Sakit Kanker Paru, Siap-siap Jual Rumah buat Berobat  

Reporter

Editor

Rini Kustiani

Selasa, 21 Februari 2017 12:23 WIB

REUTERS/Andrew Winning

TEMPO.CO, Jakarta - Mungkin Anda masih membandel dengan tetap merokok atau abai dengan membiarkan orang di sekitar Anda merokok. Namun sadarkah Anda bahwa kondisi itu berarti menempatkan diri sendiri menghadapi kanker paru yang merupakan penyakit pembunuh nomor satu. Berdasarkan data Global Burden Cancer 2012, rasio penderita kanker paru mencapai 26 per 100 ribu orang dengan tingkat kematian 22 per 100 ribu orang.

“Mereka yang terkena kanker paru jarang berumur panjang,” kata dokter Niken Wastu Palupi, Kepala Sub-Direktorat Pengendalian Penyakit Kanker Kementerian Kesehatan. Data dari Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Umum Paru Persahabatan menyebutkan jumlah kasus baru kanker paru meningkat lebih dari lima kali lipat dalam 10 tahun terakhir.

Dokter spesialis paru dan pernapasan dari RSUP Persahabatan, Elisna Syahruddin, menambahkan, pada 2015, jumlah penderita kasus baru kanker paru yang berobat di RSUP Persahabatan sebanyak 648 orang. Artinya, dalam sehari, rumah sakit tersebut menangani 3-4 pasien baru. Parahnya lagi, sebagian besar penderita baru datang setelah berada dalam stadium lanjut, yaitu stadium IIIB atau IV. “Kalau sudah begitu biasanya tinggal menghitung hari,” ujarnya.

Gejala kanker paru, Elisna menjelaskan, tidak khas. Biasanya hanya berupa batuk dan sesak napas. Gejala-gejala umum tersebut biasanya diabaikan para perokok atau mereka yang rutin terpapar asap rokok. “Kalau sudah dua pekan terasa sesak atau batuk-batuk yang tidak berhenti, langsung periksa. Itu alarmnya sudah bunyi,” tuturnya.

Selain asap rokok, faktor risiko lainnya adalah adanya gas radioaktif radon di tempat tinggal, polusi di dalam dan luar ruangan, serta zat karsinogenik di lingkungan kerja. “Kelompok risiko kanker paru berada pada usia di atas 40 tahun,” katanya. Meski begitu, dalam sebuah kasus terdapat penderita yang masih berusia 13 tahun.

Elisna menyarankan agar seseorang yang berada dalam kelompok berisiko melakukan deteksi dini. Sebab, apabila kanker ditemukan pada stadium dini, harapan hidup bagi penderitanya lebih panjang. Tindakan yang dilakukan kepada penderita kanker stadium satu biasanya pembedahan. Sedangkan bagi penderita stadium dua adalah kemoterapi.

Ia membenarkan bahwa pengobatan kanker paru menelan biaya besar. Kepada pasien stadium lanjut, tak jarang Elisna menanyakan apakah mempunyai rumah untuk dijual. Pertanyaan ini penting lantaran dalam pemeriksaan awal saja, pasien sudah perlu melakukan tes CT-scan yang biayanya tidak murah. CT-scan dibutuhkan mengingat tumor yang berukuran kecil terkadang tidak tampak dalam hasil foto toraks.

Begitu pula dengan gejala kanker paru yang tidak tampak dalam kehidupan sehari-hari. “Paru-paru begitu dibuka luasnya sebesar lapangan sepak bola sehingga kalau ada kanker seukuran 10 sentimeter tidak terasa,” katanya. Salah satu jenis kanker paru yang mudah diketahui adalah kanker yang terletak di dekat saluran pernapasan. Kanker ini mudah ketahuan karena gejalanya berupa batuk-batuk.

Elisna mengatakan kanker paru yang ukuran tumornya 1 sentimeter biasanya sudah berkembang dalam tubuh penderita selama 10 tahun. Jadi, apabila pasien datang berobat pada usia 40 tahun, diperkirakan dia mengidap kanker sejak berusia 30 tahun.

Riset Kesehatan Dasar 2013 menyebutkan perilaku merokok penduduk berusia 15 tahun ke atas sejak 2007 meningkat dari 34,2 persen menjadi 36,3 persen. Selain itu, prevalensi perokok perempuan remaja naik dari 0,9 persen (2010) menjadi 3,1 persen (2013). Adapun secara keseluruhan, sebanyak 64,9 persen laki-laki dan 2,1 persen perempuan mengisap rokok.

Peningkatan jumlah penderita ini otomatis membuat biaya pengobatan yang dikucurkan pemerintah melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan meningkat. Biaya pengobatan bagi pasien kanker paru tahun lalu menembus Rp 2,6 triliun. Jumlah tersebut terus meningkat dibanding 2015 senilai Rp 22,2 triliun dan 2014 sebesar Rp 1,5 triliun. “Biaya pengobatan kanker paru berada di urutan ketiga dalam BPJS,” ujar Elisna.

Ia mengatakan, puskesmas telah menyediakan layanan upaya berhenti merokok bagi kelompok masyarakat yang berusia di atas 15 tahun. “Lakukan pencegahan dengan perilaku cerdik, yaitu cek kesehatan rutin dan enyahkan asap rokok,” katanya. Elisna pun mengatakan setiap orang harus mengingatkan orang lain untuk berhenti merokok. “Jangan didiamkan.”

MARTHA WARTA SILABAN

Berita lainnya:
Kapan Waktu yang Tepat Ganti Bra?
Supaya Perhiasan Emas Kembali Kinclong

Bingung Mencari Nama buat Anak? Berikut Ini Kiatnya

Berita terkait

Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

13 hari lalu

Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

Hati-hati, asap rokok dapat meningkatkan 20 kali risiko utama kanker paru, baik pada perokok aktif maupun pasif. Simak saran pakar.

Baca Selengkapnya

Bukan Perokok tapi Kena Kanker Paru, Ini Sederet Penyebabnya

22 hari lalu

Bukan Perokok tapi Kena Kanker Paru, Ini Sederet Penyebabnya

Bukan hanya perokok, mereka yang tak pernah merokok sepanjang hidupnya pun bisa terkena kanker paru. Berikut sederet penyebabnya.

Baca Selengkapnya

Gejala Kanker Paru pada Bukan Perokok

22 hari lalu

Gejala Kanker Paru pada Bukan Perokok

Gejala kanker paru pada bukan perokok bisa berbeda dari yang merokok. Berikut beberapa gejala yang perlu diwaspadai.

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Terapi Kanker Paru Gunakan Nanopartikel

40 hari lalu

BRIN Kembangkan Terapi Kanker Paru Gunakan Nanopartikel

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan metode terapi penyakit kanker paru menggunakan material nanopartikel.

Baca Selengkapnya

Pemeriksaan Kanker Paru dengan EFGR, Cek Kelebihannya

59 hari lalu

Pemeriksaan Kanker Paru dengan EFGR, Cek Kelebihannya

Pakar mengatakan pemeriksaan mutasi EGFR merupakan jenis yang dilakukan untuk kanker paru untuk menentukan pengobatan yang tepat.

Baca Selengkapnya

Gejala Kanker Paru yang Sering Tersamar Kondisi Lain, Waspadalah

3 Maret 2024

Gejala Kanker Paru yang Sering Tersamar Kondisi Lain, Waspadalah

Gejala kanker paru bisa tak disadari karena sering mirip penyakit lain, bahkan tak ada gejala sama sekali. Karena itu, penting melakukan skrining.

Baca Selengkapnya

Dari Tauge sampai Tomat, Makanan yang Disebut Bisa Menangkal Kanker

1 Maret 2024

Dari Tauge sampai Tomat, Makanan yang Disebut Bisa Menangkal Kanker

Pakar gizi menyebut enam makanan yang bisa membantu menurunkan risiko kanker dan mayoritas mudah ditemukan dengan harga murah.

Baca Selengkapnya

Pulmonolog Ingatkan Merokok Penyebab 85 Persen Kasus Kanker Paru

25 Februari 2024

Pulmonolog Ingatkan Merokok Penyebab 85 Persen Kasus Kanker Paru

Menurut WHO, sekitar 85 persen kanker paru berhubungan dengan kebiasaan merokok. Simak saran pakar pulmonologi.

Baca Selengkapnya

Pakar Sarankan Skrining Awal untuk Permudah Pengobatan Kanker

6 Februari 2024

Pakar Sarankan Skrining Awal untuk Permudah Pengobatan Kanker

Skrining awal dikatakan spesialis onkologi radiasi dapat meningkatkan angka kesembuhan serta mengontrol efek samping pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Tak Bisa Lagi Pakai Obat Rumahan, Kapan Waktunya Batuk Perlu Diperiksa ke Dokter?

16 Januari 2024

Tak Bisa Lagi Pakai Obat Rumahan, Kapan Waktunya Batuk Perlu Diperiksa ke Dokter?

Batuk sebenarnya wajar saja tapi bila gejala semakin parah atau terjadi lama, akibatnya bisa mengiritasi paru-paru. Kapan perlu ke dokter?

Baca Selengkapnya