Waspadalah, Kosmetik Halal Belum Tentu Aman Digunakan
Reporter
Yatti Febri Ningsih
Editor
Yayuk Widiyarti
Selasa, 24 April 2018 19:54 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Saat memilih kosmetik sudah pasti yang dilihat zat yang terkandung di dalamnya. Yang terpenting lagi ialah memeriksa apakah produk tersebut ada label halal atau tidak. Namun, perlu diperhatikan, ternyata tidak semua produk kosmetik yang halal itu aman untuk digunakan.
Deputi II Bidang Pengawasan Obat Tradisional Suplemen Kesehatan dan Kosmetik, Mayagustina Andarini, menjelaskan soal ini. Maya menyebut ini berlaku pada semua produk kecantikan yang mengandung zat mercuri raksa atau merkuri atau hydrargyrum. Ini merupakan unsur kimia pada tabel periodik dengan simbol Hg dan bernomor atom 80.
“Apakah merkuri haram? Ya tidak, kalau itu digunakan untuk hal yang tepat. Tapi kalau untuk kosmetik, tidak boleh dan itu berbahaya,” ujar Maya saat ditemui di Nine Thamrin, Jakarta, Senin, 23 April 2018.
Maya mencontohkan salah satu produk yang dikatakan aman namun khawatir tidak halal ialah plasenta. Menurutnya, ini akan menjadi tidak halal jika di dalam bahan pembuatannya mengandung babi.
“Plasenta misalnya aman, tetapi kalau dari babi, kan jadi tidak halal,” lanjutnya.
Artikel lain:
Tips Cantik: Cara Mengetahui Kosmetik Berkualitas dan Tidak
5 Hal Terlarang ketika Memilih Kosmetik
LPPOM Sebut Kesadaran Produsen Soal Kosmetik Halal Terlambat
Selanjutnya, terkait persoalan atau halalnya sendiri, Maya menyebut BPOM tidak memiliki wewenang soal itu. Menurut Maya ini akan menjadi tugas Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika (LPPOM) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
“Pemeriksaan halal dengan kandungan purse seine itu beda ya. Kalau purse seine itu kan hanya mengandung babi atau tidak. Ini adalah pemeriksaan laboratorium. Tapi, kalau yang menyatakan itu halal atau tidak, itu pasti adalah lembaga yang berwenang,” paparnya.
Untuk pemeriksaan ke pabrik sendiri kata Maya hanya dilakukan BPOM untuk melihat sisi kemanaannya saja. Sedangkan selama 2017 , BPOM mencatat sudah menyetujui sebanyak 51 ribu kosmetik di seluruh Indonesia.
“Yang tidak aman itu hasil sampling ya, datanya beda lagi,” katanya.