TEMPO.CO, Jakarta - Perkembangan kehidupan manusia memang mengarah kepada segala sesuatu yang dipacu lebih cepat. Di Indonesia, heboh pembangunan kereta api cepat Jakarta-Bandung adalah salah satu contoh. Kereta api harus dipacu lebih kencang. Atau, semua produsen komputer, apa pun jenisnya, berlomba untuk menciptakan pemroses yang makin cepat dan makin cepat.
Almarhum Muhammad Ali, petinju terbesar dalam sejarah, pernah menyinggung perihal terlambat ini dengan nada gusar. “Pelatih saya tak pernah berbicara apa pun manakala saya tengah bertinju. Saya tak mengizinkannya. Saya bertarung dan bertarung. Yang saya tahu saya harus memenangkan pertarungan. Sudah terlambat bila pada saat itu ia menasihati saya,” ujarnya.
Kalimat kuno, biar lambat asal selamat sudah tak laku. Sebagai ganti harus cepat dan selamat. Manusia cenderung makin tak pandai bersabar dan berlama-lama. Dalam konteks tendensi yang semua ingin makin cepat, kata terlambat menjadi sebuah dosa dan kesalahan. Kata terlambat seolah tak layak lagi digunakan sebagai kata bagi kehidupan yang tertib dan beradab.
Benarkah demikian seharusnya? Benarkah kita harus menghapus kata terlambat dari kosa kata kehidupan positif kita?
Untuk itu kita simak kalimat yang dalam bahasa Inggris "it’s better late than never", lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali. “Lebih baik setop merokok, tidak ada kata terlambat untuk itu,” kata Loni Anderson, seorang aktris Amerika.
“Tidak pernah terlambat untuk mengubah pola makan menjadi lebih sehat. Sekali mengubahnya, tubuh akan berterima kasih, demi kesehatan,” kata David H. Murdock, seorang pebisnis dan filantropis Amerika.
“Tidak ada kata terlambat untuk membuang jauh-jauh prasangka-prasangka kita,” kata Henry David Thoreau, filsuf dan penulis Amerika abad ke-19.
Tiga nasihat di atas adalah pernyataan yang menegaskan kata terlambat tetap layak digunakan, dalam hal ini menyangkut soal kesehatan. Kebiasaan buruk merokok, pola makan yang tak terkendali, dan prasangka-prasangka dalam pikiran adalah soal-soal pemeliharaan kesehatan. Lebih baik terlambat untuk memelihara kesehatan daripada tidak memeliharanya sama sekali.
Michael Jordan, pebasket legendaris dunia, berhasil merengkuh pelbagai keberhasilannya, antara lain berkat nasihat yang diperoleh dari ayahnya, “Ayah saya pernah berkata bahwa tak akan pernah terlambat untuk melakukan apapun yang kamu ingin lakukan. Kamu tak akan pernah tahu apa yang dapat kamu raih sebelum kamu mencobanya,” katanya.
Esensi dari nasihat ayah Jordan adalah terus berani berbuat, berani mencoba melakukan, tidak berdiam diri, dan tidak pasif. Bergerak dan terus berbuat agar kita benar-benar mampu mengetahui dengan jelas segenap batas kemampuan dan apa-apa yang kita bisa raih sebagai hasil usaha itu. Untuk sikap teguh itu, kata ayah Jordan, tak dikenal kata terlambat.
Senada dengan nasihat-nasihat di atas, nasihat ini berujung pada tujuan hakiki setiap insan manusia,” Tak pernah terlambat untuk memulai sesuatu, tak pernah ada terlambat untuk menjadi bahagia,” kata Jane Fonda, artis film sekaligus aktivis politik dan guru enam. Lebih baik terlambat berbahagia daripada tidak pernah berbahagia sama sekali.
BISNIS
Artikel lain:
7 Fakta Sarin, Mengatasinya? Mandi dengan Sabun
Rokok Stop, Tekanan Darah Stabil, Mengapa PJK Masih Mengintai?
Studi: Bikin Kue Baik untuk Kesehatan Mental