TEMPO.CO, Jakarta - Setiap orang pasti pernah memiliki pengalaman pahit dalam hidupnya. Namun, bagi sebagian individu, pengalaman yang sangat buruk bisa berdampak pada trauma psikis berkepanjangan, atau yang dikenal dengan istilah post-traumatic stress disorder (PTSD).
Gejolak emosi, stres, ketakutan, ketidakberdayaan, perasaan bersalah, malu, atau marah selama lebih dari satu bulan adalah gejala-gejala PTSD. PTSD adalah gangguan kecemasan yang muncul setelah mengalami atau menyaksikan kejadian traumatis, seperti terlibat di medan pertempuran, kematian mendadak orang dekat, bencana alam, insiden teroris, atau kekerasan fisik dan seksual.
Siapa pun bisa menjadi korban trauma psikis tanpa mengenal usia dan golongan. Hanya saja, jenisnya bermacam-macam. Ada penderita PTSD yang terus-menerus memikirkan penyebab trauma yang dideritanya. Hal tersebut bisa terjadi hingga bertahun-tahun setelah peristiwa pahit tersebut berlalu.
Ada juga penderita PTSD yang menjadi paranoid dan terus berada pada modus siaga. Namun ada pula penderita yang sebisa mungkin menghindari memori tentang trauma mereka.
Jika ada keluarga atau kerabat yang mungkin mengalami gangguan trauma psikis, coba kenali gejala-gejalanya. Penderita PTSD biasanya mudah ketakutan atau mengalami serangan panik.
Mereka juga cenderung sulit mempercayai orang lain dan memandang dunia sebagai tempat yang kejam. Mereka juga sulit membangun relasi dan kedekatan dengan orang lain, serta merasa dikucilkan keluarga atau teman.
Selain itu, mereka cenderung depresif dan tak jarang berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Secara fisik, mereka kerap merasa sakit kronis, pusing, sakit perut, diare, sesak di dada, kram otot, atau sakit punggung.
Jika dibiarkan berkelanjutan, mereka akan gagal berfungsi baik dalam pekerjaan, di sekolah, atau di lingkungan sosial. Lebih buruk lagi, tidak sedikit dari mereka yang menjadikan obat-obatan terlarang atau alkohol sebagai pelarian.
Direktur Eksekutif Center for Deployment Psychology di Uniformed Services University of the Health Sciences (USUHS) David Riggs mengatakan PTSD bisa diterapi untuk kesembuhan tapi dibutuhkan jangka waktu yang tidak sebentar.
“Dalam satu atau dua pekan setelah peristiwa traumatis, normalnya seseorang mungkin akan melihat segalanya mulai membaik. Namun, jika rasa trauma berkelanjutan selama lebih dari dua atau tiga bulan, rasanya itu akan sulit disembuhkan,” ujarnya.
PTSD dapat disembuhkan melalui terapi eksposur, terapi pengolahan kognitif, dan terapi eye movement desensitization and reprocessing, yang akan membuat seseorang mampu menghadapi sumber traumanya.
“Bagaimanapun, pengobatan paling efektif untuk mengatasi trauma psikis adalah peduli pada diri sendiri. Penderita harus mulai memikirkan apa yang baik untuk dirinya agar tidak tenggelam dalam pikiran traumatis,” kata Riggs.
Salah satu cara paling ampuh, menurut Riggs, adalah dengan mendekatkan diri kepada keluarga dan sahabat. Jangan sampai penderita merasa sendirian. Banyak-banyaklah mengobrol dan beraktivitas dengan orang-orang terdekat untuk membangun energi positif.
Cara lain adalah dengan relaksasi. Biasakan mengambil waktu untuk bersantai, seperti membaca buku, mendengarkan musik yang tenang, atau jalan-jalan. Bisa juga dengan meditasi, yoga, atau terapi pijat.
“Selain itu, rutinlah berolahraga, istirahat yang cukup, menulis buku harian, dan hindari alkohol serta narkoba. Kurangi juga kafein, batasi paparan terhadap tayangan televisi, dan yang terpenting biasakan diri membantu sesama di lingkungan,” tutur Riggs.
Bangkit dari trauma adalah hal yang sulit, tapi tidak mustahil. Jangan malu mengungkapkan trauma yang dirasakan pada orang yang dipercaya. Lebih terbukalah dalam menjalani hidup dan ingat bahwa masih banyak orang dengan beban yang lebih berat.
Artikel lain:
7 Kebiasaan di Siang Hari yang Mengganggu Tidur
Mengenal Kerja dan Fungsi Liver
Yuk, Ketahui Makna Menguap