TEMPO.CO, Jakarta - Protein shake sering dijadikan pengganti makanan untuk orang yang sedang diet. Makanan cair ini mengandung nutrisi yang mudah dicerna, rendah kalori, dan ramah terhadap penurunan berat badan, itulah sebabnya banyak orang melakukan diet ini di masa lalu. Tapi apakah shake sehat dan aman sebagai pengganti makanan?
Archana Batra, ahli gizi dari India, mengatakan bahwa banyak yang menggantikan makanan sarapan, makan siang, atau makan malam dengan shake. "Ini adalah cara populer untuk menurunkan berat badan dan tinggi protein, yang dapat membantu Anda merasa lebih kenyang untuk jangka waktu yang lebih lama," kata dia, dikutip dari Times of India.
Namun, sejauh menyangkut kesehatan dan keselamatan, dia memperingatkan agar tidak hanya mengandalkan pengganti makanan seperti itu, karena dapat menyebabkan kekurangan nutrisi.
"Shake pengganti makanan sebagian besar mengandung protein dan serat, dengan sedikit vitamin, mineral, karbohidrat, dan lemak. Produk pengganti makanan yang berbeda memiliki bahan dan nutrisi yang berbeda karena tidak semua pengganti makanan dibuat sama. Inilah mengapa harus memilih suplemen pengganti makanan yang ingin digunakan dengan sangat hati-hati, dengan membaca daftar bahan dan melakukan penelitian awal," sarannya.
Berbagi pandangannya tentang hal yang sama, Anjali Hooda, spesialis obesitas, metabolik lanjutan & spesialis kedokteran fungsional, mengatakan, shake pengganti makanan aman dan sehat, terutama untuk alasan medis. Ini disebut makanan medis yang terkadang dapat membantu orang menurunkan berat badan. "Ketika orang sangat kelebihan berat badan, kami menggunakan shake pengganti makanan yang dirancang khusus ini. Tapi ini bukan berarti bisa digantikan dengan shake apa pun. Shake ini dirancang khusus untuk mengganti makan karena memiliki protein dan kalori yang cukup sehingga pasien merasa kenyang," kata dia.
Tapi ahli gizi Kavita Devgan tidak mendukung pendapat itu. "Saya tidak menganjurkan itu [shake pengganti makanan]. Karena intinya, saya pribadi percaya bahwa kita harus makan makanan dalam bentuk sealami mungkin. Inilah sebabnya saya juga bukan penggemar berat suplemen. Jadi dengan prinsip yang sama, saya lebih suka menyarankan makan makanan apa adanya, tetapi konsumsilah dalam jumlah sedang," ia menjelaskan.
Dia lebih lanjut menjelaskan, shake tidak bisa meniru makanan alami. Jadi itu tidak akan sebaik makanan alami. Misalnya, jika kita berbicara tentang jeruk, kita terus berbicara tentang vitamin C, kandungan di dalamnya dan betapa baiknya itu bagi kita. "Jadi, penggantian makanan adalah jelas berdasarkan apa yang kita ketahui tentang nutrisi sampai sekarang. Jadi jelas tidak setara dengan makanan alami dan tidak akan pernah," kata dia.
Bisakah shake membantu menurunkan berat badan?
Menurut Devgan, penggantian makanan biasanya dilakukan di rumah sakit dengan pengaturan klinis. Tapi tidak bisa untuk massal.
Dia mencontohkan, seseorang yang seharusnya menjalani operasi, tetapi harus menurunkan berat badan dalam jumlah tertentu sebelum operasi yang menyelamatkan jiwa itu, shake pengganti makanan bisa menjadi solusi yang efektif. Namun, jika seseorang hanya ingin mengurangi kalori dan menurunkan berat badan, itu mungkin tidak berhasil dalam jangka panjang.
"Shake yang berfungsi sebagai pengganti makanan dapat membantu penurunan berat badan dalam jangka pendek, tetapi itu (protein shake) bukan solusi yang berkelanjutan. Pemeliharaan berat badan jangka panjang membutuhkan komitmen, pembatasan kalori, dan olahraga," kata dia.
Baca juga: Waktu Terbaik Minum Protein Shake, Sebelum atau Sesudah Olahraga?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.