Tas Hermes yang terbuat dari kulit buaya albino. REUTERS
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah tas tangan Hermes yang terbuat dari kulit buaya bertatahkan berlian dengan hiasan emas putih mencetak rekor penjualan tertinggi dalam lelang. Tas itu terjual dengan harga 2,32 juta dolar Hong Kong atau sekitar Rp 4,08 miliar dalam lelang di Hong Kong.
Tas Himalaya Niloticus Crocodile Diamond Birkin 30 itu dibeli oleh seseorang yang melakukan penawaran lewat telepon pada Senin malam, 30 Mei 2016. Nilai jualnya melampaui estimasi pra-penjualan di rumah lelang Christie's, yakni sebesar 2 juta dolar Hong Kong. "Itu rekor harga dunia untuk tas tangan yang dijual dalam lelang," kata Bingle Lee, juru bicara Christie's di Hong Kong.
Tas desainer semakin dianggap sebagai peluang investasi dan menjadi incaran baru para kolektor, menghebohkan balai-balai lelang dunia, dan mencetak rekor harga baru. Rekor baru penjualan tas Hermes tersebut mengalahkan rekor yang dicetak tahun lalu, juga di Hong Kong, ketika sebuah tas Hermes warna fuchsia terjual US$ 222.912 (sekitar Rp 3,03 miliar).
Tas buatan tangan yang digambarkan Christie’s sebagai tas "terlangka, paling dicari" itu bertatahkan berlian, dengan gesper dan gembok mini khas Hermes yang terbuat dari emas putih 18 karat. "Diyakini hanya ada satu atau dua Diamond Himalaya yang diproduksi setiap tahun secara global. Ini menjadikannya tas tangan yang paling sedikit diproduksi," kata Christie's dalam pernyataan yang dikeluarkan sebelum lelang.
Tas tangan itu dibuat pada 2008 dan berasal dari seri ikonik Hermes "Birkin", yang dinamai seperti nama aktris dan penyanyi Jane Birkin. Dia lahir di Inggris dan tinggal di Prancis. Tas Himalaya Niloticus Crocodile Diamond Birkin 25 yang lebih kecil akan dilelang beberapa hari ke depan dengan estimasi harga jual 1,3-1,5 juta dolar Hong Kong.
Ramadan, Komunitas di Yogyakarta Edukasi Pecinta Fashion Rintis Karya Pemikat Wisatawan
43 hari lalu
Ramadan, Komunitas di Yogyakarta Edukasi Pecinta Fashion Rintis Karya Pemikat Wisatawan
Komunitas Indonesia Fashion Chamber (IFC) Yogyakarta meyakini, besarnya pasar wisatawan di Yogyakarta menjadi anugerah tersendiri untuk terus menghidupkan ekonomi kreatif di Kota Gudeg.