TEMPO.CO, Jakarta - Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah penyebab utama penyakit kardiovaskular. Kondisi ini terjadi ketika tekanan darah terhadap dinding arteri terlalu tinggi. Normalnya, tekanan darah adalah di bawah 120/80 mm Hg, lebih dari itu dianggap berisiko.
Sering kali tekanan darah tinggi dialami tanpa ada tanda atau gejala yang khas. Itu sebabnya, kondisi ini sering disebut sebagai silent killer. Sebab, begitu terkena, risiko serangan jantung dan stroke meningkat.
Tanda tekanan darah tinggi muncul ketika kondisinya sudah bertambah parah. Gejala yang paling umum adalah sakit kepala yang sering tidak tertahankan. Kondisi ini sering muncul bersama dengan mimisan atau keluarnya darah dari hidung, terutama ketika tekanan darah 180/120 mm Hg atau lebih tinggi, menurut American Heart Association atau AHA. Jika terus mengalami sakit kepala dan hidung berdarah, segera hubungi tenaga medis.
Tanda lain yang sering muncul adalah sesak napas. Ini karena tekanan darah tinggi juga bisa terjadi pada pembuluh darah yang memasok paru-paru. Sesak napas bahkan terasa ketika melakukan aktivitas sehari-hari seperti berjalan, mengangkat barang berat, menaiki tangga dan banyak lagi. Ketika kondisinya sudah parah, hipertensi juga bisa membuat penderitanya mengalami kecemasan dan mungkin kehilangan kesadaran jika tidak ditangani tepat waktu.
Meski hipertensi tidak dapat diobati, kondisi ini bisa dikelola dengan melakukan perubahan gaya hidup dan obat-obatan. Menurut AHA, aktivitas fisik adalah kunci untuk menjaga tekanan darah tetap terkendali. Olahraga rutin dapat mempertahankan berat badan yang sehat dan mengurangi tingkat tekanan darah, yang selanjutnya menurunkan risiko terkena penyakit kardiovaskular lainnya.
Selain itu, mengikuti diet yang tepat sangat penting. Batasi asupan gula dan karbohidrat dan perhatikan jumlah kalori yang dikonsumsi. Katakan tidak pada natrium atau garam berlebih dan kurangi makanan olahan untuk mencegah tekanan darah tinggi.
Hipertensi sering dianggap sebagai masalah kesehatan pria, tetapi itu salah. Pria dan wanita berusia 40-an, 50-an, dan 60-an memiliki risiko yang sama untuk mengalami tekanan darah tinggi. Bahkan setelah menopause, wanita sebenarnya memiliki risiko lebih tinggi.
Baca juga: 6 Makanan Sehat untuk Penderita Hipertensi
TIMES OF INDIA