TEMPO.CO, Jakarta - Ada banyak jenis masalah sakit kepala, mulai dari pusing, nyeri, hingga migrain. Penyebabnya pun banyak, termasuk migrain.
Sejumlah faktor, seperti gaya hidup, pola makan, dan ketidakseimbangan hormon berperan besar dalam seberapa sering Anda terserang migrain.
Penderita migrain bisa merasa benar-benar kelelahan akibat sering sakit berdenyut di satu atau kedua sisi kepala. Dalam kasus ekstrem, penderita juga mengalami mual, muntah, kepekaan terhadap suara dan cahaya, hingga tekanan pada mata.
Artikel lain:
Sering Mengalami Migrain Ini 5 Cara Mengatasi Migrain
5 Mitos dan Fakta tentang Migrain
Berat Badan Berkaitan dengan Risiko Terserang Migrain
Gejala Migrain yang Sering Ditafsirkan Sakit Kepala Biasa
Menurut sebuah studi dari Pusat Kesehatan Akademis Universitas Cincinnati di Amerika Serikat pada 2016, mengkonsumsi makanan olahan tinggi nitrat atau monosodium glutamat (MSG) dan alkohol berlebihan dapat memicu migrain.
Dr. Shruti Sharma, konselor bariatrik dan ahli gizi dari rumah sakit Jaypee di India, mengatakan migrain adalah gangguan umum pada orang dewasa serta anak-anak dan kebanyakan dialami wanita.
"Denyut di kepala, yang berkisar dari intensitas sedang hingga berat, adalah manifestasi umum dari migrain. Ini adalah gangguan sakit kepala kronis yang ditandai dengan serangan berulang yang berlangsung selama 4 hingga 72 jam dengan kualitas denyut, intensitas sedang atau berat, diperparah oleh aktivitas fisik rutin dan terkait dengan mual, muntah, fotofobia, atau fonofobia," paparnya.
“Stres, tidur dan faktor lingkungan adalah faktor pemicu yang penting pada wanita dan berbeda secara signifikan dari faktor pria," tambah Sharma.
Banyak wanita mengalami migrain tepat sebelum atau bahkan selama menstruasi. Beberapa juga melaporkan migrain yang dsebabkan oleh hormon selama kehamilan atau menopause.
"Ini disebabkan karena perubahan kadar estrogen pada wanita," tutur Sharma.
Sementara itu, konsultan pengobatan internal dari rumah sakit Fortis di India, Dr. Joydeep Ghosh menuturkan kadar stres yang berlebihan, tekanan kerja, kehidupan malam, kurang tidur, jauh lebih dominan di perkotaan dan menghasilkan peningkatan kasus migrain pada populasi di kota. Demikian seperti dilansir Indian Express.