TEMPO.CO, Jakarta - Sebagai generasi milenial yang lahir sekitar tahun 90-an hingga 2000-an, generasi ini memiliki banyak keunikan yang tidak dimiliki oleh generasi lain. Salah satunya disebabkan oleh perkembangan teknologi yang begitu pesat, termasuk hadirnya internet. Perkembangan dunia digital tersebut ternyata sangat berpengaruh terhadap generasi milenial.
Informasi yang membanjiri setiap waktu, hingga koneksi antarmanusia yang seolah tanpa batas, membuat para milenial lebih mudah berkembang dan lebih kreatif. Untuk menjadi generasi milenial yang lebih baik, ada tiga hal yang ternyata harus dibuang jauh-jauh dari keseharian.
Baca juga:
Generasi Milenial Senang Berganti Pekerjaan, Ini yang Dicari
Alasan Generasi Milenial Lebih Suka Belanja secara Nontunai
Makan Sendiri Berteman Gawai, Ciri Generasi Milenial
Milenial, Gajinya Paling Rendah Dibanding Generasi Sebelumnya?
#Acuh
Generasi milenial diharapkan dapat menjadi agen perubahan. Oleh sebab itu, sikap acuh atau masa bodoh jauh dari citra seorang milenial. Kita harus cepat tanggap dengan kondisi sekitar.
Lebih peduli dengan lingkungan sekitar sekaligus berinovasi untuk mengatasi masalah-masalah di lingkungan. Intinya, menjadi anak milenial adalah menjadi seseorang yang lantang bersuara dan sigap bertindak, tentunya untuk hal-hal yang positif.
#Individualis
Kolaboratif adalah syarat mutlak untuk menjadi anak milenial seutuhnya. Kita tak mungkin mengerjakan sesuatu sendiri. Selain itu, pekerjaan yang dilakukan bersama-sama atau dipikirkan oleh lebih dari satu kepala biasanya akan menghasilkan sesuatu yang baik.
Caranya mungkin adalah dengan terbiasa melakukan proyek berkelompok dengan teman-teman dekat. Selain itu, kita juga bisa bergabung dengan komunitas yang kegiatannya sesuai dengan kegemaran untuk mengembangkan diri.
#Kurang update
Peduli terhadap isu-isu terkini, termasuk selalu update dengan perkembangan berita dan masalah-masalah sosial dan lingkungan adalah kunci menjadi anak milenial. Kita dituntut untuk selalu terhubung dengan dunia yang lebih luas.
Selain itu, kemampuan memilah berita atau informasi sehingga tak terjebak dalam hoax adalah kemampuan yang penting. Jangan sampai tersisih dari pergaulan akibat kurang update informasi atau sering menyebarkan berita bohong alias hoax.