Ilustrasi anak obesitas/obesitas dan kesehatan. Shutterstock.com
TEMPO.CO, Jakarta - Tidak hanya berbahaya bagi kesehatan, obesitas pada anak juga dapat mengganggu psikologis anak sehingga menghambat tumbuh kembangnya.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Muhamad Subuh mengatakan anak penderita obesitas akan memicu beragam penyakit saat dewasa, seperti hipertensi, sumbatan jalan napas, asma, sindrom polikistik ovarium, diabetes melitus, perlemakan hati, dan sindrom metabolik.
“Selain faktor genetik, faktor yang paling berpengaruh adalah gaya hidup. Ini yang harus kita cegah,” ujarnya, Senin, 31 Oktober 2016.
Kementerian Kesehatan memberikan beberapa tip sederhana untuk mencegah obesitas pada anak, yaitu - tidak makan sambil menonton televisi; - batasi penggunaan gadget; - perbanyak aktivitas di luar ruangan; - biasakan makan dengan keluarga; - biasakan sarapan sehat; - biasakan membawa bekal makanan sehat dan air putih dari rumah; - batasi konsumsi makanan cepat saji dan pangan olahan, jajanan, serta makanan selingan manis, asin, dan berlemak; - perbanyak konsumsi sayur dan buah; - tidak merokok dan minum alkohol; dan - hindari konsumsi minuman ringan bersoda.
Obesitas pada anak memang menjadi salah satu masalah serius di dunia kesehatan. Pada 2014, terdapat 41 juta anak di seluruh dunia yang mengalami masalah berat badan berlebih dan obesitas.
Adapun di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan sebanyak 18,8 persen anak usia 5-12 tahun mengalami kelebihan berat badan dan 10,8 persen di antaranya menderita obesitas.