TEMPO.CO, Jakarta - Tsunami yang terjadi di pantai Pandeglang, Banten pada Sabtu malam, 22 Desember 2018 memakan banyak korban. Bencana alam yang muncul tiba-tiba atau tanpa peringatan dini ini membuat setiap orang, terutama yang berada di tepi pantai harus tahu cara menyelamatkan diri.

Anak-anak juga harus tahu apa itu tsunami, bagaimana bisa terjadi, apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan diri. Hanya saja, jangan sampai pengetahuan tentang tsunami membuat anak-anak menjadi takut dan mungkin membuat mereka enggan pergi ke pantai.

Mengutip laman tsunamipods, ada dua kunci supaya pembicaraan tentang tsunami tidak membuat anak ketakutan, melainkan fokus pada keselamatan. Pertama, perhatikan usia anak yang tepat diajak bicara tentang tsunami. Kedua, gunakan kata-kata yang positif dan hindari penjelasan yang terlalu detail yang justru membuat anak bingung.

Anak yang bisa diajak diskusi tentang tsunami adalah anak yang sudah bisa diajak bercerita dan menangkap makna dari pembicaraan dengan orang dewasa. Sebagai permulaan, berikan gambaran umum tentang apa itu tsunami.

Kalau perlu, ajak anak ke pantai dan beri pemahaman yang konkret tentang tata cara evakuasi saat tsunami. Tunjukan seperti apa ketinggian ombak yang harus diwaspadai dan pada saat normal, serta kenali suara gemuruhnya.

Tunjukkan kepada anak seperti apa suara alarm tsunami dan bagaimana rute evakuasi. Jelaskan juga bagaimana air akan melimpah ke daratan ketika tsunami terjadi.

Ketika berada di pantai, orang tua juga bisa menjadikan simulasi tsunami seperti permainan. Buat perlombaan anak yang paling cepat membereskan mainannya dan berlari menuju titik evakuasi.

Jika anak-anak sudah paham apa itu tsunami dan bagaimana cara menyelamatkan diri, orang tua bisa mengajukan pertanyaan atau kuis berhadiah menarik. Dengan cara ini, anak akan mendapatkan pemahaman tentang tsunami, gambaran konkret untuk menyelamatkan diri, dan tak merasa ketakutan.

Baca juga:
Benda yang Harus Dibawa Ibu di Pengungsian Gempa dan Tsunami Palu