TEMPO.CO, Jakarta - Kemudahan berbelanja saat ini membuat perilaku belanja masyarakat kian menggila. Ada bazar buku yang dibuka 24 jam dan pengunjung tidak pernah sepi dan diskon sepatu sampai dengan 90 persen yang menyebabkan pintu pembatas jebol karena pengunjung tak terbendung.
Ketika travel fair digelar, antrean pengunjung sudah dimulai sejak dini hari. Padahal tidak sedikit pengunjung bazar belanja secara impulsif, hanya karena penasaran, terbawa eforia, atau terpengaruh iklan, yang tadinya tidak niat beli jadi memborong.
Belanja impulsif diartikan sebagai perilaku membeli sesuatu tanpa perencanaan. Keputusan membeli barang dilakukan seketika saat melihat sebuah barang, terkadang tanpa diketahui pula manfaat barang yang dibeli, sering juga disebut “lapar mata”.
Menurut psikolog Anna Margareta Dauhan dari Pusat Informasi dan Rumah Konsultasi Tiga Generasi, “Pada umumnya orang yang berbelanja secara impulsif adalah mereka yang belanja untuk bersenang-senang, bukan karena memerlukan barang tersebu. Karena kegiatan ini menimbulkan kesenangan, maka perilaku ini akan diulang jika ada kesempatan."
Dan ternyata, perilaku belanja impulsif lebih banyak dilakukan wanita.
Baca Juga:
“Salah satu alasannya, karena pria biasanya lebih menggunakan pendekatan utilitarianisme. Mereka belanja untuk mendapatkan sesuatu sementara wanita berbelanja karena faktor kesenangan atau hedonisme. Di sini emosi sangat berpengaruh, wanita belanja karena kegiatan itu memberi perasaan senang,” jelas Anna.
Baca juga:
Di Toko Ini, Ibu Bisa Pakai Barang Dulu Sebelum Membeli
Tas Selena Gomez Sudah Ada di Indonesia, Berapa Harganya?
Peralatan Elektronik di Rumah Bolak Balik Rusak, Apa yang Salah