Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

3 Hal dari Masa Kecil Traumatis yang Bikin Anda Terjebak Hubungan Tak Sehat

Reporter

Editor

Yunia Pratiwi

image-gnews
Ilustrasi pasangan. Freepik.com/Yanalya
Ilustrasi pasangan. Freepik.com/Yanalya
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Masa anak-anak adalah waktu utama untuk perkembangan otak dan waktu ketika orang biasanya belajar untuk memiliki keterikatan yang sehat dan rasa cinta dan keamanan yang stabil.  Tetapi, ketika seseorang mengalami sesuatu yang traumatis selama masa anak-anak, hal itu dapat mengganggu perkembangan otak mereka dan mengubah rasa hubungan yang sehat.

Menurut Amanda Wiegert, konselor kesehatan mental berlisensi, setiap orang berhak untuk memiliki hubungan yang penuh kasih dan sehat yang dapat diandalkan untuk mendapatkan dukungan sepanjang hidup mereka. Namun, penyintas trauma, pelecehan, atau pengabaian masa anak-anak lebih sulit membentuk hubungan yang sehat karena pandangan negatif mereka terhadap orang-orang yang telah menyakiti mereka.

Berikut adalah 3 cara trauma masa kecil mencegah Anda berada dalam hubungan yang sehat sebagai orang dewasa.

1. Tertarik pada hubungan yang tidak sehat 

Tidak jarang seseorang yang selamat dari trauma berakhir dalam hubungan yang tidak sehat. Para penyintas percaya bahwa mereka perlu memperbaiki orang-orang bahwa mereka berada dalam hubungan intim. Atau, mereka melihat tanda-tanda hubungan yang tidak sehat dan merasa seolah-olah mereka pantas bersama seseorang yang memperlakukan mereka dengan buruk karena seseorang di masa lalu mereka memperlakukan mereka dengan buruk.

Hubungan yang tidak sehat ini akhirnya membuat orang yang selamat kembali trauma, tetapi orang tersebut tidak menyadarinya sampai jauh di kemudian hari dalam hubungan tersebut. Kekacauan dan/atau pelecehan dalam hubungan yang tidak sehat mungkin terasa asing bagi si penyintas. Namun, mereka percaya bahwa entah bagaimana kali ini akan berbeda. Kekacauan internal yang disebabkan oleh trauma dapat mengganggu kemampuan Anda untuk menciptakan harapan yang realistis untuk diri sendiri dan orang lain dalam hubungan.

2. Sulit mengatur emosi

Jika penyintas trauma masa anak-anak tidak membiarkan diri mereka sembuh dari trauma masa lalu, maka mereka mungkin melihat beberapa kesulitan dalam mengatur emosi. Trauma yang belum terselesaikan dapat membuat korban tetap waspada dan membuat mereka lebih rentan untuk bereaksi dengan kemarahan atau impulsif.

Trauma juga dapat meningkatkan ketakutan dan kecemasan dalam situasi yang biasanya tidak mengarah pada emosi negatif. Reaksi-reaksi ini sering berkaitan dengan amigdala hiperaktif yang dihasilkan dari pengalaman traumatis masa lalu. Jika Anda berada dalam suatu hubungan, penting untuk mengenali bagaimana trauma masa lalu memengaruhi kemampuan Anda untuk mengalami emosi sebagai orang dewasa.

3. Anda memiliki harga diri yang rendah

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Orang yang selamat dari trauma sering melihat diri mereka sendiri dengan rasa jijik, malu, atau perasaan bahwa mereka tidak dapat dicintai. Mereka mempertanyakan nilai-nilai dan semua yang mereka yakini — termasuk harga diri mereka sendiri. Perasaan tidak berharga, tidak valid, dan terputus dari diri sendiri adalah tanda-tanda bahwa trauma masa kanak-kanak terus menyebabkan efek riak sepanjang hidup dan hubungan penyintas.

Penting untuk mengenali adanya trauma masa anak-anak dan bagaimana trauma itu terus memengaruhi hidup Anda hingga dewasa. Menetapkan batasan dan komunikasi yang sehat di awal hubungan apa pun sangat penting untuk memastikan kedua orang dalam hubungan berada di halaman yang sama. "Jika Anda yakin trauma masa kecil Anda menambah keterikatan yang tidak sehat pada hubungan, kesulitan mengelola emosi, atau harga diri rendah, maka mungkin akan membantu bagi Anda untuk memproses rasa sakit masa lalu dengan terapis yang berspesialisasi dalam trauma masa kanak-kanak dan PTSD," tambah Amanda Wiegert.

YOUR TANGO

Baca juga: 4 Tanda Mengalami Trauma dari Hubungan Sebelumnya

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Usai Insiden Siswa SD Meninggal Jatuh dari Lantai 4 Sekolah, Disdik DKI akan Pulihkan Kondisi Mental Guru dan Murid

22 jam lalu

SDN Petukangan Utara 06 Pagi di Pesanggrahan, Jakarta Selatan, pada Rabu 27 September 2023. Sehari sebelumnya, satu murid di sekolah ini tewas setelah jatuh dari lantai 4. Tempo/Alifya Salsabila
Usai Insiden Siswa SD Meninggal Jatuh dari Lantai 4 Sekolah, Disdik DKI akan Pulihkan Kondisi Mental Guru dan Murid

Disdik DKI akan melakukan pendampingan pada keluarga korban, guru, dan pelajar yang terdampak psikis akibat kasus siswa SD meninggal itu.


Tips agar Kebal Menghadapi Orang Narsisis

3 hari lalu

Ilustrasi pasangan. Freepik.com/Yanalya
Tips agar Kebal Menghadapi Orang Narsisis

Psikolog mengatakan sikap tegas kita menghadapi orang narsisis seperti vaksin yang akan menghalau virus pembuat sakit.


5 Ciri Sikap Control Freak

5 hari lalu

Ilustrasi bos/atasan. Shutterstock.com
5 Ciri Sikap Control Freak

Orang yang control freak merasa perlu perlu mengoreksi orang lain padahal dirinya yang salah


Cina dan Timor Leste Sepakat Jalin Kerja Sama Strategis

5 hari lalu

Xanana Gusmao. VALENTINO DE SOUSA/AFP/Getty Images
Cina dan Timor Leste Sepakat Jalin Kerja Sama Strategis

Cina dan Timor Leste mencapai kesepakatan untuk memperkuat hubungan bilateral dengan menjalin kerja sama strategis.


Jaga Kehrmonisan dengan Pasangan dengan Kenali Konflik

8 hari lalu

Ilustrasi pasangan bertengkar. Foto: Freepik.com/tirachardz
Jaga Kehrmonisan dengan Pasangan dengan Kenali Konflik

Psikiater mengatakan mengenali konflik lalu jujur pada diri sendiri menjadi langkah awal menjaga keharmonisan hubungan romantis dengan pasangan.


Memahami Monogami Modern, Bukan Sekedar Jumlah Pasangan

11 hari lalu

Ilustrasi pasangan berbincang santai. Foto: Freepik.com/Our-Team
Memahami Monogami Modern, Bukan Sekedar Jumlah Pasangan

Monogami modern bisa diartikan sebagai mengisi lembaran baru dengan orang berbeda, bukan berganti pasangan tapi perubahan dalam diri masing-masing.


Ragam Persoalan yang Bikin Pernikahan Tak Bahagia

12 hari lalu

Ilustrasi bertengkar. Shutterstock
Ragam Persoalan yang Bikin Pernikahan Tak Bahagia

Berbagai masalah sering mempengaruhi hubungan pernikahan. Terapis pun mengungkapkan ancaman-ancaman pada kebahagiaan perkawinan.


Peneliti Ungkap Orang Cenderung Cari Pasangan yang Mirip, dari Segi Apa?

13 hari lalu

Ilustrasi pasangan/Whatsapp
Peneliti Ungkap Orang Cenderung Cari Pasangan yang Mirip, dari Segi Apa?

Banyak yang mengaku memilih pasangan dengan sifat dan kesenangan yang berlawanan tapi penelitian menyebut kebanyakan pasangan memiliki kesamaan.


Komnas HAM ke Rempang, Temukan Selongsong Peluru Gas Air Mata di Atap Sekolah

13 hari lalu

Selongsong peluru gas air mata yang ditemukan Komnas HAM di atas atap SDN 24 Galang, Pulau Rempang, Kota Batam. Foto Istimewa
Komnas HAM ke Rempang, Temukan Selongsong Peluru Gas Air Mata di Atap Sekolah

Meskipun kejadian sudah berlangsung 10 hari yang lalu, Komnas HAM saat berkunjung ke sekolah masih menemukan adanya selongsong peluru gas air mata.


Antara Psikopat dan Narsisis, Apa Saja yang Perlu Diwaspadai?

14 hari lalu

Ilustrasi pasangan posesif/psikopat. Shutterstock
Antara Psikopat dan Narsisis, Apa Saja yang Perlu Diwaspadai?

Apa beda psikopat dengan narsisis dan apa pula yang perlu diwaspadai bila punya pasangan psikopat? Psikolog memberi jawabannya.