TEMPO.CO, Jakarta - Selain faktor riwayat keluarga, risiko alergi pada anak bisa meningkat ketika dilahirkan melalui operasi Caesar. Kondisi ini terjadi karena anak tersebut mengalami keterlambatan perkembagan mikrobiota normal di usus.
"Karena kalau dia lahir secara caesar, perkembangan mikrobiota normal di usus akan terlambat, tidak akan optimal sehingga terjadi perubahan pada sistem imun anak dan berisiko timbul di kemudian hari," kata konsultan alergi dan imunologi anak, Prof. Budi Setiabudiawan, dalam virtual gathering, Kamis, 25 Juni 2020.
Baca Juga:
Sementara jika anak lahir melalui proses normal atau melalui vaginal, saluran cernanya lebih optimal sehingga risiko terkena alergi lebih rendah.
"Jadi kalau lahir secara normal lewat vaginal akan terjadi mikrobiotik dalam saluran cerna anak akan lebih optimal sehingga risiko alergi akan lebih rendah," tutur Budi.
Dari riwayat keluarga, jika kedua orang tua memiliki riwayat alergi maka berisiko membuat anak mereka 40-60 persen terkena alergi.
Baca: Terlalu Higienis Membuat Kulit Anak Lebih Rentan Alergi
Risiko akan meningkat menjadi 60-80 persen jika orang tua memiliki manifestasi yang sama.
Bila hanya salah satu orang tua yang memiliki riwayat alergi, maka risiko anak terkena alergi sekitar 20-40 persen. Risiko anak terkena alergi masih tetap ada yakni 5-15 persen bahkan jika orang tua tak memiliki riwayat alergi.
"Apabila dikenali dini, ditangani dini akan optimal tata laksana, sehingga tidak berlanjut ke penyakit seperti eksim, asma, rhinitis alergi. Kalau terlambat diagnosis, akan muncul dampak-dampak disebabkan penyakit alergi, dari sisi kesehatan misalnya meningkatkan risiko penyakit degeneratif seperti obesitas, hipertensi dan sakit jantung," papar Budi.
Faktor risiko lainnya paparan asap rokok, polutan lingkungan, kurangnya paparan sinar matahari, pengenalan makanan padat yang tertunda, defisiensi vitamin D hingga diet rendah n-3 PUFA, antioksidan dan serat.