TEMPO.CO, Jakarta - Saat anak bermain game berarti dia menjalani sedentary life, yaitu waktu dihabiskan lebih banyak di depan layar sambil makan kudapan. Anak sebaiknya lebih banyak melakukan aktivitas fisik di luar dan mendapat sinar matahari yang dibutuhkan tubuh.

Sedentary life dapat menyebabkan anak obesitas dan rentan terjangkit penyakit tidak menular. Selain itu, anak berpotensi mengalami gangguan perkembangan kepribadian, sosial, motorik kasar hingga kemandirian.

Baca juga:
Kapan Anak Boleh Main Gadget?
Kiat Mencegah Anak Kecanduan Gadget
Main Game di Gadget Bersama Anak, Baik atau Buruk?
6 Jurus Mencegah Anak Kecanduan Video Game

Menurut Dr. Bernie Endyarni Medise, SpAK, MPH, dari Divisi Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Jakarta, orang tua mesti mengajak si kecil menjalani aktivitas fisik 1 jam per hari. Ia kemudian memaparkan penelitian terbaru dari FKUI.

Jika anak kadung mencandu game, apa yang harus dilakukan orang tua? Bernie menyarankan orang tua membawa buah hati mereka ke dokter spesialis tumbuh kembang anak atau dokter psikiatri anak untuk mendapat penanganan yang tepat.

“Namun orang tua harus mau bekerja sama dengan dokter dalam menerapkan aturan di rumah terkait penggunaan gawai dan game. Itu harus disepakati dulu,” ujar Bernie seraya mengingatkan, “Sekali lagi buat orang tua, kalau ingin mengenalkan televisi, game, atau gawai kepada anak sebaiknya di atas usia 2 tahun. Dampingi si kecil dan batasi durasinya.”

Jangan menjadikan gawai, game, dan televisi senjata untuk membungkam si kecil ketika rewel. Jangan pula memberikan game dengan prinsip yang penting anak anteng dan tidak berisik. Banyak kegiatan fisik yang dapat Anda perkenalkan kepada anak sesuai dengan usianya. “Seperti bermain bola, belajar naik sepeda, atau bermain lompat tali. Semua mesti disesuaikan dengan usia dan perkembangan anak,” Bernie mengakhiri perbincangan.

AURA