Benarkah Penyakit Kronis Bisa Memicu Bunuh Diri?

Reporter

Bisnis.com

Selasa, 11 September 2018 14:29 WIB

Ilustrasi bunuh diri

TEMPO.CO, Jakarta - Penemuan sebuah studi terbaru, hampir satu dari 10 kematian akibat bunuh diri di Amerika Serikat terjadi pada orang-orang yang menderita penyakit kronis. Penemuan tersebut menyebutkan penyakit kronis adalah faktor yang paling memungkinkan untuk mendorong seseorang melakukan tindakan bunuh diri.

Namun, studi tersebut tidak dapat membuktikan bahwa penyakit kronis berkontribusi bagi setiap orang untuk memutuskan melakukan tindakan bunuh diri

"Kami melihat bahwa masalah kesehatan mental, seperti halnya depresi dan kecemasan, lebih umum dibandingkan dengan penyakit-penyakit kronis tersebut," ujar pemimpin studi Dr. Emiko Petrosky, seorang epidemiologis di U.S. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Atlanta, Amerika Serikat.

Artikel lain:
3 Kondisi yang Membuat Orang Memutuskan Bunuh Diri
Sebab Seseorang Ingin Bunuh Diri
Bunuh Diri Tak Bisa Dicegah? Simak 5 Faktanya
Kate Spade Diduga Bunuh Diri, Akibat Tekanan Industri Fashion?

Diperkirakan 25 juta orang dewasa di Amerika Serikat memiliki penyakit di level-level tertentu dalam kehidupan sehari-hari dan 10,5 juta di antara mereka menderita setiap harinya, tulis Petrosky dan rekan-rekan penelitinya dalam Annals of Internal Medicine.

Advertising
Advertising

"Pelayanan kesehatan untuk pasien dengan penyakit kronis harus menyadari adanya risiko bunuh diri," ujar Petrosky. "Penyakit kronis adalah masalah besar di masyarakat. Sangat esensial sifatnya jika kita mengimprovisasi manajemen dari penyakit kronis melalui pemusatan pasien yang terintegrasi, termasuk pelayanan kesehatan mental di samping memberi obat kepada para pasien.

Data penelitian tersebut dihimpun dari 18 negara bagian antara tahun 2003 dan 2014 oleh CDC National Violent Death Reporting System. Dari 123,181 kematian akibat bunuh diri, atau sekitar 9 persen, termasuk yang bersumber dari catatan resmi, seperti pemeriksaan medis dan aparat penegak hokum, mengindikasikan bukti dari penyakit kronis.

Proporsi tindakan bunuh diri oleh orang-orang yang menderita penyakit kronis meningkat selama penelitian, dari 7,4 persen pada 2003 ke 10,2 persen pada 2014. Namun, Petrosky dan tim penelitinya juga menggarisbawahi bahwa orang-orang yang bertarung melawan penyakit kronisnya juga meningkat pada periode yang sama.

Sakit tulang belakang, kanker, dan arthtritis memiliki proporsi yang besar atas beberapa kondisi yang ditimbulkan oleh penyakit kronis. Lebih dari separuh orang dengan penyakit kronis yang melakukan tindakan bunuh diri meninggal karena luka tembakan, sedangkan 16,2 persen meninggal karena overdosis setelah menggunakan opioid.

Menurut Dr. Paul Nestadt dari departemen psikiater dan perilaku sehat di John Hopkins School of Medicine di Baltimore, Amerika Serikat, masalah tersebut di atas sangatlah penting.

"Opioid adalah obat antidepresi dan hal tersebut meningkatkan risiko depresi," jelas Nedstadt, yang tidak terafiliasi dengan studi Petrosky. "Depresi merupakan salah satu faktor terbesar atas terjadinya bunuh diri."

Sementara itu, Dr. Michael L. Bernett, peneliti kebijakan dan manajemen kesehatan di Harvard T.H. Chan School of Public Health dan psikiater di Rumah Sakit Brigham & Women di Boston, Amerika Serikat, mengatakan penelitian terbaru Petrosky tidak dapat bicara apapun mengenai manajemen penyakit kronis di Amerika Serikat.

"Namun, kita tahu tidak ada satu pengobatan pun yang tampaknya secara khusus efektif untuk menyembuhkan penyakit kronis," ujar Barnett, yang juga tidak terafiliasi dengan studi Petrosky.

"Baik itu opioids atau pun NSAIDs cukup efektif dalam mengobati penyakit akut, tapi tidak untuk penyakit kronis. Sementara orang-orang cenderung menginginkan pil untuk menyelesaikan masalah ini, manajemen penyakit yang komprehensif terbukti cukup efektif," lanjutnya.

Lain lagi dengan Dr. Ajay D. Wasan, wakil presiden untuk urusan ilmiah di American Academy of Pain Medicine and seorang profesor anesthesia dan psikiater di University of Pittsburgh Medical Center, yang mengatakan bahwa permasalahan dengan studi seperti yang dilakukan oleh Petrosky adalah tidak bisa diketahuinya faktor-faktor beresiko lain yang dimiliki oleh setiap penderita penyakit kronis.

"Penyakit kronis pastinya merupakan faktor risiko yang penting, tapi kita tidak tahu bagaimana pentingnya hal itu dibandingkan dengan faktor-faktor resiko lainnya," ucap Wasan, yang juga tidak terafiliasi dengan studi Petrosky.

"Dan juga, sejak penyakit kronis tidak benar-benar diperhatikan dengan baik, proporsi orang-orang dengan penyakit kronis masih dianggap remeh. Kita tidak tahu apakah penyakit kronis benar-benar mematikan atau tidak," tegasnya.

Berita terkait

Soal Kematian Brigadir RAT, Kompolnas Ungkap Sejumlah Kejanggalan

1 jam lalu

Soal Kematian Brigadir RAT, Kompolnas Ungkap Sejumlah Kejanggalan

Kompolnas menilai masih ada sejumlah kejanggalan dalam kasus kematian Brigadir RAT.

Baca Selengkapnya

Keluarga Akui Tak Tahu Detail Masalah Pribadi yang Diduga Sebabkan Brigadir RA Tewas

1 hari lalu

Keluarga Akui Tak Tahu Detail Masalah Pribadi yang Diduga Sebabkan Brigadir RA Tewas

Keluarga Brigadir RA masih menunggu hasil pemeriksaan ponsel oleh penyidik Polres Jakarta Selatan

Baca Selengkapnya

Penyidikan Kematian Brigadir RA Disetop, Ini Kata Kapolri

1 hari lalu

Penyidikan Kematian Brigadir RA Disetop, Ini Kata Kapolri

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo merespons perihal penghentian penyidikan kasus kematian Brigadir Ridhal Ali Tomi atau Brigadir RA

Baca Selengkapnya

Cerita Sepupu saat Memandikan Jenazah Brigadir RA

1 hari lalu

Cerita Sepupu saat Memandikan Jenazah Brigadir RA

Sepupu Brigadir Ridhal Ali Tomi (Brigadir RA), Rudi Dagong, bercerita saat dia memeriksa jenazah hingga memandikannya

Baca Selengkapnya

Keluarga Bilang Jenazah Brigadir RA Tak Diautopsi Atas Permintaan Istri dan Orang Tua

1 hari lalu

Keluarga Bilang Jenazah Brigadir RA Tak Diautopsi Atas Permintaan Istri dan Orang Tua

Jenazah Brigadir RA dijemput tiga perwakilan keluarga dan komandannya di Polresta Manado.

Baca Selengkapnya

Kapolri Pertimbangkan Lanjutkan Pemeriksaan Kematian Brigadir RA, meski Polres Jaksel Resmi Sebut Bunuh Diri

1 hari lalu

Kapolri Pertimbangkan Lanjutkan Pemeriksaan Kematian Brigadir RA, meski Polres Jaksel Resmi Sebut Bunuh Diri

Kapolri menyatakan polisi masih terus mendalami motif Brigadir RA nekat menghabisi nyawanya dalam mobil Alphard hitam di sebuah rumah di Mampang.

Baca Selengkapnya

Pengusaha Indra Pratama Bantah Brigadir RA sebagai Ajudan dan Sopir, Datang ke Rumah untuk Silaturahmi

2 hari lalu

Pengusaha Indra Pratama Bantah Brigadir RA sebagai Ajudan dan Sopir, Datang ke Rumah untuk Silaturahmi

Keterangan Indra Pratama sebagai pemilik rumah lokasi tewasnya Brigadir RA berbeda dengan keterangan Polda Sulut. Ridhal disebut sebagai ajudan.

Baca Selengkapnya

Polda Sulut Mengonfirmasi Brigadir RA Jadi Ajudan dan Sopir Pengusaha di Jakarta Sejak 2021

2 hari lalu

Polda Sulut Mengonfirmasi Brigadir RA Jadi Ajudan dan Sopir Pengusaha di Jakarta Sejak 2021

Brigadir RA yang disebut tewas bunuh diri dalam mobil Alphard selama ini jadi ajudan pengusaha sejak 2021. Tanpa izin dari pimpinan.

Baca Selengkapnya

Brigadir Ridhal Ali Tomi Diduga Bunuh Diri, IPW MInta Atasan Perhatikan Psikis Anggotanya

2 hari lalu

Brigadir Ridhal Ali Tomi Diduga Bunuh Diri, IPW MInta Atasan Perhatikan Psikis Anggotanya

Penyidik akan memeriksa ponsel Brigadir Ridhal Ali Tomi untuk menelisik lebih dalam penyebab personel Polresta Manado itu bunuh diri.

Baca Selengkapnya

IPW Sebut Polisi Mesti Telusuri Motif Kematian Brigadir Ridhal Ali Tomi, Jangan Berhenti Kesimpulan Bunuh Diri

2 hari lalu

IPW Sebut Polisi Mesti Telusuri Motif Kematian Brigadir Ridhal Ali Tomi, Jangan Berhenti Kesimpulan Bunuh Diri

IPW menilai proses pemeriksaan terhadap tewasnya Brigadir Ridhal Ali Tomi tak cukup berhenti di kesimpulan bunuh diri.

Baca Selengkapnya