TEMPO.CO, Jakarta - "Bayangkan sebuah pekerjaan di ketinggian yang tidak mengharuskanmu menjadi pilot," kata Marina Martam saat Tempo menemuinya. Jika berhasil menjawab teka-teki itu, kami akan tahu apa profesinya.
Beberapa jawaban dia jawab dengan gelengan. Saat kami menyerah, dia tersenyum dan berkata: "Aerial artist". Aerial artist atau seniman udara. Profesi ini memang belum terlalu populer di Indonesia. "Sebagian besar pertunjukan aerial arts di Indonesia dilakukan oleh seniman dari luar negeri," ujar Marina.
Aerial arts merupakan semacam akrobat di udara yang menggunakan sejumlah alat hingga sang artis bisa bergerak seperti menari-nari. Sedikit berbeda dengan trapeze yang berayun-ayun di ketinggian.
Marina mengenal seni ini di sebuah resor internasional di Bintan. Di sana, dia belajar meliuk-liuk dengan aerial silk—dua lembar kain sepanjang lebih dari 10 meter yang terulur ke bawah—atau berputar-putar dengan spanish web, tali panjang yang menggantung tinggi. Dengan keahliannya ini, Marina bisa keliling dunia, mulai Thailand, Malaysia, Turki, hingga Meksiko.
"Selama delapan tahun saya berkeliling dari satu negara ke negara lain, dan saya rasa itu cukup," kata Marina. Dia tetap berkarya sekembalinya ke Indonesia. Tidak sesibuk saat masih di luar negeri, tapi Marina tetap mengasah keterampilannya. Marina berputar-putar seperti kitiran, meliuk di antara lipatan kain seperti kepompong.
"Latihan seperti ini membuat saya tetap fit, karena tanpa kondisi tubuh yang bugar, saya tak mungkin melakukan ini," katanya. Tanpa jaring dan harness penyangga, Marina bisa jatuh kapan saja jika dia lengah. Namun dia menikmati berada sekian meter dari lantai. "Saya menari dengan bebas."
Marina memang tak takut ketinggian. "Tapi justru itu kelemahan saya. Karena dengan tidak takut jatuh, saya dulu ceroboh. Seseorang harus punya rasa takut agar waspada," katanya.
KORAN TEMPO | QARIS TAJUDIN
Baca juga:
5 Cara Menghindari Perang di Kantor
Keluar Kerja Secara Elegan, Begini Caranya
Cara Jitu Mengubah Gaya Hidup Konsumtif