Saran Psikolog Mengakhiri Hubungan dengan Pacar Posesif
Reporter
Tabloid Bintang
Editor
Yunia Pratiwi
Selasa, 23 Oktober 2018 16:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Ketika ruang pribadi diinvasi pacar hingga Anda merasa gerah dan sesak, artinya hubungan sudah tidak sehat. Ini bisa jadi tanda untuk segera mengakhiri hubungan.
Baca juga: 4 Dampak Menjalani Hubungan Tidak Sehat
Namun sebelum Anda menyadari bahwa semua aksi posesif itu salah dan bisa mengambil keputusan tegas untuk menyudahi hubungan, ada satu poin penting yang perlu Anda pertanyakan dan jawab: seberapa besar Anda mencintai dan menghargai diri sendiri?
Menurut psikolog anak, remaja, dan keluarga dari Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta, Roslina Verauli, dalam beberapa kasus, individu yang didominasi biasanya juga bermasalah. "Misalnya, penghargaan terhadap diri sendiri pun rendah. Sehingga dia lemah, tidak percaya diri. Dia percaya bahwa dia memang tergantung pada pasangannya. Lalu takut keluar dari hubungan yang tidak sehat itu. Biasanya individu yang bermasalah akan menarik individu yang bermasalah juga. Tercipta tarik-menarik di antara para individu yang bermasalah ini,” ungkap Vera.
Jika Anda betul-betul mencintai dan menghargai diri Anda, pastinya Anda menyadari bahwa aksi-aksi posesif seperti yang dipaparkan di atas tidaklah benar. “Anda tahu Anda harus mengambil sikap. Katakan perpisahan secepatnya dengan tegas,” ucap Vera.
Memang, melepaskan diri dari seseorang yang posesif tidak mudah. Verz menambahkan hal ini karena sifat posesif ujung-ujungnya berkaitan dengan kekerasan dalam hubungan. "Ini terkoneksi. Baik itu kekerasan fisik maupun verbal. Anda bisa diancam, ditakut-takuti. Untuk memutus hubungan, saran saya libatkan keluarga dan teman-teman. Pada tahap tertentu, Anda mungkin bisa meminta bantuan psikolog untuk mencari jalan keluar. Namun ketika sudah masuk ranah kekerasan fisik, tidak ada cara lain, sebaiknya langsung menempuh jalur hukum,” tandasnya.