TEMPO.CO, Jakarta - Mastektomi atau pengangkatan seluruh jaringan payudara sering kali menjadi pilihan untuk pengobatan kanker payudara selain kemoterapi atau radiasi. Pengobatan ini dianggap efektif mencegah penyebaran kanker, tapi pasien harus kehilangan salah satu atau kedua payudara. Itu sebabnya, setelah mastektomi biasanya pasien menjalani perawatan akhir bedah rekonstruksi payudara.
Menurut dokter spesialis bedah plastic Rumah Sakit MMC Jakarta, Dewi Aisyiah Mukarramah, bedah rekonstruksi merupakan upaya untuk mengembalikan bentuk yang cacat karena penyakit hingga mendekati normal. Beberapa penyakit yang bisa menyebabkan cacat antara lain kanker, trauma, kelainan bawaan, hingga luka bakar. Ini bisa terjadi pada seluruh tubuh dari ujung kepala hingga kaki, termasuk payudara.
“Ini berbeda dengan (bedah) estetik. Estetik tidak ada dasar penyakitnya, tetapi membentuk tubuh agar lebih harmonis. Misalnya, payudara kecil ingin implant supaya lebih percaya diri,” kata dia dalam acara media dan corporate gathering Rumah Sakit MMC, Kamis, 20 Oktober 2022, untuk memperingati Bulan Kesadaran Kanker Payudara.
Pada penyintas kanker payudara yang menjalani mastektomi, bedah rekonstruksi ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup setelah menjalani terapi. Payudara dianggap sebagai simbol feminitas, jika tidak seimbang sering kali membuat penyintas kanker merasa kualitas hidupnya menurun.
“Goalnya adalah meningkatkan kualitas hidup pasien dan meminimalkan efek psikologis sehingga pasien bisa kembali hidup seperti biasa,” ujar Dewi.
Bedah rekonstruksi payudara biasanya dilakukan dengan metode flap. Jadi, dokter biasanya mengambil jaringan kulit beserta jaringan lunak dibawahnya dari area perut, lalu dipindahkan ke payudara. Kadang kala perlu beberapa kali operasi untuk membentuk payudara yang mirip dengan aslinya.
Menurut Dewi, bedah rekonstruksi payudara menimbulkan beban psikologis yang lebih kecil karena pasien bisa menghindari pemakaian protesa payudara atau payudara. Dari segi onkologi, prosedur ini dinilai aman karena tidak memberi dampak negatif terhadap kekambuhan atau survival pasien.
Di luar negeri, onkoplasti atau rekonstruksi adalah standar penanganan kanker payudara sehingga sudah ditanggung asuransi. Tetapi, di Indonesia sering kali perawatan ini dianggap bersifat estetik.
Baca juga: Mengenal 4 Tipe Mastektomi untuk Pengobatan Kanker Payudara
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.