Kelebihan Berat Badan Memicu Penebalan Dinding Rahim, Ini Cirinya

Reporter

Sehatq.com

Editor

Yunia Pratiwi

Kamis, 7 November 2019 09:35 WIB

Ilustrasi wanita memegang perut. Pixabay.com/Natasya Gepp

TEMPO.CO, Jakarta - Penebalan dinding rahim salah satu kondisi abnormal yang bisa dialami setiap wanita. Ciri-ciri utama penderitanya adalah kerap merasakan pendarahan yang tidak wajar, bahkan saat tidak sedang menstruasi. Namun penebalan dinding rahim tidak selalu berarti gejala kanker rahim.

Disebut precancerous apabila ada pertumbuhan sel yang abnormal disebut atypia. Jenis penanganan kondisi penebalan dinding rahim pun berbeda antara yang bisa menjadi awal mula kanker dan yang tidak. Selain pendarahan yang tidak wajar, ada juga beberapa gejala penebalan dinding rahim yang dirasakan penderitanya. Beberapa yang bisa menjadi indikator adalah haid lebih lama dengan volume darah yang juga lebih banyak, siklus antar haid kurang dari 21 hari, dan masih merasakan pendarahan dari vagina meski telah memasuki masa menopause.

Idealnya, dinding rahim atau endometrium memang akan luruh dengan sendirinya apabila tidak terjadi pembuahan. Sangat wajar ketika dinding rahim menjadi lebih tebal pada periode awal menstruasi. Namun menjadi tidak biasa apabila seorang wanita merasakan beberapa gejala di atas. Ketika terasa banyak hal yang janggal terkait dengan pendarahan dan siklus haid, segera periksakan diri ke dokter kandungan.

Tentu kita tahu bahwa siklus haid sangat bergantung pada hormon estrogen dan progesteron. Selama kedua hormon ini tetap seimbang, maka siklus haid seorang wanita akan berjalan sebagaimana mestinya. Namun akan menjadi lebih berisiko ketika kedua hormon ini tidak seimbang. Berikut penjabaran faktor risiko terjadinya penebalan dinding rahim:

1. Hormon tak seimbang
Salah satu penyebab terjadinya penebalan dinding rahim yang paling umum adalah hormon estrogen yang terlalu banyak dan hormon progesteron yang justru sangat sedikit. Konsekuensinya, bisa terjadi pertumbuhan sel dalam jumlah tidak wajar. Ketidakseimbangan hormon ini dapat terjadi saat seseorang berada di fase menopause, pra menopause, menjalani terapi pengganti hormon, tidak subur, hingga obesitas.

Advertising
Advertising

2. Usia
Selain ketidakseimbangan hormon, usia juga berkontribusi dalam menyebabkan penebalan dinding rahim. Dalam hal ini, wanita berusia di atas 35 tahun lebih berisiko mengalaminya. Selain itu, mendapatkan haid pertama kali terlalu dini juga merupakan faktor risiko.

3. Kelebihan berat badan
Obesitas atau kelebihan berat badan juga menjadi salah satu faktor risiko terjadinya penebalan dinding rahim. Wanita obesitas berisiko 2,5 kali lebih besar mengalami masalah di rahim.

Ketika menghubungkan masalah penebalan dinding rahim dengan kehamilan, tentu kaitannya sangat erat. Embrio yang terbentuk dari proses ovulasi akan melekat pada dinding rahim, artinya menjadi bagian krusial dalam sebuah kehamilan. Dinding rahim memang bisa menebal hingga sekitar 13 mm (dari normalnya 3 mm) saat proses ovulasi terjadi. Namun ketika ketebalan dinding rahim mencapai 15 mm, maka embrio akan sulit melekatkan diri.

Itulah mengapa ketika seorang wanita diduga mengalami penebalan dinding rahim, maka dokter akan melihatnya lewat USG. Pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa sakit dan dapat memberikan gambaran di dalam rahim. Sebenarnya, penebalan dinding rahim bisa mereda dengan sendirinya. Namun pada kasus tertentu, perlu ada tindakan seperti terapi hormonal. Jenis terapi ini bisa dilakukan untuk mengatasi penebalan dinding rahim. Biasanya, penderitanya akan diberikan bentuk sintetis dari hormon progesteron yaitu progestin dalam bentuk pil atau suntik.

Tindakan kedua yang biasa dilakukan untuk mengatasi penebalan dinding rahim adalah melakukan biopsi. Sama seperti melakukan pemeriksaan pap smear berkala, prosedur biopsi ini sangat cepat bahkan kurang dari satu menit. Pada prosedur biopsi endometrium ini, dokter akan mengambil sampel kecil di dinding rahim. Sampel ini kemudian diteliti untuk menemukan apakah ada pertumbuhan sel yang tidak normal.

Langkah selanjutnya adalah hiterektomi, istilah lain untuk pengangkatan rahim. Biasanya, tindakan ini hanya akan diambil apabila penebalan dinding rahim berisiko tinggi menyebabkan kanker. Keputusan ini tidak main-main karena ketika rahim diangkat, artinya kehamilan tidak mungkin terjadi.

Pada beberapa kasus, penebalan dinding rahim bisa sembuh dengan sendirinya. Bahkan ketika seseorang tidak mengonsumsi atau menjalani terapi hormonal, penebalan ini juga berlangsung dengan sangat lambat. Jadi sangat penting untuk tahu bagaimana kondisi penebalan dinding rahim secara berkala. Dengan demikian, tindakan pengobatan bisa segera diambil saat ada pertumbuhan sel yang tidak biasa.

SEHATQ

Berita terkait

Olahraga Malam Hari Disebut Lebih Bermanfaat bagi Orang Obesitas

8 hari lalu

Olahraga Malam Hari Disebut Lebih Bermanfaat bagi Orang Obesitas

Penelitian mengklaim olahraga pada malam hari bisa memberi lebih banyak manfaat kesehatan bagi orang obesitas dan diabetes tipe 2.

Baca Selengkapnya

Diselamatkan dari Rahim Ibunya yang Tewas dalam Serangan Israel, Bayi Sabreen Meninggal Dunia

10 hari lalu

Diselamatkan dari Rahim Ibunya yang Tewas dalam Serangan Israel, Bayi Sabreen Meninggal Dunia

Seorang bayi yang diselamatkan dari rahim ibunya yang sekarat setelah serangan udara Israel di Gaza selatan, dilaporkan meninggal pada Kamis.

Baca Selengkapnya

Mengenal Miom Uteri, Tumor Jinak yang Perlu Diwaspadai

12 hari lalu

Mengenal Miom Uteri, Tumor Jinak yang Perlu Diwaspadai

Gejala miom uteri dapat berupa perdarahan hebat saat menstruasi serta kesulitan untuk hamil bergantung pada lokasi dan ukurannya.

Baca Selengkapnya

5 Jenis Olahraga Sederhana yang Bisa Dilakukan Tiap Hari

13 hari lalu

5 Jenis Olahraga Sederhana yang Bisa Dilakukan Tiap Hari

Olahraga atau aktivitas fisik secara teratur bermanfaat untuk tubuh dan kesehatan mental

Baca Selengkapnya

Ginekolog Minta Pemilik Kolesterol Tinggi Waspadai Gejala Menopause

15 hari lalu

Ginekolog Minta Pemilik Kolesterol Tinggi Waspadai Gejala Menopause

Pemilik kolesterol tinggi perlu mewaspadai gejala menopause yang kian berat, terutama risiko penyakit kardiovaskular karena ketiadaan hormon estrogen.

Baca Selengkapnya

Pengaruh Sering Makan Makanan Olahan pada Menstruasi

15 hari lalu

Pengaruh Sering Makan Makanan Olahan pada Menstruasi

Sering makan makanan olahan dibanding makanan rumahan menjadi salah satu penyebab anak perempuan lebih cepat mengalami menstruasi.

Baca Selengkapnya

Saran Ahli Gizi agar Berat Badan Kembali Ideal setelah Lebaran

21 hari lalu

Saran Ahli Gizi agar Berat Badan Kembali Ideal setelah Lebaran

Diet sehat setelah banyak makan makanan bersantan saat Lebaran bisa diterapkan dengan pola makan bergizi seimbang agar berat badan ideal lagi.

Baca Selengkapnya

7 Tips Ajak Anak Pola Makan Sehat

22 hari lalu

7 Tips Ajak Anak Pola Makan Sehat

Kebiasaan makan yang buruk dapat berdampak negatif pada kesehatan anak. Simak 5 tips anak ajak pola makan sehat

Baca Selengkapnya

Sebab Sering Terjadi Sembelit di Masa Perimenopause

26 hari lalu

Sebab Sering Terjadi Sembelit di Masa Perimenopause

Sembelit adalah gejala yang umum terjadi pada perempuan perimenopause. Apa saja pemicunya dan juga gejala lainnya?

Baca Selengkapnya

4 Tanda Nyeri Menstruasi Sudah Tak Wajar dan Gejala Kondisi Serius

27 hari lalu

4 Tanda Nyeri Menstruasi Sudah Tak Wajar dan Gejala Kondisi Serius

Orang sering tak paham apa yang sebenarnya terjadi saat menstruasi dan kapan perlu mendapat penanganan medis. Berikut empat tanda Anda perlu waspada.

Baca Selengkapnya