Risiko Terlalu Banyak Makan Protein, Dehidrasi hingga Batu Ginjal

Reporter

Tempo.co

Editor

Mila Novita

Senin, 5 April 2021 07:41 WIB

Ilustrasi daging ayam (Pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Di antara tiga makronutrien yang dibutuhkan tubuh, karbohidrat, lemak, dan protein, proteinlah yang memiliki reputasi paling baik di mata pencinta kebugaran. Menurut U.S. National Library of Medicine, protein dibutuhkanuntuk membuat dan memperbaiki sel tubuh.

David Buchin, direktur bedah bariatrik di Rumah Sakit Huntington, Amerika Serikat, mengatakan kebanyakan orang dewasa hanya membutuhkan 40 hingga 50 gram per hari. Namun, kebanyakan orang makan lebih dari yang dibutuhkan.

Makan terlalu banyak protein ternyata berdampak negatif bagi tubuh. Dilansir dari Livestrong, inilah lima efek kelebihan protein.

1. Dehidrasi

Menurut Alicia Galvin, ahli diet residen untuk Sovereign Laboratories Amerika Serikat, produsen suplemen, makan beberapa jenis protein seperti daging, tellur, yogurt Yunani dan makanan tinggi protein lainnya bisa membuat Anda merasa dehidrasi, meski asupan air tetap seperti biasanya.

Alasannya, diet protein tinggi dapat menyebabkan peningkatan kadar nitrogen, menurut Mayo Clinic. "Salah satu komponen protein adalah nitrogen. Dan jika Anda makan terlalu banyak protein, tubuh akan mencoba membuang nitrogen ekstra itu, yang akan menyebabkan pembuangan air dan meningkatkan buang air kecil," kata Galvin.

Advertising
Advertising

2. Sakit kepala dan lemah

Sakit kepala dan kelelahan adalah dua efek samping lainnya yang dapat terjadi jika Anda mengalami dehidrasi karena makan terlalu banyak protein, kata Galvin.

Gejala-gejala ini juga bisa muncul akibat tubuh berada dalam kondisi ketosis, kata Buchin. "Ketika Anda menjalani sebagian besar diet protein, Anda ketonic," katanya.

Ketosis adalah keadaan metabolisme yang terjadi ketika tubuh mengandalkan lemak untuk bahan bakar daripada gula dari karbohidrat seperti pada diet keto, menurut UChicago Medicine.

"Anda merasa lemah karena tidak memiliki banyak gula di tubuh," kata Buchin.

Baca juga: 6 Makanan Diet Tinggi Protein dan Rendah Karbohidrat yang Disarankan Ahli

3. Napas bau

Banyak orang melaporkan mengalami bau mulut akibat diet tinggi protein. "Baunya seperti buah busuk," kata Buchin.

Itu mungkin karena tubuh dalam ketosis dapat menghasilkan aseton, bahan yang sama yang ditemukan dalam penghapus cat kuku. Kehadiran aseton keton dalam napas bisa menjadi indikator bahwa seseorang mengalami ketosis, menurut sebuah studi kecil April 2015 di Jurnal NUtrition.

Galvin mengatakan bahwa dua asam amino yang ditemukan dalam protein mungkin juga menjadi penyebabnya. "Bisa jadi karena dua asam amino yang digunakan di mulut dan oleh bakteri untuk membuat bau mulut adalah asam amino yang mengandung sulfur: sistein dan metionin," kata Galvin. "Jadi, ketika orang mengonsumsi protein, mereka memiliki jenis bakteri tertentu yang akan mengubah asam amino menjadi senyawa sulfur, dan itu dapat menyebabkan bau mulut."

4. Sembelit

Jika makan banyak protein, kemungkinan besar mengurangi nutrisi lain saat makan. Orang yang menjalani diet Atkins, misalnya, makan banyak protein dan sangat membatasi karbohidrat. Menurut Mayo Clinic, itu berarti bisa kehilangan serat yang bisa menyebabkan sembelit.

Perempuan butuh 21 hingga 25 gram serat per hari, sedangkan pria harus mendapatkan 30 hingga 38 gram setiap hari, menurut Mayo Clinic. Makan makanan kaya serat, seperti biji-bijian dan polong-polongan, dapat membuat feses bertambah banyak sekaligus melembutkannya sehingga membantu mencegah dan meredakan sembelit.

Sembelit juga bisa terjadi ketika makan banyak protein saat diet tinggi serat, misalnya, vegetarian dan vegan yang mulai makan daging kaya protein lagi, kata Galvin.


5. Risiko batu ginjal

Salah satu pemicu masalah ginjal adalah makan terlalu banyak protein. "Hal terbesar adalah kerusakan ginjal jangka panjang karena makan protein yang sangat tinggi untuk jangka waktu yang lama," kata Galvin.

Makan terlalu banyak protein hewani, seperti daging, telur, dan makanan laut, dapat meningkatkan kadar asam urat tubuh, yang kemudian dapat menyebabkan perkembangan batu ginjal, menurut Harvard Health Publishing. Diet tinggi protein juga menurunkan kadar sitrat urin, yang merupakan bahan kimia yang mencegah pembentukan batu ginjal.

Selain itu, makan banyak protein membuat tubuh mengeluarkan kalsium yang juga dapat menyebabkan pembentukan batu ginjal, menurut National Kidney Foundation.

Kebutuhan protein tiap orang berbeda, tergantung usia, jenis kelamin, berat badan, dan gaya hidup. "Umumnya, aturan praktisnya adalah 0,8 gram protein per kilogram berat badan," kata Galvin. "Dengan itu, Anda akan memenuhi sebagian besar kebutuhan Anda."

Harvard Health Publishing menetapkan batasan pada 2 gram per kilogram berat badan. Tetapi jangan biasakan mengonsumsi protein lebih dari itu.

Berita terkait

Parto Patrio Operasi Batu Ginjal, Kenali Gejala dan Penyebab Batu Ginjal

5 menit lalu

Parto Patrio Operasi Batu Ginjal, Kenali Gejala dan Penyebab Batu Ginjal

Komedian Parto Patrio sedang menjalani pemulihan usai operasi batu ginjal. Lantas, apa yang menyebabkan dan tanda-tanda dari penyakit ini?

Baca Selengkapnya

Kandungan Plastik dalam Makanan dan Minuman: Dampak Kesehatan dan Cara Kurangi Konsumsi Mikroplastik

2 hari lalu

Kandungan Plastik dalam Makanan dan Minuman: Dampak Kesehatan dan Cara Kurangi Konsumsi Mikroplastik

Penelitian menunjukkan bahwa hampir semua makanan kita mengandung mikroplastik, dalam bentuk apa saja? Apa bahaya bagi kesehatan?

Baca Selengkapnya

Pola Makan yang Perlu Diperhatikan Pasien Parkinson

8 hari lalu

Pola Makan yang Perlu Diperhatikan Pasien Parkinson

Sejumlah hal perlu diperhatikan dalam pola makan penderita Parkinson, seperti pembuatan rencana makan. Berikut yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya

Penelitian Sebut Diet Ini Bisa Turunkan Risiko Gagal Jantung

10 hari lalu

Penelitian Sebut Diet Ini Bisa Turunkan Risiko Gagal Jantung

Diet sayur dan rendah gula, yang dikenal sebagai diet EAT-Lancet, membantu mengurangi risiko gagal jantung. Bagaimana hubungannya?

Baca Selengkapnya

Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia Kritik Protes BP2MI yang Tidak Setuju dengan Permendag 36

13 hari lalu

Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia Kritik Protes BP2MI yang Tidak Setuju dengan Permendag 36

Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia mengkritik protes BP2MI yang tidak setuju dengan Permendag Nomor 36 tahun 2023.

Baca Selengkapnya

Macam Camilan yang Dianjurkan untuk Mencegah Sembelit

13 hari lalu

Macam Camilan yang Dianjurkan untuk Mencegah Sembelit

Sebagian orang memiliki solusi unik untuk mencegah sembelit namun mengonsumsi makanan kaya serat bisa menjadi solusi yang baik.

Baca Selengkapnya

7 Tips Ajak Anak Pola Makan Sehat

13 hari lalu

7 Tips Ajak Anak Pola Makan Sehat

Kebiasaan makan yang buruk dapat berdampak negatif pada kesehatan anak. Simak 5 tips anak ajak pola makan sehat

Baca Selengkapnya

Seimbangkan Konsumsi Hidangan Lebaran dengan Serat, Simak Saran Ahli Gizi

16 hari lalu

Seimbangkan Konsumsi Hidangan Lebaran dengan Serat, Simak Saran Ahli Gizi

Konsumsi opor dan gulai yang identik dengan hidangan Lebaran perlu diseimbangkan dengan makanan sumber serat seperti sayur dan buah.

Baca Selengkapnya

Sebab Sering Terjadi Sembelit di Masa Perimenopause

17 hari lalu

Sebab Sering Terjadi Sembelit di Masa Perimenopause

Sembelit adalah gejala yang umum terjadi pada perempuan perimenopause. Apa saja pemicunya dan juga gejala lainnya?

Baca Selengkapnya

Kenali Gejala Asam Urat yang Bisa Disebabkan Hidangan Lebaran

18 hari lalu

Kenali Gejala Asam Urat yang Bisa Disebabkan Hidangan Lebaran

Gejala asam urat bisa menyebabkan nyeri, peradangan, sampai pembengkakan.

Baca Selengkapnya