TEMPO.CO, Jakarta - Kehilangan penciuman dan pengecapan merupakan salah satu gejala Covid-19 pada orang dewasa yang sering kali masih dialami saat sudah sembuh. Hal itu menjadi alasan mengapa anak yang sembuh dari infeksi virus corona mengalami penurunan nafsu makan.
Demikian diungkapkan studi oleh para ahli di University of East Anglia and Fifth Sense Inggris, badan amal untuk orang-orang yang terkena gangguan penciuman dan pengecap, seperti dikutip dari Times of India, Jumat, 21 Januari 2022. Para peneliti menemukan bahwa ini bisa menjadi alasan di balik penurunan nafsu makan pada anak-anak.
Menurut studi, anak yang sembuh dari Covid-19 menghindari makanan karena merasa aroma dan rasa yang dikeluarkannya tidak enak. Distorsi bau dan rasa akibat infeksi Covid-19 yang disebabkan oleh virus corona dibuktikan oleh banyak peneliti dan pakar.
Di masa awal pandemi dan gelombang kedua, pasien dilaporkan banyak yang mengalami kehilangan penciuman dan rasa yang berlanjut bahkan setelah infeksi berakhir. Tapi laporan seperti itu belum ditemukan pada gelombang ketiga yang sedang berlangsung, di mana varian Omicron mudah menular.
Profesor Carl Philpott dari University of East Anglia mengatakan, dia telah mulai menemui pasien remaja dengan gangguan seperti itu. "Ini adalah sesuatu yang sampai sekarang belum benar-benar diakui oleh para profesional medis, mereka hanya berpikir anak-anak mengalami sulit makan tanpa menyadari masalah yang mendasarinya," katanya kepada BBC. "Untuk sebagian anak - dan khususnya mereka yang sudah memiliki masalah dengan makanan, atau dengan kondisi lain seperti autisme - itu bisa sangat sulit," katanya.
Lembaga Fifth Sense mengatakan bahwa beberapa orang tua yang anaknya menderita masalah gizi dan berat badan turun hanya karena rewel makan. Studi tersebut menyarankan orang tua mendorong anak-anak untuk mencoba makanan yang lebih lembut.
Sebuah studi juga menunjukkan terjadinya gangguan ini lebih banyak pada orang muda. Studi lain yang diterbitkan di Nature Genetics pada 17 Januari 2022 tentang faktor genetik di balik kelainan ini pada pasien Covid-19, ditemukan bahwa wanita cenderung mengalami ini lebih banyak daripada pria. Mereka yang memiliki gejala ini biasanya lebih muda daripada mereka yang tidak memiliki gejala ini.
Baca juga: Saran Dokter Jika Anak Positif Covid-19
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.