TEMPO.CO, Jakarta - Seringkali orang tua menggunakan nada tinggi untuk mendisiplinkan anak. Padahal, dalam melatih kedisiplinan anak sebaiknya berbicara dengan nada lembut.
Nada bicara lembut membuat pesan yang disampaikan terdengar lebih jelas, komunikasi lebih efektif, dan menguatkan hubungan emosional orang tua dan anak. Kelembutan memberi ketentraman. Anak merasa diterima serta dicintai. Ketika mereka melakukan hal buruk, menegur mereka dengan kelembutan justru memberi efek jera yang lebih efektif.
Ketika anak merasa aman dan dicintai tanpa syarat, akan lebih mudah bagi orangtua untuk mendisiplinkan mereka.
“Anak-anak akan lebih terbuka dengan dialog dan mendengarkan sebelum konflik berkembang menjadi adegan penuh teriakan dan amarah,” papar dokter spesialis anak dari Rumah Sakit Anak Wisconsin, AS, Laura Marusinec, MD.
Anak-anak memang sering berperilaku buruk. Itu bagian dari proses tumbuh kembang mereka. Tugas Anda, memberikan pemahaman mana yang baik dan buruk dengan lembut, jelas, serta tidak menyakiti hati mereka.
Tapi sesabar-sabarnya orang tua, sesekali tentu lepas kontrol lalu berteriak. Jika terlanjur terjadi, apa yang harus dilakukan orang tua?
Ketika situasi sudah terkendali, dekati anak lalu minta maaf. Jelaskan bahwa Anda tidak bisa mengendalikan emosi. Katakan padanya dalam situasi apa pun, berteriak bukan cara berkomunikasi yang baik.
Tidak perlu malu untuk berkata, “Maaf, karena ibu telah berteriak-teriak tadi. Ibu salah, karena sudah berteriak-teriak. Lain kali, tidak akan ibu lakukan lagi.”
Dengan begitu anak belajar semua orang bisa melakukan kesalahan. Karenanya, mereka patut minta maaf. Tanpa teriakan dan marah-marah, ibadah puasa Anda akan berjalan lebih khusyuk.
Berita lainnya:
Mudik Sebentar Lagi, Simak KIatnya Agar Ibu dan Si Kecil Aman
Kawan Imajiner Si Kecil, Baik atau Buruk? Pahami 5 Faktanya
7 Fakta Hidup Melajang, Bahagia atau Sengsara?