Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Hari Batik Nasional, Kenapa Anak Muda Tak Berminat Jadi Pembatik?

Reporter

Editor

Rini Kustiani

image-gnews
Seorang perajin mewarnai kain batik khas Betawi menggunakan canting di kawasan Terogong, Cilandak, Jakarta, 8 September 2017. Langkanya minat pembatik ini mendorong minat Siti Laela untuk mendirikan sanggar yang memproduksi batik Betawi sekaligus menjadi
Seorang perajin mewarnai kain batik khas Betawi menggunakan canting di kawasan Terogong, Cilandak, Jakarta, 8 September 2017. Langkanya minat pembatik ini mendorong minat Siti Laela untuk mendirikan sanggar yang memproduksi batik Betawi sekaligus menjadi
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Batik Indonesia telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO. Mesk begitu, masih sedikit generasi muda yang mau meneruskan pekerjaan membatik. Usia rata-rata pembatik kini di atas 50 tahun. Bahkan, di sejumlah desa, di atas 65 tahun.

Jumlah pembatik juga tak kalah menyedihkan. Peneliti batik, William Kwan, mengatakan pembatik motif Djarot Asem, yang sekilas mirip batik Yogyakarta dan Solo (batik Sogan), tinggal dua orang. Sedangkan pembatik Sogan hanya 10-15 orang. "Dan usianya paling muda 65 tahun," katanya.

Baca juga:
Hari Batik Nasional, Dicari Generasi Pembatik
Hari Batik Nasional, Motif Batik Jadi Sandi Perang Diponegoro
Hari Batik Nasional,Ada Motif Batik Happy Djarot dan Veronica Tan

William mengungkapkan, pekerjaan membatik belum berhasil menarik minat generasi muda. Penyebabnya, antara lain, rendahnya harga jual batik tulis. Padahal proses pembuatan selembar batik tulis bisa memakan waktu berbulan-bulan. Itu masih ditambah dengan waktu tunggu sekitar enam bulan hingga kain terjual. "Harga di bawah Rp 500 ribu tidak pantas untuk selembar batik tulis," tuturnya. Dia beralasan, upah minimum regional tenaga kerja di Batang saat ini saja sudah senilai Rp 1,6 juta per bulan. Upah itu berlaku pula di perusahaan garmen atau sektor modern lainnya.

Persoalan itulah yang menjadi tantangan bagi William dan anggota komunitas Batik Redaya, yang bergerak di bidang pelestarian dan pengembangan batik. Komunitas ini beranggotakan profesional batik. "Kami melakukan revitalisasi di Batang dalam dua tahun terakhir ini," dia mengungkapkan.

Menurut William, anggota komunitas Batik Redaya melakukan pendampingan di Desa Kalipucang Wetan, di pinggiran Kota Batang, yang dikenal sebagai daerah tempat tinggal komunitas Islam Rifa’iyah. Di desa ini didirikan Kelompok Usaha Bersama Tunas Cahaya, yang bekerja membantu generasi muda pembatik.

Ketua Kelompok Perajin Batik Rifa’iyah, Miftahutin, menuturkan tradisi membatik sudah ada di Kalipucang sejak ratusan tahun silam. Kendati tradisi tersebut masih bertahan, kata dia, hanya segelintir anak muda yang mau membatik. "Jumlahnya tidak lebih dari lima orang. Mereka lebih tertarik terjun ke dunia yang cepat mendatangkan uang," kata Miftah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Total sekarang terdapat 140 warga Kalipucang yang masih teguh meneruskan budaya membatik. Sebanyak 86 orang di antaranya menjadikan batik sebagai pekerjaan. Sisanya menganggap membatik hanya sebagai pekerjaan sampingan.

William berujar, pada 2006 Batik Redaya telah merevitalisasi batik Lasem dengan mendirikan Kelompok Usaha Bersama Srikandi Jeruk, di Desa Jeruk, Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang. Perempuan di desa itu secara turun-temurun bekerja sebagai pembatik untuk menambah penghasilan keluarga. Mereka bekerja di rumah masing-masing atau di rumah juragan batik di Lasem dan desa-desa sekitarnya. Saat ini sudah terdapat tiga orang anggota Srikandi Jeruk yang aktif dalam usaha batik.

Warga Desa Karas Kepoh, Kecamatan Pancur, Temok, 59 tahun, mengaku sudah lebih dari 40 tahun bekerja sebagai perajin batik. Perempuan itu mengatakan belum akan pensiun sebagai perajin. Sebab, dengan membatik, ia bisa menyekolahkan kedua anaknya. Temok juga berharap generasi muda mau meneruskan tradisi membatik. "Membatik itu pekerjaan seni. Harus dilakukan dengan perasaan, tidak boleh buru-buru," ucapnya.

Selain mengajak anak muda membatik, William meminta para pembatik yang telah berusia lanjut di Batang dan Lasem untuk melukiskan kembali motif-motif yang pernah dibuat sepanjang kariernya. Hasilnya, seorang pembatik mampu mengingat dan melukiskan 49 motif yang telah dikerjakannya selama ini. "Ini adalah upaya kami agar motif batik bisa lestari," kata dia, seraya menunjukkan kain dengan 49 motif.

William juga mengimbau pedagang batik agar menjual kain dengan harga yang layak. "Kalau murah ya murah, jangan dimahal-mahalin. Demikian pula sebaliknya. Harus ada keadilan untuk semua pelaku," dia mengungkapkan.

MUHAMMAD IRSYAM FAIZ | SUJATMIKO | MARTHA WARTA SILABAN

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tips agar Batik Digemari Gen Z dan Alpha

2 hari lalu

Ilustrasi kain batik. TEMPO/M Taufan Rengganis
Tips agar Batik Digemari Gen Z dan Alpha

Berbicara batik dengan anak-anak generasi muda tidak mudah. Tapi ada tips dan trik pendekatannya. Berikut caranya.


Penampilan Sederhana Paus Fransiskus Dipuji Perancang Busana Adrie Basuki

3 hari lalu

Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik, Paus Fransiskus saat menyapa umat katolik di Gereja Katedral Jakarta, Rabu, 4 September 2024. Paus akan bertemu dengan para uskup, imam, diakon, biarawan-biarawati, seminaris, dan katekis di Gereja Maria Diangkat ke Surga, Gereja Katerdral.  TEMPO/Subekti.
Penampilan Sederhana Paus Fransiskus Dipuji Perancang Busana Adrie Basuki

Perancang busana Adrie Basuki memuji gaya busana Paus Fransiskus yang dinilai menampilkan kesederhanaan namun autentik.


Tips Perawatan Kain Batik dari Kolektor agar Kualitas Terjaga

7 hari lalu

Ilustrasi kain batik. TEMPO/M Taufan Rengganis
Tips Perawatan Kain Batik dari Kolektor agar Kualitas Terjaga

Perawatan kain batik dengan benar sangat krusial untuk memastikan keindahan dan kualitasnya tetap terjaga. Berikut saran kolektor dan seniman batik.


Batik Tanah Liek Padang Dikagumi di Kriyanusa 2024

9 hari lalu

Perancang Busana Didiet Maulana bersama Penjabat Ketua Dekranasda Kota Padang Vanny Andree Algamar di Pameran Kriyanusa 2024  di JCC, Jakarta,  Rabu 28 Agustus 2024. Dok. Pemkot Padang
Batik Tanah Liek Padang Dikagumi di Kriyanusa 2024

Batik Tanah Liek dari Sumatera Barat mencuri perhatian desainer ternama Indonesia, Didiet Maulana di pameran Kriyanusa 2024


Omzet Jogja Fashion Week 2024 Miliaran Rupiah, Barang Apa Paling Banyak Diburu?

12 hari lalu

Pengunjung Jogja Fashion Week 2024 di JEC. Tempo/Pribadi Wicaksono
Omzet Jogja Fashion Week 2024 Miliaran Rupiah, Barang Apa Paling Banyak Diburu?

Jogja Fashion Week menampilkan aneka brand dari pakaian anak sampai dewasa, dari baju kain tradisional hingga baju modern.


Spot Weekend Menarik, Jogja Fashion Week 2024 Digelar Lebih Semarak

15 hari lalu

Perhelatan menyambut Jogja Fashion Week 2024 Kamis (2/5). Tempo/Pribadi Wicaksono
Spot Weekend Menarik, Jogja Fashion Week 2024 Digelar Lebih Semarak

Wisatawan yang akhir pekan ini berkunjung ke Yogyakarta, kunjungi Jogja Fashion Week di JEC Yogyakarta.


Kenalkan Indonesia Melalui Bangku Taman Batik di Iowa

20 hari lalu

Nadhif Seto Sanubari dan istrinya, Madison Beauchamp Sanubari. Keduanya menggambar bangku taman gunakan pola Batik Kawung/Dok Pribadi Nadhif.
Kenalkan Indonesia Melalui Bangku Taman Batik di Iowa

Bangku taman bermotif Batik Kawung di salah satu ruang terbuka hijau di, Iowa, Amerika Serikat.


Batik Solo Berpotensi Angkat Martabat Negara di Dunia

25 hari lalu

Guru Besar ITB, Tutuka Ariadji (kanan) memberikan buku karyanya berjudul Negara Bermartabat: Konsep Politik Teknologi Berkelanjutan kepada Pimpinan Pura Mangkunegaran Solo, KGPAA Mangkunegara X saat peluncuran buku itu di Kota Solo, Jawa Tengah, Senin, 12 Agustus 2024. Tempo/SEPTHIA RYANTHIE
Batik Solo Berpotensi Angkat Martabat Negara di Dunia

Batik Solo dinilai memiliki kekuatan besar untuk diangkat dengan teknologi sehingga mampu menembus kancah internasional.


Jogja Fashion Trend 2024: Menjadi Pusat Mode Etnik Nusantara dengan Tema "INSPECTRE"

25 hari lalu

Jogja Fashion Trend 2024
Jogja Fashion Trend 2024: Menjadi Pusat Mode Etnik Nusantara dengan Tema "INSPECTRE"

Jogja Fashion Trend 2024 diikuti oleh desainer dari seluruh penjuru Indonesia, dari Jawa hingga Kalimantan, Kepulauan Riau, dan Sumatera.


Tiga Desainer Australia Mulai Jalani Bootcamp Demi Ciptakan Batik Gaya Baru Jogja Fashion Week 2024

26 hari lalu

Sejumlah desainer asal Victoria, Australia tiba di Yogyakarta, Minggu 11 Agustus 2024,  untuk mulai bootcamp dalam persiapan Jogja Fashion Week 2024 yang mulai digelar 23 Agustus 2024 mendatang.  TEMPO/Pribadi Wicaksono
Tiga Desainer Australia Mulai Jalani Bootcamp Demi Ciptakan Batik Gaya Baru Jogja Fashion Week 2024

Pemerintah DIY mendatangkan tiga desainer muda kenamaan asal Victoria, Australia untuk menjalani program bootcamp atau karantina selama dua pekan