TEMPO.CO, Jakarta - Andien mengaku panik ketika mengetahui dia sedang hamil. Musababnya, Andien pesimistis bisa jadi ibu yang sempurna untuk buah hatinya. "Saya khawatir bagaimana peran saya ke depannya, bagaimana saya menjalankannya. Saya menangis waktu itu, sepertinya saya enggak bakat jadi ibu, enggak bisa ngurus anak," tutur Andien saat ditemui di JCC Senayan, Jakarta Pusat, Kamis, 5 Oktober 2017.
Baca juga:
Cara Andien Kenalkan Anaknya ke Alam
Andien Ajak Putranya BLW, Lucu dan Menggemaskan
Andien Sadar Golden Age Anak, Apa yang Dia Lakukan kepada Kawa
Seiring berjalannya waktu, kekhawatiran Andien sama sekali tidak terbukti. Andien melewati sebuah proses di mana dia terbentuk menjadi ibu yang terampil. Andien juga belajar cepat dari bidan yang membantu proses bersalin selama tiga hari. "Waktu Kawa lahir, kami enggak tahu apa-apa. Bidan menginap selama tiga hari untuk mengajarkan kami," ucap Andien.
Di masa-masa awal menjadi ibu, Andien mengaku kerap berselisih dengan suaminya, Irfan Wahyudi. Misalnya ketika menentukan pola asuh yang harus diterapkan kepada anak mereka, Anaku Askara Biru atau Kawa. "Masalah bukannya enggak ada, tapi kami berusaha bekerja sama. Kami terus berjalan sama Kawa," ujar Andien.
andieBusana Lebaran 2017 Andien Aisyah. Instagram
Lagi pula, Andien percaya akan hubungan batin antara orang tua dan anak. Andien berbagi cerita bagaimana hubungan ayah dan ibu sangat mempengaruhi kondisi anak. Menurut dia, anak bisa dengan cepat merasakan suasana hati orang tua mereka. "Saya memang baru punya anak. Tapi saya mendengar cerita anak tetap mendengar orang tuanya berdebat meski anak tersebut sedang tidur," ujarnya.
Pengalaman yang sama juga dirasakan Andien. Dia mengatakan emosi orang tua akan mengalir ke anak karena orang tua dan anak memiliki bounding. "Setiap aku down, anakku pasti nangis. Padahal itu hanya perasaan dan saya belum meluapkan kemarahan. Tapi energi negatif itu tetap tertangkap oleh anak," katanya.