TEMPO.CO, Jakarta - Di era digital, banyak anak menghabiskan banyak waktu dengan bermain gadget. Padahal tugas orang tua membatasi anak bermain gadget jangan sampai anak kecanduan. Si Kecil boleh memegang gadget sendiri idealnya setelah berusia 12 tahun. Gadget dapat membuat konsentrasi anak menurun.
Kajian medis dan psikologi mengungkapkan bahwa anak boleh memegang gadget sendiri setelah usia 12 tahun. Psikolog Efnie Indriani, menyampaikan tinjauan kesehatan dan psikologi penggunaan gadget pada anak.
"Idealnya gadget diberikan kepada anak setelah berusia 12 tahun. Pada usia itu, fungsi otak depan (frontal lobe) Si Kecil sudah matang. Anak sebelum usia 12 tahun memegang gadget, curiosity atau rasa penasarannya melonjak. Otak akan berpikir: 'Kalau saya menekan tombol ini, layarnya menampilkan apa, ya?'" ujar Efnie.
Ketika frontal lobe belum matang, kemampuan berpikir analitis anak belum maksimal. Itu membuat otak anak terpeleset untuk mengakses hal-hal yang tidak layak. Ketika otak depan belum matang, habit (kebiasaan) mudah terbentuk karena tidak ada pembatas pada otak.
"Tidak ada filter atau penyaring sehingga habit Si Kecil tidak terkendali. Selalu ingin dan ingin memainkan peranti gadget. Jika di atas 12 tahun, otak depan menjelma menjadi filter yang membuat si kecil punya kemampuan mengontrol diri," ungkapnya. Sebagai informasi, otak terdiri tiga bagian: otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Otak depan terdiri dari cerebrum, thalamus, dan hypothalamus.
Lobus frontal atau frontal lobe merupakan bagian lobus paling depan dari otak besar. Lobus ini terkait erat dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan bergerak, fungsi kognitif, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kemampuan bahasa secara umum, bahkan mengontrol perilaku seksual.
Terkadang, ibu bekerja pulang dalam kondisi lelah. Ia lupa, sang buah hati adalah makhluk yang cerdas. Ketika melihat ibunya bekerja, ia mau mandi sendiri. Begitu wiken tiba, ia tidak mau mandi sendiri. Maunya dimandikan ibu. Ketika ibu di dapur, ia rewel dan bertingkah. Dalam kondisi lelah, ibu dan bapak lebih suka memberi gadget dengan tujuan, yang penting anak anteng.
"Orang tua lupa ketika mata Si Kecil terlalu sering berinteraksi dengan layar gadget, itu memantik radiasi yang bisa menurunkan kemampuan konsentrasi. Ketika melihat banyak warna di layar sentuh, ia menikmati. Ketika membaca buku pelajaran, ia gagal fokus. Karena sudah terbiasa melihat sesuatu yang penuh warna dan bergerak. Ketika tiba-tiba dihadapkan buku bacaan warna hitam putih, konsentrasi menurun. Retina mata terkejut," ujar Efnie mengingatkan.
Yang mengalami ini tak hanya anak-anak. Orang dewasa pun bisa mengalami. Terbiasa menatap gadget, lalu dituntut memperhatikan presentasi klien di kantor, Anda paling banter mampu konsentrasi 15 menit. Setelah 15 menit, pikiran buyar.
Berita lainnya: