TEMPO.CO, Jakarta - Banyak mitos seputar air susu ibu atau ASI dan menyusui, salah satu yang paling umum adalah olahraga bisa mempengaruhi ASI. Mitos ini mungkin didasarkan pada beberapa penelitian bahwa olahraga berat dapat meningkatkan penumpukan asam laktat dalam tubuh yang masuk ke dalam ASI dan membuatnya terasa pahit dan asin.
“Setelah latihan maksimal, peningkatan yang signifikan dalam konsentrasi asam laktat ditemukan dalam darah pada 5 menit setelah latihan dan ASI pada 10 menit setelah latihan. Meskipun meningkat, konsentrasi asam laktat dari sampel ASI selama 30 menit tidak berbeda secara signifikan dari sampel ASI ibu yang sedang istirahat," kata JP Wallace dan J Rabin dalam penelitiannya yang dimuat di International Journal of Sports Medicine pada 1991.
Namun, pakar nutrisi Kc S. Wright dalam penelitian di 2002 mengatakan bahwa olahraga intensitas sedang atau bahkan tinggi selama menyusui tidak menghalangi penerimaan bayi terhadap ASI yang dikonsumsi satu jam setelah olahraga.
Dokter Manjiri Kaba di India mengatakan, setelah berolahraga pun, kebanyakan bayi juga akan mentolerir ASI dan tidak menolaknya. Jadi, jangan takut berolahraga saat menyusui.
Kaba mengatakan jika dilakukan dalam intensitas sedang, olahraga memiliki manfaat psikologis dan membantu meningkatkan daya tahan kardio-pernapasan, kekuatan otot, dan fleksibilitas ibu baru. Tidak hanya menguntungkannya secara fisik, aktivitas ini juga membantu ibu baru menghadapi depresi pasca-kehamilan.
Hal ini sama pentingnya bagi wanita hamil karena membantu mengatasi rasa sakit dan nyeri yang disebabkan oleh ketidaknyamanan muskuloskeletal. Olahraga meredakan nyeri terkait kehamilan, seperti nyeri punggung bawah, nyeri pinggang dan nyeri panggul. Latihan seperti peregangan membantu otot untuk rileks.
Bentuk latihan lain seperti senam dasar panggul yaitu Kegel; sangat dianjurkan selama kehamilan untuk memudahkan persalinan dan menghindari inkontinensia urin. Olahraga ringan dapat mengontrol berat lahir bayi, juga membantu mengontrol hipertensi dan diabetes yang disebabkan kehamilan.
Bagi wanita hamil, penting memilih jenis olahraga yang tepat dan mengetahui teknik yang benar penting untuk menghindari trauma akibat olahraga. Sebaiknya ibu yang berisiko tinggi menghindari olahraga, termasuk mereka yang berisiko tinggi mengalami persalinan prematur atau mereka yang memiliki kondisi medis yang sudah ada sebelumnya seperti masalah kardiovaskular, tekanan darah tinggi, penyakit paru, atau gangguan kejang.
Baca juga: Olahraga untuk Fungsi Otot Ibu Pasca-Melahirkan
Jika tidak ada kontraindikasi, wanita hamil dan baru melahirkan dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik intensitas sedang secara teratur selama kurang lebih 150 menit per minggu.
Olahraga berlebihan juga tidak dianjurkan setelah melahirkan atau hingga 40 hari setelah lahir. Sebab, tubuh masih dalam proses penyembuhan. Dalam kasus kelahiran caesar, olahraga sebaiknya dilakukan setelah 3 bulan karena fasia perut membutuhkan waktu sekitar 90-120 hari untuk mendapatkan kembali kekuatan tariknya. Namun, tubuh setiap pasien berbeda, konsultasikan kepada dokter sebelum mulai berolahraga.
Beberapa pilihan olahraga untuk wanita baru melahirkan antara lain renang. Air menopang beban dan mengurangi ketegangan pada persendian. Namun, karena akses ke kolam renang dengan air bersih tidak mudah, alternatif seperti berjalan kaki, yoga dan peregangan lebih disarankan. Selain menjaga kebugaran, olahraga yang membantu mengatasi stres juga akan membantu memperlancar ASI.
PINK VILLA | KELLYMOM | WEB MD