Waspadai Penyakit Berbahaya yang Dibawa Siput

Reporter

Kamis, 12 Januari 2017 22:00 WIB

Ilustrasi facial siput. Shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah penelitian menunjukkan siput pembawa parasit dapat melakukan perjalanan jarak jauh hingga 44 kilometer dan menyebarkan penyakit mematikan sepanjang perjalanannya.

Dipimpin seorang ilmuwan dari University of California (UC), Berkeley, penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PLoS Neglected Tropical Diseases tersebut menjadi yang pertama menemukan bukti genetik siput yang melakukan perjalanan jauh dan menyebarkan penyakit serius.

"Kami tidak berpikir siput sebagai hewan yang sangat mobile. Namun, bukti genetik menemukan bahwa siput dapat melintas jarak jauh dan menjadi pengingat betapa sulit mengendalikan penyakit menular yang dibawa oleh hewan dan serangga," kata Justin Remais, seorang profesor ilmu kesehatan lingkungan di UC Berkeley.

Contohnya siput air tawar, yang mengirimkan schistosomiasis, penyakit parasit yang mempengaruhi lebih dari 240 juta orang di seluruh dunia. Setiap siput dapat mencemari air yang digunakan masyarakat untuk berenang atau mencuci, sehingga penyebaran penyakit terjadi seiring dengan pergerakan siput dari satu daerah ke daerah lain, yang sebelumnya dinyatakan sehat.

Oleh karena itu, memahami bagaimana siput bergerak dan menyebarkan penyakit sangat penting untuk membatasi penyebarannya. Terkait dengan penelitian ini, ilmuwan melakukan perjalanan ke desa-desa di Provinsi Sichuan, Cina Barat Daya, mengumpulkan dan menganalisis susunan genetik ratusan siput yang membawa parasit.

Mereka mengumpulkan siput dari habitat alami di sepanjang saluran air di sawah dan bidang pertanian lain, kemudian menganalisis genetik dari siput tersebut di laboratorium milik Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Cina dan Justus Liebig University di Giessen, Jerman.

Penelitian genetik tersebut menyatakan, seperempat dari siput dalam penelitian ini telah bermigrasi dari lokasi lain, baik dengan cara bergerak sendiri maupun dengan bantuan tangan makhluk hidup, seperti terangkut dalam produk pertanian, terbawa burung, atau hewan lainnya.

Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa modifikasi manusia pada tanah dapat menentukan ke mana siput bergerak. Gerakan itu paling mungkin terjadi di tanah yang telah dikembangkan untuk pertanian dan daerah dengan jaringan irigasi yang luas, yang paling mungkin untuk menerima dan mempertahankan siput bermigrasi.

"Perubahan lingkungan dapat memfasilitasi atau membatasi penyebaran vektor sehingga kita membutuhkan penelitian yang dapat membantu memahami konsekuensi dari aktivitas manusia terhadap penyebaran penyakit," kata peneliti dari UC Berkeley ini.

BISNIS

Artikel lain:
Zumba Versi Baru Diprediksi Populer di 2017
Mendeteksi Sehat atau Sakit dari Berkemih dan Wujud Urine
Salah Potong Rambut! Tenang, Ada 6 Solusinya

Berita terkait

Dua Kubu Masyarakat Dalam Budaya Olahraga, yang Malas dan Ekstrem

1 hari lalu

Dua Kubu Masyarakat Dalam Budaya Olahraga, yang Malas dan Ekstrem

Banyak pula orang yang baru mulai olahraga setelah divonis mengalami penyakit tertentu.

Baca Selengkapnya

Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

5 hari lalu

Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

Olahraga bukan hanya tentang membentuk tubuh atau memperkuat otot

Baca Selengkapnya

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

12 hari lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

14 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

14 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

22 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

23 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

23 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

24 hari lalu

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.

Baca Selengkapnya

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

24 hari lalu

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang

Baca Selengkapnya