Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mitos, Fakta dan Beberapa Pertanyaan Seputar Selaput Dara

Reporter

Editor

Dwi Arjanto

image-gnews
Ilustrasi vagina. Shutterstock
Ilustrasi vagina. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta Hingga saat ini, banyak orang masih menilai bahwa selaput dara adalah simbol keperawanan.

Padahal, penilaian tersebut tidaklah benar. Sebetulnya apa itu selaput dara?

Melansir laman flo.health, selaput dara adalah jaringan tipis dan elastis yang terletak di bawah lubang vagina. Jaringan ini memiliki ukuran dan bentuk yang berbeda-beda, serta dapat berubah seiring berjalannya waktu.

Selaput dara yang benar-benar menutupi lubang vagina mungkin terlihat seperti cakram tipis atau cincin. Sementara selaput dara yang tidak sepenuhnya menutupi lubang vagina mungkin akan terlihat seperti bulan sabit.

Selaput dara yang normal umumnya memiliki lubang bukaan. Beberapa wanita memiliki lubang bukaan yang kecil, sementara beberapa yang lain memiliki banyak lubang bukaan. Selaput dara juga mungkin memiliki tag kulit, tonjolan, atau takik yang disebut caruncles himen.

Selaput dara sebagian besar terdiri dari jaringan elastis yang dapat bergerak dan meregang saat kulit di sekitar vagina bergerak. Bagian selaput dara yang menempel pada vulva sedikit lebih tebal atau lebih padat daripada lipatan selaput yang bergerak bebas dari permukaan kulit. Bagian membran yang bergerak bebas tidak mengandung serabut saraf, otot, atau sel darah, sehingga tidak mungkin berdarah atau sangat sakit meskipun robek.

Apakah Setiap Wanita Memiliki Selaput Dara?

Dilansir dari Natural Cycles, beberapa wanita dilahirkan dengan selaput dara yang kecil atau tanpa selaput dara sama sekali. Hal ini normal dan tidak membutuhkan perhatian medis.

Banyak orang kerap mengartikan wanita yang selaput daranya rusak atau tidak utuh pasti disebabkan oleh  hubungan seks. Padahal, selaput dara juga bisa rusak karena hal lain, seperti olahraga atau penggunaan produk menstruasi seperti tampon.

Selain itu, pada banyak wanita, selaput dara bisa menipis dari waktu ke waktu tanpa pertanda apapun. Bagi yang lain, robekan mungkin lebih jelas jika selaput dara lebih tebal dan kurang elastis.

“Ini mungkin sama sekali tidak terlihat atau anda mungkin mengalami rasa sakit atau pendarahan setelah pemasangan tampon pertama atau hubungan seks pertama," kata Mary Rosser, direktur divisi untuk obstetri dan ginekologi umum di Montefiore Health System, sebagaimana dikutip dari SELF.

Selaput Dara dan Tes Keperawanan

Pada banyak negara, anak perempuan seringkali dipaksa untuk menjalani tes keperawanan karena berbagai alasan. Di beberapa daerah, tes keperawanan pada korban perkosaan untuk memastikan apakah pemerkosaan terjadi atau tidak juga sudah menjadi praktik yang umum.

Tes ini biasanya dilakukan dengan memeriksa robekan atau ukuran pembukaan selaput dara.

Jika selaput dara seorang anak perempuan robek, maka ia dianggap sudah tidak perawan. Hasil tes ini kemudian dapat mempengaruhi penilaian masyarakat terhadap moral, kehormatan, dan status sosialnya. Padahal, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, selaput dara juga bisa robek karena sebab-sebab lain.

Menurut WHO, sebagaimana dilansir dari laman resminya, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa tes keperawanan dapat membuktikan apakah seseorang telah melakukan hubungan seksual atau belum.

Tes keperawanan dengan memeriksa robekan selaput dara tidak hanya melanggar hak asasi perempuan. Namun dalam kasus perkosaan juga dapat menyebabkan rasa sakit tambahan atau membuat korban kembali trauma.

SITI NUR RAHMAWATI
Baca juga: 7 Mitos Keperawanan, Faktanya Tak Semua Wanita Punya Selaput Dara

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


PBB Rilis Data Korban di Gaza, Apakah Berbeda dari Data Hamas?

2 hari lalu

Petugas menguburkan warga Palestina yang tewas dalam serangan Israel, setelah jenazah mereka dibebaskan oleh Israel, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di kuburan massal di Rafah, di Jalur Gaza selatan, 30 Januari 2024. Lusinan warga Palestina yang tidak diketahui identitasnya dimakamkan di pemakaman massal di Gaza setelah pemerintah Israel menyerahkan jenazah yang mereka simpan di Israel. REUTERS/Mohammed Salem
PBB Rilis Data Korban di Gaza, Apakah Berbeda dari Data Hamas?

Perubahan dalam cara PBB menghitung korban di Gaza telah disebut-sebut sebagai bukti adanya bias.


PBB: Puluhan Ribu Jenazah di Gaza Belum Teridentifikasi

2 hari lalu

Sejumlah warga melakukan salat jenazah pada warga Palestina yang tewas selama serangan militer Israel dan dimakamkan di rumah sakit Nasser, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di Khan Younis di Jalur Gaza selatan, 21 April 2024. REUTERS/Ramadan Abed
PBB: Puluhan Ribu Jenazah di Gaza Belum Teridentifikasi

PBB mengatakan masih ada sekitar 10.000 jenazah di Gaza yang masih harus melalui proses identifikasi.


PBB Klarifikasi Data Kematian di Gaza: Lebih dari 35.000 Korban Jiwa, Tapi..

2 hari lalu

Petugas bekerja memindahkan jenazah warga Palestina yang tewas selama serangan militer Israel dan dimakamkan di rumah sakit Nasser, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di Khan Younis di Jalur Gaza selatan, 21 April 2024. REUTERS/Ramadan Abed
PBB Klarifikasi Data Kematian di Gaza: Lebih dari 35.000 Korban Jiwa, Tapi..

PBB menegaskan bahwa jumlah korban tewas di Jalur Gaza akibat serangan Israel masih lebih dari 35.000 warga Palestina.


153 Orang Tewas akibat Banjir Bandang di Afghanistan

5 hari lalu

Seorang pria berjalan di jalan berlumpur, pasca banjir menyusul hujan lebat, di desa Kar Kar, provinsi Baghlan, Afghanistan 11 Mei 2024. REUTERS/Sayed Hassib
153 Orang Tewas akibat Banjir Bandang di Afghanistan

Korban tewas akibat banjir bandang dahsyat di Afghanistan utara telah meningkat menjadi 153 orang di tiga provinsi


Waspada Heat Wave, Apa Penyebab dan Bahayanya?

8 hari lalu

Waspada Heat Wave, Apa Penyebab dan Bahayanya?

Heat wave atau gelombang panas dapat menyebabkan dampak negatif bagi tubuh dan kulit, seperti heat stroke dan kanker kulit. Apa penyebabnya?


WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

10 hari lalu

Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono  dalam konferensi pers bertajuk Menuju Eliminasi Lemak Trans di Indonesia pada 6 Mei 2024 di Jakarta/Tempo-Mitra Tarigan
WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

Ada banyak dampak buruk konsumsi lemak trans dalam kadar yang berlebih. Salah satu dampak buruknya adalah tingginya penyakit kardiovaskular.


Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

12 hari lalu

Presiden AS Joe Biden besama mantan presiden AS Barack Obama meninggalkan Air Force One di Bandara Internasional John F Kennedy di New York, AS 28 Maret 2024. REUTERS
Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden


Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

13 hari lalu

PM Israel Benyamin Netanyahu dan istrinya, Sara. REUTERS
Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.


WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

13 hari lalu

Warga Palestina menikmati pantai pada hari yang panas, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Rafah, di selatan Jalur Gaza, 24 April 2024. REUTERS/Mohammed Salem
WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.


Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

15 hari lalu

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat ditemui di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (27/2/2024). ANTARA.
Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.