TEMPO.CO, Jakarta - Gangguan kecemasan merupakan salah satu penyakit mental yang menyerang banyak orang. Di Amerika Serikat, diketahui ada 25 juta orang yang mengalaminya. Selain detak jantung yang berdegup kencang, tangan berkeringat, sakit kepala, dan tubuh bergetar, para pengidap gangguan kecemasan juga menderita akibat komentar pedas masyarakat yang kurang paham dengan penyakit ini. Oleh karena itu, berikut lima kalimat yang sebaiknya tidak disampaikan kepada para pengidap gangguan kecemasan:
“Tetaplah tenang”
“Ini kalimat yang tidak benar,” ujar Janine Domingues, Ph.D, psikolog klinis di Anxiety and Mood Disorders Clinic, New York. “Anda meminta seseorang untuk melakukan hal yang sulit. Jika memang dia bisa tenang, sudah pasti akan dilakukan. Namun, menjadi tenang sangat sulit dilakukan oleh para penderita gangguan kecemasan. Mengatakan hal itu akan membuat ia semakin frustasi dan panik. Ia akan berpikir: ‘Apa yang salah dengan saya? Mengapa saya tidak bisa tenang?’. Bagi kita, kalimat tersebut mungkin biasa, namun bagi mereka yang mengalami gangguan kecemasan, itu bisa menimbulkan perasaan sedih dan bersalah,” papar Domingues.
Baca juga:
Puasa Arafah, Simak 7 Kebaikan Berpuasa bagi Jiwa dan Raga
Olahraga yang Dihindari saat Hamil, Tenis sampai Yoga Bikram
Minum Jus, Satu Cara Atasi Jet Lag, Simak 5 Lainnya
“Jangan khawatir, tidak akan ada hal buruk yang terjadi”
Orang-orang dengan gangguan kecemasan sering terjebak dalam pemikirannya sendiri. Mereka fokus pada skenario terburuk. Meskipun kita ingin menenangkan mereka, namun cara itu justru akan memberikan efek yang berlawanan. “Orang yang memiliki gangguan kecemasan sulit percaya akan hal tersebut. Jika mereka berusaha mengatasi rasa takutnya dan itu tidak berhasil, mereka akan menganggapnya sebagai sebuah kegagalan. Jadi, dibanding meminta mereka untuk tidak khawatir, sebaiknya katakan hal ini: ‘Jika ada hal buruk terjadi, kamu tidak perlu merasa baik-baik saja, tapi berusahalah untuk melewatinya’,” kata Domingues.
“Jangan pikirkan hal tersebut”
“Jika saya berkata ‘jangan pikirkan hal tersebut’, kemungkinan besar yang terjadi adalah itu yang akan selalu dipikirkan. Begitulah cara kecemasan bekerja. Semakin keras usaha kita untuk melupakannya, justru semakin besar kekhawatirannya,” tambah Domingues.
“Kamu tidak perlu hadir ke pestaku”
Ada garis tipis antara memahami dan terlalu mengakomodasi. Jika Anda menyelenggarakan pesta dengan mengundang 20 orang lebih dan mengetahui bahwa teman Anda yang memiliki gangguan kecemasan akan merasa tidak nyaman, pasti Anda ingin mengatakan kepadanya bahwa tidak perlu datang.
“Namun, cara tersebut justru menegaskan bahwa Anda yakin dia tidak bisa mengatasi kecemasannya. Ini akan membuatnya sedih dan merasa bersalah karena telah merepotkan orang lain,” kata Domingues. Ada baiknya, jika kita membantu agar dia bisa datang ke pesta dengan nyaman. Misalnya, dengan mencarikan teman atau mengajarkannya berlatih bicara dengan banyak orang agar lebih percaya diri. Barulah setelah itu tanyakan kepadanya ingin datang ke pesta atau tidak.
“Ini hanyalah sebuah fase, kamu pasti bisa melewatinya”
Gangguan kecemasan tidak akan hilang dengan sendirinya. Mengatakan kalimat tersebut justru akan membuat mereka merasa tidak perlu menemui ahli jiwa. Padahal, itu sangat dibutuhkan. “Jika kecemasan mengganggu kehidupan seseorang sampai membuatnya malas keluar rumah, bekerja dan bersosialisasi, sudah saatnya meminta pertolongan tenaga ahli,” kata Domingues. Ia menyarankan agar bertemu dengan psikolog yang memiliki spesialisasi pada terapi kognitif.