TEMPO.CO, Jakarta - Setiap daerah di Indonesia memiliki motif batik dengan filosofi yang berbeda-beda. Meski begitu, tidak semua orang memahami makna dari berbagai motif batik. Pasalnya ada beberapa motif batik yang lebih memiliki nilai sakral sehingga kurang tepat apabila digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Namun, banyak juga motif yang umum untuk aktivitas sehari-hari.
Baca juga: Hari Batik Nasional, Ada Boneka Barbie Cantik Berbatik
Creative Director Iwan Tirta Private Collection Era Soekamto mengatakan akan lebih bagus apabila mengenakan batik dengan mengetahui makna dari motif batik yang dipakainya. "Kita itu sekarang kebiasaan melihat visualnya saja. Tapi enggak pernah mengerti tentang batik itu apa dan artinya apa," kata Era di Jakarta beberapa waktu lalu.
Ilustrasi baju batik. Shutterstock
Tanpa memahami motif itu, alhasil banyak orang yang menggunakan busana dengan motif batik di tempat apapun waktu yang salah. Misalnya saja, pemakaian batik motif parang. Aturannya, motif batik parang biasanya digunakan ketika acara keraton, atau hanya digunakan oleh raja. Era mengingatkan sebaiknya motif parang tidak digunakan untuk acara pernikahan.
Menurutnya, awalnya batik adalah seni sakral sehingga beberapa makna di balik motif batik. Era mencontohkan banyak yang salah menilai motif batik. Misalnya sejumlah sumber di internet banyak menyebutkan batik kawung terinspirasi dari kolang-kaling. Padahal, motif tersebut punya makna yang lebih mendalam. Kawung adalah motif geometri sakral yang memiliki makna cahaya. "Banyak di internet motif kawung terinspirasi dari kolang-kaling. Padahal sacred geometry. Kawung bukan hanya kolang-kaling," katanya.