TEMPO.CO, Jakarta – Karnivor, nama restoran yang berada di antara distro-distro di Jalan Riau, Bandung.
Menurut General Manager Karnivor, Eric Lowell, saat resto didirikan, ia dan teman-temannya memang ingin membangkitkan masa zaman dinosaurus. Jadi tema yang diusung pun "let's meet our meat". "Kami ingin menumbuhkan kesan brutal, buas, dan besar, seperti era para pemakan daging dulu," ujarnya.
Hidangan andalan pertama yang ditawarkan Karnivor adalah iga jumbo. "Untuk iga jumbo, biasanya kami memilih iga dengan tulang kecil," ujar Eric. Iga bakar ini dimasak dengan teknik yang unik dengan daging pilihan.
"Kami pilih sapi-sapi dari Australia dan masih muda, kemudian kami pelihara sebentar di Indonesia sebelum dipotong," ujar lulusan Universitas Toulouse, Prancis, ini menjelaskan. Selain itu, iga jumbo dimasak dengan bahan-bahan campuran dari berbagai negara, seperti Eropa dan Timur Tengah, serta tentu saja dari Indonesia.
Tekstur daging yang lembut dan empuk menambah kelezatan iga jumbo. "Sebelum dibakar, kami rebus dulu selama lima jam dengan rempah-rempah khusus, kemudian kami bekukan, baru dibakar," Eric menerangkan. Rempah-rempah yang dicampurkan selama proses perebusan itu adalah campuran dari tiga resep masak tersebut. "Saya ganti beberapa resep Indonesia, saya masukan razel hanouet (resep campuran khas) dari Eropa dan rempah-rempah Timur Tengah."
Resep khas Karnivor yang disajikan panas di atas hotplate dengan hiasan sayuran hijau dan paprika itu membuat kita tergoda mengendus aromanya yang tersebar.
Kalau masih kurang, bisa pilih sajian lain, misalnya monster steak. Dinamai monster karena, bila kita melihat steak ini, mata pasti langsung terbelalak. Bagaimana tidak, ukurannya gila-gilaan. "Beratnya 1 kilogram," kata Eric. "Bisa dimakan tiga sampai lima orang."
Harganya juga tak begitu mahal. Hanya, monster steak biasanya disajikan pada akhir pekan, bersama kambing guling. "Kalau hari biasa cukup steak saja," ujarnya. Hidangan lain yang bisa menjadi pilihan adalah nasi goreng, kebab, bambu Afrika, sate, dan sup buntut.
Untuk minumannya, kita bisa memilih gorilla punch. Menurut Eric, minuman segar ini cocok disandingkan dengan monster steak ataupun iga jumbo. Cita rasanya campur: ada asam dan manis.
Apalagi sambil makan menikmati dinginnya Bandung. Lengkap sudah kenikmatan yang didapat. Pepohonan yang membuat suasana terasa di tengah hutan menambah kenyamanan makan. Hutan "liar" ini juga membawa kita seolah kembali ke masa kejayaan dinosaurus.
Berita lainnya:
Tiga Kue Imut-imut Bersaudara
Anak Pintar Saja Tak Cukup, Apalagi?
Mr. Mushroom Resto & Farm, Rumah Jamur Sekaligus Edukasi