Bahaya Terlalu Menikmati Zona Nyaman Menurut Pakar
Reporter
Yatti Febri Ningsih
Editor
Yayuk Widiyarti
Rabu, 29 Agustus 2018 17:22 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menjadi nyaman adalah sesuatu yang diharapkan oleh setiap orang. Namun, hal ini akan menjadi masalah jika seseorang terlalu nyaman di dalam hidupnya, tidak hanya berdampak pada perkembangannya, tetapi juga kinerja otak dalam berpikir.
Hal ini disampaikan oleh pakar kepribadian, Jakoep Ezra. Menurutnya, jika seseorang merasa terlalu nyaman dalam hidupnya, ini akan berdampak pada pola pikirnya serta akan melemahkan kognitif daripada orang itu sendiri.
Baca juga:
Pakar Bagi Tips Membuat Bintik di Wajah
Mandi yang Benar Menurut Pakar
Pakar Ungkap Pengaruh Buruk Media Sosial pada Kepercayaan Diri
Benarkah Diet Dirancang untuk Gagal? Berikut Pendapat Pakar
“Semua tersedia. Bayangkan, anak-anak orang mampu, semuanya tersedia. Tapi, anak-anak desa itu lebih mentalnya lebih bagus daripada anak-anak kota,” ujar Jakoep.
Selanjutnya, berada dalam posisi hidup terlalu nyaman juga akan berdampak pada perkembangan seseorang. Ini juga akan membuatnya tidak bisa mandiri dan secara tidak langsung akan selalu tergantung pada orang lain.
Hal inilah yang paling disayangkan Jakoep sebab membuat orang tersebut tidak dapat mengembangkan potensi dirinya secara maksimal.
“Pertama, talentanya enggak digunakan, ini akan membuat potensi dirinya enggak keluar. Mau tidak mau produktivitasnya tidak ada, dan parahnya mereka cenderung bergantung pada orang lain,” lanjut Jakoep.
Meski tidak diperbolehkan, bukan berarti seseorang tidak bisa merasakan kenyamanan dalam hidupnya. Namun, ditegaskan Jakoep, hal ini harus dikelola dengan baik agar tidak memberi dampak buruk seperti di atas.
“Comfort zone itu diperbolehkan hanya ketika orang selesai kerja, dia beristirahat. Penelitian kami menyatakan bahwa comfort zone itu berbahaya sekali,” jelas Jakoep.