, ovulasi, dan fase luteal. Tetapi secara teknis kita dapat membaginya menjadi dua fase saja: fase folikular dan fase luteal. Awal fase folikular terjadi selama menstruasi, ketika ada peningkatan hormon perangsang folikel (FSH), dan berakhir dengan ovulasi.
Selama fase folikular, otak memberi sinyal pelepasan FSH, yang melepaskan kantung berisi cairan yang disebut folikel, yang berisi telur yang belum matang. Ketika kadar estrogen meningkat, suplai pembuluh darah juga meningkat, dan lapisan dalam rahim mulai menebal. Sekitar 11 hingga 20 folikel berkembang selama fase folikel ini. Selama perkembangan ini, satu oosit akan menjadi lebih dominan daripada yang lain dan pada akhirnya akan dilepaskan—saat itulah seseorang bisa hamil.
Ada juga peningkatan hormon luteinizing (LH), yang sedikit memuncak pada akhir fase folikular. Ini terjadi tepat sebelum ovulasi dan inilah yang merangsang pelepasan sel telur yang matang.
Gejala fase folikular biasanya meliputi peningkatan energi, kejernihan, dan suhu tubuh yang cukup hangat dari 97 menjadi 97,5 di basal (artinya suhu Anda adalah hal pertama di pagi hari, bahkan sebelum Anda bangun dari tempat tidur). Fase folikular dapat berlangsung dari 11 hingga 27 hari, dimulai dengan menstruasi dan berakhir dengan ovulasi. Meskipun tidak ada yang namanya siklus menstruasi "normal", rata-rata waktu yang dihabiskan orang dalam fase folikular tampaknya sekitar 16 hari.
Biasanya, jika fase folikular Anda lebih pendek, itu berarti ovulasi lebih awal. Jika lebih lama, biasanya itu berarti, anovulasi, artinya Anda tidak berovulasi pada bulan itu atau tubuh Anda membutuhkan waktu lebih lama untuk berovulasi (yaitu, melepaskan sel telur yang matang).
Fase folikular yang lebih lama telah dikaitkan dengan kekurangan vitamin D, tetapi itu juga bisa menjadi tanda kekurangan estrogen, paparan pengganggu endokrin, atau riwayat pil KB. Namun jika Anda melakukan hubungan intim menjelang akhir fase folikular, Anda masih bisa hamil. Sperma akan bertahan hingga fase luteal (pada kenyataannya, itu biasanya berlangsung tiga hari, atau 72 jam), yang berarti dapat tetap kuat bahkan setelah ovulasi.
Untuk mengoptimalkan fase folikular Anda dapat mengkonsumsi makan lemak sehat, protein berkualitas tinggi, dan banyak sayuran berdaun hijau tua sangat penting untuk menyehatkan tubuh Anda. Plus, makan makanan pendukung pencernaan ini dapat membantu Anda memetabolisme estrogen lebih efisien. Jika memungkinkan, Cabeca juga merekomendasikan membeli makanan organik untuk menghilangkan paparan pestisida yang tidak diinginkan.
"Pada akhir fase folikular, ketika LH Anda memuncak, Anda juga akan memiliki puncak testosteron. Oleh karena itu, akan sangat membantu untuk melakukan lebih banyak latihan interval intensitas tinggi dan mengangkat beban yang lebih berat selama waktu ini," ujar Cabeca.
Selain itu, selama fase folikular menghindari pengganggu endokrin penting untuk menjaga kadar hormon Anda (terutama estrogen) berfungsi secara optimal. Ini dapat mencakup botol air plastik, makanan dengan pestisida, produk rias tertentu yang mengandung bahan kimia, perlengkapan pembersih, atau deterjen dan lainnya. "Dan tentu saja, seperti yang selalu saya katakan, batasi gula halus dan makanan olahan, dan jika Anda makan keju atau mentega, pilihlah pilihan organik dari sapi yang diberi makan rumput," kata Cabeca
Sambil menjaga kesehatan indung telur dimulai sejak masa muda, tidak ada kata terlambat untuk mengubah peluang yang menguntungkan Anda dengan mendukung tubuh Anda dengan diet sehat dan olahraga rutin. "Penting, tidak hanya untuk memiliki siklus menstruasi yang lancar dan mudah, mengurangi ketidaknyamanan yang terkait dengan PMS, tetapi juga untuk melewati menopause tanpa terlalu banyak gejala," tambah Cabeca. "Menghilangkan paparan bahan kimia pengganggu endokrin dengan kemampuan terbaik Anda, meningkatkan kadar vitamin D, meningkatkan rutintias olahraga, dan mengelola tingkat stres dapat membantu secara signifikan dalam mengatur fase folikular."
Baca juga: Mengapa Berat Badan Bertambah Saat Menstruasi?