Keputihan Berwarna Hijau, Tanda Infeksi pada Miss V atau IMS

Reporter

Sehatq.com

Editor

Yunia Pratiwi

Selasa, 15 Oktober 2019 13:30 WIB

Ilustrasi keputihan. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Keputihan kondisi yang lumrah dialami setiap wanita. Namun, ada beberapa kondisi keputihan yang tidak normal dan harus Anda waspadai, terutama jika keputihan berwarna hijau dan menggumpal, plus disertai dengan bau tak sedap.

Keputihan juga dapat terjadi pada wanita hamil. Hanya saja, keputihan normal memiliki karakteristik tertentu, misalnya tidak berbau tajam, berwarna putih atau bening, lengket, dan kenyal. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, keputihan berwarna hijau bukanlah keputihan yang normal. Bahkan, kondisi tersebut bisa jadi mengindikasikan adanya infeksi bakteri pada vagina Anda, atau merupakan pertanda Anda terkena penyakit menular seksual.

Infeksi bakteri vagina

Ada dua jenis bakteri pada vagina yang dikategorikan sebagai ‘bakteri jahat’ dan ‘bakteri baik’, serta memiliki kadar seimbang untuk menjaga kesehatan vagina. Ketika bakteri jahat berkembang hingga mengalahkan jumlah bakteri baik, maka Anda akan mengalami infeksi bakteri vagina atau dikenal sebagai vaginosis bakterialis (VB)/

Ketidakseimbangan ini terjadi karena banyak hal, misalnya Anda gemar merokok, melakukan hubungan seks tidak aman (seperti sering bergonta-ganti pasangan maupun melakukan seks oral dan anal), atau mencuci vagina dengan sabun. Salah satu tanda Anda terkena VB adalah keluarnya keputihan berwarna hijau dan berbau amis dari vagina, serta rasa terbakar ketika Anda buang air kecil.

Advertising
Advertising

VB akan membuat Anda tidak nyaman, tapi masalah ini biasanya sembuh sendiri tanpa pengobatan apapun. Lain halnya jika Anda mengalami keputihan berwarna hijau ini ketika hamil atau tengah menjalani program hamil, maka sebaiknya Anda segera berkonsultasi kepada dokter untuk menyembuhkan infeksi bakteri vagina ini.

Penyakit menular seksual

Jika Anda mengalami keputihan berwarna hijau dan menggumpal disertai bau tak sedap kondisi itu dapat mengindikasikan Anda tengah terkena penyakit menular seksual, lebih tepatnya trikomoniasis. Seperti namanya, infeksi ini sangat mudah menyebar melalui hubungan seksual.

Keputihan berwarna hijau dan menggumpal bukan satu-satunya tanda bahwa Anda mengidap penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit Trichomonas vaginalis ini. Anda juga akan merasakan area vagina gatal, seperti terbakar, kemerahan, bahkan kebas.

Tidak seperti vaginosis bakteri, infeksi trikomoniasis harus segera diobati. Trikomoniasis yang tidak mendapat pengobatan yang benar tidak akan hilang dalam hitungan bulan, bahkan tahun. Bagi ibu hamil, trikomoniasis dapat mengakibatkan bayi lahir prematur atau lahir dengan berat badan rendah.

Cara mengobati keputihan berwarna hijau

Pengobatan keputihan berwarna hijau akan bergantung pada gejala yang Anda alami dan kondisi tubuh Anda (hamil atau tidak). Jika Anda tidak mengalami gejala berarti dan tidak sedang hamil, dokter biasanya tidak akan melakukan tindakan apa-apa karena keputihan Anda akan berangsur normal dengan sendirinya.

Sebaliknya, jika keputihan berwarna hijau yang Anda rasakan diikuti dengan gejala lain, misalnya menggumpal dan menimbulkan nyeri saat buang air kecil ataupun berhubungan seksual, dokter akan meresepkan antibiotik.

Obat ini dapat berbentuk oral (diminum) atau krim maupun gel yang dioleskan ke vagina. Antibiotik untuk vaginosis bakterialis yang dianjurkan adalah clindamycin atau metronidazole. Anda harus mengikuti saran dokter tentang penggunaan antibiotik ini. Jika dokter meminta Anda meminum atau mengoleskan antibiotik selama 5-7 hari, maka jangan berhenti sebelum waktu yang ditentukan, agar Anda benar-benar sembuh dan tidak rentan terkena infeksi yang sama dalam waktu dekat.

Antibiotik untuk mengatasi keputihan berwarna hijau ini aman untuk ibu hamil, termasuk obat oral berjenis metronidazole maupun tinidazole. Namun, Anda sebaiknya tidak meminum alkohol dalam kurun 24 jam setelah mengonsumsi obat ini.

Bagi Anda yang mengidap trikomoniasis sebaiknya pasangan Anda juga memeriksakan diri dan mengonsumsi obat yang sama (bila terinfeksi bakteri yang sama). Anda juga direkomendasikan untuk menunggu hingga 7 hari setelah pengobatan sebelum kembali melakukan hubungan seksual.

Orang yang pernah mengalami vaginosis bakteri atau trikomoniasis biasanya bisa mengalaminya kembali, bahkan hanya dalam kurun 3 bulan setelah dinyatakan sembuh. Untuk itu, Anda sebaiknya juga melakukan berbagai langkah pencegahan agar tidak terkena penyakit yang sama, seperti tidak bergonta-ganti pasangan dan melepas alat kontrasepsi spiral jika menggunakannya.

Bila Anda kembali mengalami keputihan berwarna hijau yang mengindikasikan infeksi bakteri atau trikomoniasis, Anda harus kembali mengonsumsi antibiotik. Namun, kali ini dosisnya akan dinaikkan, begitu pula durasi penggunaan antibiotik itu akan semakin panjang.

SEHATQ

Berita terkait

Kenali Gejala Imunodefisiensi yang Mengganggu Kesehatan Anak

3 hari lalu

Kenali Gejala Imunodefisiensi yang Mengganggu Kesehatan Anak

Masyarakat diminta mewaspadai imunodefisiensi pada anak bila ditemui gejala berikut. Simak penjelasan pakar kesehatan anak.

Baca Selengkapnya

Saran Tenaga Medis agar Kebersihan Tangan Selalu Terjaga

6 hari lalu

Saran Tenaga Medis agar Kebersihan Tangan Selalu Terjaga

Menjaga kebersihan tangan merupakan upaya mencegah berbagai penyakit infeksi dan bagian dari cara hidup sehat. Ini cara yang dianjurkan.

Baca Selengkapnya

Punya Gejala Mirip Tipus, Kenali Tanda Demam Berdarah Dengue

7 hari lalu

Punya Gejala Mirip Tipus, Kenali Tanda Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) memiliki gejala yang hampir sama dengan Typhus. Namun keduanya adalah jenis penyakit yang berbeda

Baca Selengkapnya

Ketahui Manfaat dan Risiko Terapi Ikan

9 hari lalu

Ketahui Manfaat dan Risiko Terapi Ikan

Terapi ikan bisa menghilangkan sel kulit mati, namun dapat berbahaya jika kebersihan kolam tidak terjaga.

Baca Selengkapnya

Guru Besar FKUI Minta Waspadai Penyakit Kronis yang Bisa Kumat di Masa Lebaran

19 hari lalu

Guru Besar FKUI Minta Waspadai Penyakit Kronis yang Bisa Kumat di Masa Lebaran

Masyarakat diminta mewaspadai penyakit kronis yang bisa timbul kembali di masa Lebaran karena tidak dikontrol seperti saat berpuasa.

Baca Selengkapnya

WHO: Virus Hepatitis Sebabkan 3,5 Ribu Orang Meninggal Setiap Hari

20 hari lalu

WHO: Virus Hepatitis Sebabkan 3,5 Ribu Orang Meninggal Setiap Hari

Hepatitis B menyebabkan 83 persen kematian dan hepatitis C menyumbang 17 persen di dunia.

Baca Selengkapnya

Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

26 hari lalu

Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

Dokter paru ungkap perbedaan antara Flu Singapura atau penyakit tangan, mulut, dan kuku dengan flu musiman meski gejala keduanya hampir mirip.

Baca Selengkapnya

Gejala Flu Singapura dan Cara Mengatasinya

27 hari lalu

Gejala Flu Singapura dan Cara Mengatasinya

Flu Singapura merupakan infeksi yang diakibatkan oleh virus. Penyakit ini sering menjangkiti anak-anak, terutama di bawah 7 tahun.

Baca Selengkapnya

Jepang Waspadai Lonjakan Kasus Radang Tenggorokan, Berpotensi Pandemi?

32 hari lalu

Jepang Waspadai Lonjakan Kasus Radang Tenggorokan, Berpotensi Pandemi?

Otoritas kesehatan Jepang telah memperingatkan adanya lonjakan infeksi radang tenggorokan yang berpotensi mematikan

Baca Selengkapnya

Nia Ramadhani Masuk UGD karena Cantengan, Ini Penyebab dan Bahaya Kuku Kaki Cantengan

41 hari lalu

Nia Ramadhani Masuk UGD karena Cantengan, Ini Penyebab dan Bahaya Kuku Kaki Cantengan

Kuku jempol kaki kiri Nia Ramadhani harus dicabut karena alami cantengan. Apa penyebab dan bahaya kuku kaki cantengan?

Baca Selengkapnya