TEMPO.CO, Jakarta - Semakin keras Anda membentak anak, maka semakin keras pula anak akan meresponsnya. Namun, terkadang bentakan tersebut dibutuhkan terutama ketika anak dalam bahaya, misalnya seperti berlari menyeberang jalan secara tiba-tiba. Tujuannya agar perhatian anak segera teralihkan dan menjauh dari bahaya tersebut.
Setelah kejadian tersebut, biasanya anak akan menangis sebagai respon dari rasa panik dan takutnya (bukan akibat Anda membentaknya). Tenangkan anak dengan memeluknya dan jelaskan padanya betapa berbahaya tindakannya tersebut.
Anda bisa berkata, "Ibu tahu kamu kesal. Tapi yang kamu lakukan tadi sangat berbahaya dan ibu takut kamu terluka. Jangan lakukan hal itu lagi ya." Disarankan Anda tidak menghukum anak karena biasanya anak telah belajar dari kesalahannya tersebut.
Walau membentak anak diperbolehkan dalam situasi tertentu, perilaku ini sebaiknya tidak dijadikan kebiasaan. Karena anak cenderung akan kebal terhadap kebiasaan membentak atau berteriak Anda. Tarik napas dan segera beranjak menjauh beberapa saat setiap kali Anda merasa akan membentak anak seperti dilansir laman KidsHealth.
Bicaralah dengan suara yang pelan namun tegas dan fokuslah pada perilaku negatif yang dilakukan bukan kepada pribadi anak ketika akan menasihatinya.
Terapkan pula hukuman yang sesuai dengan perilaku anak. Misalnya, jika anak melempar mainannya, mintalah ia memungutnya. Jika ia mengambil barang milik orang lain, ingatkan ia untuk mengembalikannya.
Baca juga:
Anak Anda Sering Sakit? Ini Sebabnya
Air Putih Bisa Bikin Bayi Kurang Gizi
Tipe Pria yang Tak Pantas Jadi Pasangan Anda