TEMPO.CO, Jakarta - Kehilangan orang terkasih merupakan momen terberat bagi banyak orang, termasuk untuk Bunga Citra Lestari atau BCL. Kepergian sang suami Ashraf Sinclair pada 19 Februari 2020 lalu dalam hidup BCL, yang saat ini harus melanjutkan hidup bersama putra semata wayangnya, Noah Sinclair.
Selepas kepergian Ashraf dan bertepatan dengan situasi pandemi, BCL memilih diam di rumah dan absen dari aktivitasnya sebagai penyanyi, termasuk di media sosial. Selama hampir 5 bulan, dia menghabiskan waktunya di rumah, mencoba memahami situasi, berdamai dengan keadaan, dan menemukan kenyamanan dengan menulis untuk mencurahkan segala perasaannya.
Bunga mencurahkan isi hatinya untuk Ashraf di buku harian pemberian suami tercinta. Salah satu tulisannya ia kembangkan menjadi sebuah lagu berjudul 12 Tahun Terindah dengan bantuan Ifa Fachir dan Andi Rianto, sahabatnya yang turut memainkan piano untuk lagu itu.
Lagu 12 Tahun Terindah berisi ungkapan jujur seorang BCL atas kesepian dan kebingungannya menjalani hari tanpa pasangan hidupnya. Lagi itu juga menjadi bagian dari proses healing-nya menghadapi kepergian Ashraf Sinclair.
"Di saat hidup berubah dalam waktu yang begitu cepat, tanpa peringatan, dan mau tidak mau harus tetap dijalani. Dan di momen kehidupan ini juga, saya berusaha melihat lagi tahun-tahun yang sudah saya lewati bersama Ashraf, dan saya merasa bersyukur, karena Tuhan memberikan saya 12 Tahun Terindah bersama Ashraf. Melalui suka dan duka dalam cinta, yang membuat saya percaya kalau cinta itu ada.” ungkap BCL melalui siaran pers kepada Tempo.co, Senin 20 Juli 2020.
Menurut Psikolog Anisa Cahya Ningrum, menulis seperti yang dilakukan BCL bisa membantu seseorang dalam menghadapi masalah psikologis, termasuk ketika kehilangan orang yang dicintai.
"Dengan menulis, kita melakukan katarsis, dimana kita bisa melepaskan segala ketegangan yang ada dalam pikiran dan perasaan, melalui kata-kata. Emosi-emosi yang menekan bisa disalurkan secara sehat, sehingga muncul perasaan lega dan nyaman," ucap Anisa saat dihubungi Tempo.co, Selasa 21 Juli 2020.
Banyak manfaat yang dirasakan ketika Anda melakukan writing for healing atau menulis sebagai penyembuhan luka. Di antaranya ketika memulai menulis, Anda memiliki kesempatan untuk mengenali diri sendiri, merenungkan tentang hal-hal yang pernah dijalani dalam hidup, dan juga tentang harapan yang ingin dicapai di masa yang akan datang. "Kita juga belajar untuk mengasah penilaian diri secara jujur," imbuhnya.
Dengan menulis, Anda belajar untuk menjernihkan pikiran, sehingga cara berpikir dirasakan lebih positif dan adaptif. Ini penting untuk mengatasi respon-respon negatif pada ingatan peristiwa yang traumatis. Selain itu, Anda akan mendapat kesempatan untuk melakukan introspeksi diri, sehingga bisa mengenali diri sendiri secara obyektif.
"Kita tidak perlu menyalahkan diri sendiri, namun sebaliknya, justru bisa menimbulkan perasaan self-love, yang membuat kita nyaman dengan diri kita sendiri. Di sinilah proses healing mulai dirasakan," ujar Anisa.
Efek paling positif yang diharapkan terjadi saat menulis adalah munculnya kepercayaan diri. Jika hal ini bisa dicapai, maka Anda akan menjadi lebih semangat dan bahkan bisa meningkatkan kreativitas dalam berbagai aktivitas.