TEMPO.CO, Jakarta - Dokter spesialis anak sekaligus Ketua Pengurus Pusat IDAI, Aman Bhaktu Pulungan, mengatakan bahwa diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah dan siapapun bisa mengalaminya. Kasus paling banyak terjadi pada anak usia 5 hingga 14 tahun.
Faktor penyebab diabetes tipe 1 tidak terlalu berkaitan erat dengan gaya hidup tidak sehat, seperti halnya diabetes tipe 2, melainkan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kecenderungan genetik, faktor lingkungan, sistem imun yang menurun, dan sel beta pankreas yang peranannya masing-masing terhadap proses diabetes tipe 1 belum diketahui.
Baca juga:
Pentingnya Penderita Diabetes Periksa Gula Darah Setiap Hari
Risiko Hamil di Atas 30 Tahun, Awas Diabetes
Aman mengatakan bahwa jika penyintas diabetes tipe 1 terlambat terdektesi secara dini dapat mengalami komplikasi dan penyakit berat lain, seperti odema otak, serangan jantung, serta koma diabetik, yaitu kehilangan kesadaran karena kadar glukosa pada darah sangat tinggi.
“Sekitar 72 persen di antaranya baru dibawa ketika sudah menderita komplikasi koma diabetik karena orang tua merasa anaknya sehat dan adanya anggapan bahwa anak tidak mungkin terkena diabetes,” ujarnya.
Diagnosis dini, terutama kepedulian orang tua terhadap kondisi anak, sangat penting dilakukan sehingga dapat menurunkan risiko komplikasi pada anak. Beberapa gejala diabetes melitus yang perlu diwaspadai antara lain ketika anak banyak makan dan terus merasa lapar meski baru selesai makan namun berat badan bukannya meningkat malah menurun drastis. Ini terjadi karena ketidakmampuan tubuh menyerap gula darah sehingga jaringan otot dan lemak menyusut.
Selain itu, anak juga akan merasa haus terus menerus sehingga sering minum. Namun, banyaknya cairan yang masuk tidak diimbangi kemampuan penyerapan tubuh terhadap cairan sehingga anak diabetes lebih sering buang air kecil, terutama di malam hari, bahkan sering mengompol.
Ilustrasi anak ngompol. webmd.com
Selain itu, anak juga merasa mudah lelah dan mengalami gangguan emosi karena tubuhnya tidak mampu menyerap gula dari makanan sehingga membuatnya kekurangan energi.
“Tanda darurat lain yang perlu diwaspadai yaitu sesak napas, dehidrasi, syok, dan napas berbau keton. Kalau sudah ada tanda-tanda begini, orang tua harus segera memeriksakan anak dan mengecek kadar gula darahnya,” jelasnya.
Aman menuturkan bahwa anak dengan diabetes tipe 1 harus melakukan pengobatan dan menyuntikan insulin seumur hidup karena tubuhnya sudah tidak lagi mampu memproduksi insulin sebab sistem kekebalan tubuh telah menghancurkan semua sel yang memproduksi insulin di dalam pankreas.
Kasus ini berbeda halnya dengan diabetes tipe 2 yang kadar gula darahnya dapat dikelola dengan perubahan gaya hidup dan obat-obatan sehingga tidak perlu menyuntikan insulin seumur hidup.
“Meski demikian, bukan berarti penderita diabetes tipe 1 tidak bisa hidup layaknya anak normal, mereka juga memiliki harapan untuk menjalani hidup seperti yang diimpikan dengan penuh semangat,” tuturnya.
Selain diabetes tipe 1, anak-anak ternyata memiliki risiko terkena diabetes tipe 2 yang biasanya terdiagnosis pada usia pubertas atau lebih tua. Biasanya, diabetes tipe 2 rentan dialami anak yang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas.
“Selain ditandai denga gejala yang tadi saya jelasnya, anak dengan diabetes tipe 2 memiliki ciri-ciri fisik yang sering ditandai dengan adanya bagian kulit yang menjadi gelap seperti di leher dan ketiak,” ujar Aman.
Untuk menghindari anak dari risiko diabetes, Aman menyarankan agar orang tua mengajarkan metode 5210 kepada anak. Yaitu 5 kali makan buah dan sayur, maksimal duduk selama 2 jam, sisihkan waktu 1 jam untuk berolahraga, dan tidak mengonsumsi gula sama sekali atau 0.
Artikel lain:
8 Akibat Diabetes pada Tubuh dan Cara Menangkalnya
Menu Pemberontakan Sukses Atasi Diabetes
Sementara itu, Cut Putri Ariene, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan mengingatkan pentingnya melakukan kontrol metabolik secara baik sehingga anak dapat tubuh dan berkembang secara optimal.
Kontrol metabolik tersebut dilakukan dengan mengupayakan kadar gula darah berada dalam batas normal tanpa menyebabkan anak kekurangan glukosa dalam darah. Sebab, akan bahaya juga jika anak kekurangan glukosa.