Kanker Ovarium Sulit Dideteksi, Waspada Jika Mengalami Gejala Ini

Reporter

Tempo.co

Editor

Mila Novita

Senin, 13 September 2021 09:26 WIB

Ilustrasi sakit perut. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Kesadaran perempuan akan bahaya kanker ovarium main meningkat, sayangnya belum ada tes skrining rutin untuk mendeteksi dini penyakit ginekologi paling mematikan itu. Itulah sebabnya, penting mewaspadai setiap perubahan pada organ reproduksi.

Dilansir dari eatthis.com, kanker ovarium adalah istilah umum untuk sebagian besar kanker yang terkait dengan ovarium, baik di tuba maupun arela lain di sekitarnya. Rata-rata, wanita memiliki kemungkinan 1,3 persen terkena kanker ovarium. Menurut National Cancer Institute Amerika Serikat, terdapat 22.500 kasus per tahun.

Tidak ada penyebab yang jelas kanker ovarium, namun wanita yang membawa gen BRCA1 dan BRCA2 yang langka memiliki risiko 30 hingga 40 persen lebih tinggi terkena kanker ovarium atau payudara. Aktris Angelina Jolie, yang ibunya meninggal karena kanker payudara pada 2007, menjalani mastektomi serta pengangkatan ovarium dan saluran tuba pada 2013 setelah mengetahui bahwa ia memiliki gen BCRA1.

Faktor lain yang membuat wanita berisiko lebih tinggi terkena penyakit ini antara lain menopause terlambat, endometriosis dan infertilitas, selain faktor lingkungan dan gaya hidup seperti obesitas.

Sayangnya, gejala kanker ovarium sangat samar dan seringkali tidak terdeteksi. Gejalanya awalnya bisa tampak biasa, seperti merasa cepat kenyang, kembung terus-menerus yang tidak kunjung hilang, perubahan halus pada saluran pencernaan, rasa penuh dan nyeri panggul, pendarahan tidak teratur dan aneh. Itulah yang membuat deteksi kanker sulit.

Sangat jarang tapi bisa terjadi, kanker ovarium diawali dari kista yang tak kunjung hilang bahkan membesar. Ketika kista tumbuh sangat besar mulai menekan organ lain di perut atau jika kanker ovarium telah menyebar ke organ jauh, maka gejalanya akan terasa lebih berat.

Advertising
Advertising

Gejala lain yang bisa muncul antara lain kehilangan selera makan, sering buang air kecil, sembelit, diare, nyeri saat berhubungan seksual, serta mual dan muntah.

Tidak ada pencegahan atau pengujian yang jelas terhadap kanker ovarium, namun para peneliti menemukan bahwa pil KB disebut dikaitkan dengan risiko yang lebih rendah terkena penyakit ini. Selain itu, ligasi tuba (mengikat tuba) atau melepaskan tuba falopi juga dikaitkan dengan pengurangan risiko terkena kanker ovarium.

"Kami tidak merekomendasikan biopsi kista ovarium," kata Ashley F. Haggerty, asisten profesor kebidanan dan ginekologi di Rumah Sakit University of Pennsylvania, Amerika Serikat. "Wanita dengan diagnosis kanker ovarium harus melakukan tes genetik karena ini adalah informasi penting bagi mereka dan keluarga, juga memberikan pilihan pengobatan tambahan untuk pasien tersebut."

Wanita memiliki risiko genetik kanker ovarium dianjurkan untuk mengangkat saluran tuba dan ovarium setelah tak lagi ingin memiliki anak, menurut Haggerty, atau pada usia 35 hingga 45 tahun tergantung pada mutasi.

"Jika tidak memiliki risiko genetik tinggi, maka tidak ada tes rutin yang dilakukan untuk skrining kanker ovarium," kata Haggerty. Kalaupun dokter menemukan kista pada pemeriksaan, dokter mungkin akan menyarankan pencitraan ginekologi yang lebih spesifik untuk menilai apakah kista terlihat normal atau lebih mengkhawatirkan.

Deteksi dini k anker ovarium bisa dilakukan dengan menelusuri riwayat keluarga dan memperhatikan gejala tetap yang muncul. “Menurut saya, jika memiliki riwayat keluarga dengan kanker payudara atau kanker lainnya, ada baiknya berkonsultasi dengan dokter."

Baca juga: 6 Faktor yang Bikin Wanita Berisiko Tinggi Terkena Kanker Ovarium

Berita terkait

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

2 hari lalu

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

Pemenang lotere jackpot bersejarah Powerball Amerika Serikat senilai lebih dari Rp21 triliun adalah seorang imigran dari Laos pengidap kanker

Baca Selengkapnya

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

2 hari lalu

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

Dokter menjelaskan cara mengendalikan nyeri pada pasien kanker. Berikut yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

5 hari lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Tikus Sering Menjadi Hewan Percobaan, Ternyata Ini Alasannya

5 hari lalu

Tikus Sering Menjadi Hewan Percobaan, Ternyata Ini Alasannya

Biasanya, ketika melakukan penelitian dalam dunia medis, peneliti kerap menggunakan tikus. Lantas, mengapa tikus kerap menjadi hewan percobaan?

Baca Selengkapnya

Autisme Tak Selalu karena Faktor Genetik dan Bukan Penyakit

7 hari lalu

Autisme Tak Selalu karena Faktor Genetik dan Bukan Penyakit

Orang tua tidak usah cemas jika memiliki anak yang mengalami gangguan spektrum autisme karena tak selalu karena genetik dan bukan penyakit.

Baca Selengkapnya

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

9 hari lalu

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

Gaya hidup tidak sehat dan cenderung kebarat-baratan memicu pasien kanker usia muda semakin banyak.

Baca Selengkapnya

Memahami Tahapan Alzheimer, pada Usia Berapa Biasa Terserang?

9 hari lalu

Memahami Tahapan Alzheimer, pada Usia Berapa Biasa Terserang?

Meski biasanya dialami lansia atau usia 65 tahun ke atas, orang yang lebih muda juga bisa kena Alzheimer. Kenali tahapannya agar waspada gejalanya.

Baca Selengkapnya

Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

10 hari lalu

Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

Dokter menjelaskan metode penyembuhan kanker darah dengan melakukan transplantasi sel punca atau stem cell. Simak penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

10 hari lalu

Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

Masyarakat diminta menghindari paparan zat asing demi mencegah risiko kanker darah. Apa saja yang dimaksud?

Baca Selengkapnya

Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

12 hari lalu

Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

Hati-hati, asap rokok dapat meningkatkan 20 kali risiko utama kanker paru, baik pada perokok aktif maupun pasif. Simak saran pakar.

Baca Selengkapnya