TEMPO.CO, Jakarta - Populasi sapi perah yang cukup di dalam negeri menjadi jaminan ketersediaan jumlah susu nasional. Namun, menurut Ketua Asosiasi Peternak Sapi Perah Indonesia (APSPI) Agus Warsito, populasi sapi perah di Indonesia mengalami penurunan sejak 2011 akibat pemotongan sapi betina yang produktif.
"Tingginya harga sapi potong menyebabkan para peternak sapi perah memotong sapi betina yang masih produktif," tuturnya dalam diskusi media tentang perkembangan sapi perah nasional dan produksi susu lokal di Jakarta, pekan lalu.
Bahkan, ia menjelaskan, ada satu rumah potong hewan di Jawa Timur dengan 50 persen sapi yang dipotong adalah betina produktif. "Dan sekitar 30-40 persen sapi betina tersebut sedang bunting," kata Agus.
Menurut Agus, mereka yang memotong sapi betina produktif ini bisa dikenakan Undang-Undang Pasal 18 Tahun 2009 yang sanksinya berupa hukuman kurungan. Agar sapi betina produktif tidak diambil dagingnya sebagai sapi potong, Agus mengatakan pemerintah bisa menaikkan harga susu.
"Dengan menaikkan harga susu yang diterima peternak dari Rp 4.500 per liter menjadi Rp 7.000 per liter, maka pendapatan para peternak akan meningkat sehingga bisa mengurangi keinginan mereka untuk menjual daging sapi betina yang produktif," ucapnya.
Tidak hanya itu, Agus berharap pemerintah tidak hanya berfokus pada pengembangan sapi potong. "Semoga pemerintah bisa lebih berfokus memperhatikan pengembangan sapi perah di Indonesia. Perlu diingat bahwa sapi perah bisa memenuhi kebutuhan sapi potong dan susu nasional karena sapi perah hanya bisa diperah setelah melahirkan dan 50 persen anak sapi yang jantan bisa jadi sapi potong juga," katanya.
Populasi sapi nasional pada 2015 hanya berjumlah 525.171 ekor dibanding tahun 2012 yang mencapai 611.940 ekor.
Artikel lain:
10 Makanan yang Membantu Tubuh Tumbuh Lebih Tinggi
Menakar Kebutuhan Kalsium Berdasarkan Usia
Anda Punya Gejala Kekurangan Vitamin B12?