Cari Kerja Tak Cukup Pakai Ijazah Sarjana
Reporter
Non Koresponden
Editor
Rini Kustiani
Selasa, 31 Oktober 2017 21:50 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Mencari pekerjaan sekarang gampang - gampang susah. Buat mereka yang punya pengalaman dan memiliki jejaring pertemanan yang luas, mendapatkan pekerjaan mungkin bukan hal yang sulit. Tapi bagaimana dengan mereka yang lingkungannya terbatas atau memiliki keterampilan yang pas-pasan?
Baca juga:
Kecanduan Video Game, Pengangguran Mengancam
Teknologi Artificial Intelligence Menjanjikan, Picu Pengangguran
Staf Ahli Bidang Akademik, Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Paulina Pannen mengatakan sekarang mahasiswa sebaiknya lulus tidak dengan ijazah saja, melainkan harus disertai dengan sertifikat penunjang lainnya. "Persaingan di dunia kerja yang kian ketat, industri yang menuntut calon tenaga kerjanya mampu bekerja di bawah tekanan dan multitalenta, membuat banyak lulusan perguruan tinggi, bahkan dengan IPK cumlaude sekalipun kesulitan mencari kerja," kata Paulina di Jakarta.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik atau BPS, angka pengangguran mengalami penurunan sebesar 0,28 persen dibanding 2016. Namun di sisi lain, pencapaian tersebut menyimpan masalah angka pengangguran berpendidikan pada 2017 yang naik menjadi 6,22 persen dibanding tahun lalu 5,34 persen.
Paulina menjelaskan kondisi pendidikan Indonesia selama empat tahun terakhir menunjukkan lompatan yang signifikan. Indikator kesuksesan sebuah universitas tak lagi dilihat dari seberapa banyak lulusannya, tapi seberapa banyak yang berhasil diserap oleh pasar kerja.
Doktor bidang Teknologi Pendidikan dari Syracuse University, Amerika Serikat, ini mengatakan butuh kerjasama lima elemen sekaligus untuk dapat meningkatkan kualitas lulusan perguruan tinggi. Lima elemen itu mencakup pemerintah, akademisi, swasta atau pelaku industri, masyarakat, dan media. "Pendidikan adalah hajat hidup orang banyak, maka semua pihak harus saling bersinergi untuk menstimulasi hasil lulusan perguruan tinggi yang tidak saja berkualitas tapi siap bekerja secara mental," ucapnya.
Paulina mengimbau pihak universitas agar aktif menunjang mahasiswanya untuk terus berinovasi sejak masuk kuliah. Dia melanjutkan, jangan sampai hasil riset mahasiswa hanya tersimpan di perpustakaan. Untuk industri, Paulina berharap sektor ini membuka peluang bagi mahasiswa yang hendak melakukan praktik kerja atau riset.
Di sisi lain, dibutuhkan kesadaran dari mahasiswa untuk memperkaya diri dengan ilmu dari luar kelas. Contoh kecil yang dapat dilakukan adalah dengan mulai mengikuti kegiatan ektstrakulikuler, rajin mengikuti perlombaan, terlibat dalam organisasi kemahasiswaan, atau mengikuti pelatihan dan sertifikasi di luar kampus.
SATRIA DEWI ANJASWARI