TEMPO.CO, Surabaya - Sekitar lima belas perempuan duduk melingkar di antara lapak pameran batik Surabaya Fashion Parade 2016, Kamis, 12 Mei 2016. Kegiatan yang berlangsung selama lima hari di Convention Center Tunjungan Plaza, Surabaya itu tampak dipadati pengunjung.
Perempuan-perempuan itu tampak sibuk dengan selembar kain putih dan tali rafia berwarna kuning. Setelah Tempo dekati, rupanya ibu-ibu yang tergabung dalam Komunitas Pencinta Kain itu sedang belajar membuat batik jumputan. "Iya, ini ternyata susah banget ngiketnya," kata Windrati, Ketua Komunitas.
Windrati mengeluhkan sulitnya mengencangkan ikatan tali pada kain untuk membentuk pola batik. Dengan dipandu oleh Anti, yang juga anggota Komunitas, Windrati berusaha membuat pola sebaik mungkin. Tindakan yang sama juga dilakukan oleh peserta lain.
Jumputan merupakan salah satu corak kain yang dimiliki Indonesia selain batik dan tenun. Windrati mengatakan Komunitas Pencinta Kain ini berusaha menghargai kain khas Indonesia. Salah satunya dengan menggunakan kain tanpa jahitan di acara-acara penting. "Kami dari berbagai profesi, tapi kumpul jadi satu ingin melestarikan kain Indonesia," ujar Windrati.
Windrati menjelaskan, setiap kain tradisional khas berbagai daerah di Indonesia memiliki cerita dan filosofi yang beragam. Satu kain, kata dia, merupakan satu rangkaian cerita. Jadi, apabila kain itu dipotong, akan memotong cerita. "Sayang juga, bikinnya susah. Ini saya bikin jumputan juga susah," ujar Windrati sambil tetap sibuk membentuk jumputan berbentuk bola-bola kecil.
Komunitas Pencinta Kain berdiri di Surabaya pada akhir Desember 2015. Mereka saling bertukar informasi tentang kain Indonesia. Beberapa kali juga mengadakan acara kumpul bersama seperti kegiatan yang diselenggarakan di Tunjungan Plaza, Surabaya dalam rangka menyambut Ulang Tahun Kota Surabaya.
SITI JIHAN SYAHFAUZIA
Baca juga :
Resep Tongseng Kambing Pedas
Jangan Abaikan Tiga Kebutuhan Penting dalam Hidup
Pilot Cantik Patricia: Cerita Minyak Telon dan High Heels