TEMPO.CO, Jakarta - Apakah Anda seseorang yang menambahkan saus pedas ke semua yang Anda makan atau seseorang yang meminta saus ringan sebagai pendamping, jelas bahwa kita semua memiliki preferensi rasa yang berbeda. Alasan orang menyukai makanan tertentu dan tidak menyukainya didasarkan pada budaya, selera, atau paparan makanan Anda saat masih kanak-kanak. Namun menurut studi terbaru hal itu sebenarnya terkait dengan genetika.
Melansir laman Prevention, studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications, menemukan ratusan variasi genetik yang terkait dengan makanan tertentu, termasuk yang dapat membuat Anda menyukai atau tidak menyukai makanan seperti ikan berminyak, alpukat, cabai, dan banyak lagi.
Dalam studi genetik besar tentang preferensi makanan, para peneliti dari University of Edinburgh melihat tanggapan dari lebih dari 160 ribu peserta dari Biobank Inggris tentang suka dan tidak suka dari 139 makanan dan minuman yang berbeda menggunakan skala sembilan poin. Peserta menanggapi kuesioner dan peneliti menggunakan informasi genetik untuk menemukan apakah kelompok makanan atau rasa dipengaruhi oleh sifat genetik tertentu.
Para ilmuwan menemukan 401 variasi genetik, banyak di antaranya memengaruhi banyak sifat suka atau tidak suka makanan. Berdasarkan hasil, para peneliti membuat "peta makanan" yang menguraikan tiga kelompok makanan yang terkait dengan genetika, makanan yang sangat enak, rendah kalori, dan makanan yang didapat.
Ini termasuk komponen genetik yang membuat orang condong ke makanan berkalori tinggi (sangat enak), seperti daging, susu, dan permen. Komponen genetik lain dikaitkan dengan mereka yang menyukai makanan dengan rasa yang kuat, seperti alkohol dan sayuran pedas. Kelompok ketiga genetika terkait dengan orang-orang yang tertarik pada buah-buahan dan sayuran (rendah kalori).
Para peneliti mencatat bahwa mereka yang memiliki genetika yang mengikat mereka pada satu kategori makanan juga berbagi genetika untuk ciri-ciri kesehatan tertentu. Misalnya, orang yang biasanya menikmati makanan yang sangat enak juga membawa varian gen yang terkait dengan peningkatan risiko obesitas dan tingkat aktivitas yang lebih rendah. Sedangkan orang yang menikmati makanan dengan rasa yang kuat sering secara genetik cenderung menurunkan kadar kolesterol dan aktivitas fisik yang lebih tinggi, tetapi kemungkinan lebih tinggi dari asupan alkohol tinggi atau merokok. Dan, mereka yang condong ke buah dan sayuran secara genetik cenderung melakukan lebih banyak aktivitas fisik.
Penelitian memang menunjukkan bahwa mereka yang secara genetik cenderung menyukai sayuran belum tentu menyukai semua sayuran. Para ilmuwan menemukan hubungan yang lebih lemah untuk menikmati sayuran salad, sayuran yang dimasak, dan beberapa sayuran yang rasanya lebih kuat, seperti bayam dan asparagus. Selain itu, para peneliti menunjukkan bahwa mereka yang cenderung beralih ke makanan berkalori tinggi dan lebih enak mungkin memiliki lebih banyak hal daripada sekadar genetika. Mereka berhipotesis setelah pemindaian MRI bahwa ini mungkin lebih mungkin terkait dengan bagian otak yang terlibat dalam pemrosesan kesenangan, menurut rilis berita.
Preferensi makanan tdak selalu dalam kendali Anda. Penelitian ini mungkin pada titik tertentu membantu menemukan cara untuk membantu orang mengubah pola makan mereka untuk mencapai tujuan kesehatan tertentu, tetapi sementara itu, ini adalah alasan yang bagus untuk digunakan ketika preferensi selera Anda menghalangi.
Baca juga: 6 Makanan yang Penting untuk Ibu Hamil yang Disarankan Ahli Gizi
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.