TEMPO.CO, Jakarta - Tidak semua yang populer selalu baik untuk setiap orang. Mungkin itu bagus untuk seseorang, tapi belum tentu baik untuk orang lainnya. Begitu juga dengan intermittent fasting. Dalam puasa berselang ini, tubuh menggunakan lemak yang disimpan alih-alih glukosa.
Diet ini menjanjikan penurunan berat badan. Namun hanya sedikit yang mencapai hasil akhir. Mengapa? Itu karena aturan dan tren yang diikuti tidak sesuai dengan seseorang dan orang tersebut tidak dapat memenuhi komitmen yang diperlukan. Perlu diketahui, intermittent fasting teknik penurunan berat badan yang tidak mudah.
Intermittent fasting dilakukan dengan membatasi jendela makan seseorang sehingga memotong kesempatan mendapatkan kalori ekstra. Ide dasarnya adalah meminimalkan masuknya kalori ke dalam tubuh sehingga berat badan turun, dan diet ini dipandang sebagai cara yang paling menjanjikan.
"Para pendukung mengklaim bahwa periode puasa yang diperpanjang (di luar waktu normal antara waktu makan) meningkatkan perbaikan sel, meningkatkan sensitivitas insulin, meningkatkan kadar hormon pertumbuhan manusia, dan mengubah ekspresi, sekaligus mempromosikan umur panjang dan perlindungan penyakit," menurut laporan Harvard Health.
Intermittent fasting cukup sulit dijalani. Tubuh diharuskan melalui banyak puasa sehingga lemak ekstra dibakar. Banyak tubuh beradaptasi dengan bentuk puasa ini, tapi banyak juga yang merasa sulit untuk melakukannya.
Dilansir dari Times of India, inilah beberapa hal yang perlu diwaspadai ketika menjalani intermittent fasting.
1. Makan berlebihan
Pikiran manusia selalu mempersiapkan diri untuk suatu krisis. Jadi, ada kemungkinan ada dorongan biologis untuk makan lebih banyak sebelum periode puasa. Hanya karena harus berpuasa dalam jangka waktu yang lama, orang sering makan lebih dari yang dibutuhkan. Ini sebenarnya mengganggu tujuan keseluruhan mengikuti diet ini karena tubuh tidak bisa memanfaatkan kelebihan lemak tubuh.
2. Mempengaruhi suasana hati
Puasa yang panjang tidak baik untuk suasana hati karena bisa menimbulkan iritabilitas, sakit kepala, lesu, dan kelelahan selama menjalani intermittent fasting. Karena suasana hati yang buruk, lingkungan pribadi dan profesional individu juga dapat terganggu dalam prosesnya.
3. Mempengaruhi orang tua
Orang tua yang berencana menurunkan berat badan harus menghindari diet ini. Di usia tua, orang kehilangan massa otot tanpa lemak. "Saya khawatir Anda akan kehilangan terlalu banyak berat badan, yang dapat mempengaruhi tulang, sistem kekebalan secara keseluruhan, dan tingkat energi," kata ahli diet terdaftar Kathy McManus, direktur Departemen Nutrisi di Brigham and Women's Hospital yang berafiliasi dengan Harvard.
Di usia tua, orang mengalami sejumlah komplikasi kesehatan yang mengharuskan mereka untuk minum obat dan sering makan.
4. Mempengaruhi orang yang sedang berobat
Pakar kesehatan memperingatkan agar tidak melakukan diet ini bagi mereka yang mengonsumsi obat-obatan. "Orang yang perlu minum obat dengan makanan, untuk menghindari mual atau iritasi perut, mungkin tidak akan berhasil menjalani puasa ini. Juga, orang yang minum obat jantung atau tekanan darah mungkin lebih mungkin menderita ketidakseimbangan potasium dan natrium ketika mereka puasa lagi,” kata Suzanne Salamon, kepala asosiasi gerontologi di Beth Israel Deaconess Medical Center yang berafiliasi dengan Harvard.
Orang-orang dengan diabetes juga harus menahan diri dari intermittent fasting karena tubuh mereka membutuhkan makanan dan obat-obatan secara teratur.
Baca juga: 3 Kiat Supaya Diet Efektif Menurunkan Berat Badan
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.