Imunisasi Measles Rubella, Simak Penjelasan Kementerian Kesehatan

Reporter

Editor

Rini Kustiani

Kamis, 24 Agustus 2017 23:02 WIB

Sejumlah pelajar berpose, memperlihatkan lengannya usai mendapatkan Imunisasi Campak di sekolah dasar negeri 03 Karanganyar, Sukoharjo, Jawa Tengah, 3 Agustus 2017. Pemerintah lewat Kementerian Kesehatan secara serentak melakukan Kampanye dan pemberian imunisasi MR kepada anak usia sembilan bulan hingga 15 tahun sebagai komitmen global untuk membasmi virus campak rubella yang bisa memicu kecacatan dan kematian pada anak. Tempo/Bram Selo Agung

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah mencanangkan kampanye imunisasi vaksin campak dan rubela atau measles and rubella ( MR ). Vaksinasi tahap pertama dilakukan serentak di Pulau Jawa pada Agustus-September 2017. Setiap anak yang berada di rentang usia 9 bulan sampai 14 tahun diberikan imunisasi gratis. Baca: Jangan Remehkan Imunisasi Campak dan Rubella, Bisa Cacat

Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan, dokter Eni Gustina, mengatakan pemberian imunisasi campak dan rubela menyusul tingginya angka kecacatan anak-anak di Tanah Air. Berdasarkan data hasil kegiatan surveilans kelainan bawaan di 28 rumah sakit di Indonesia pada 2016, angka kecacatan itu sebesar 7 persen.

Menurut Eni, kelainan bawaan yang disebabkan virus rubela adalah kebutaan, katarak, dan tuli. Bahkan dokter spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan menemukan tingkat kesulitan yang tinggi dalam menyembuhkan pasien yang tuli karena terkena virus rubela. "Angkanya tinggi sekali," kata Eni.

Harapannya, dia menuturkan, vaksinasi ini menjadi salah satu langkah pencegahan dini pada masa mendatang ketika anak-anak menjadi dewasa. "Jadi, kalau usia anak yang divaksin itu sekarang 14 tahun, ketika dia hamil 10 tahun kemudian, tidak melahirkan bayi yang cacat," ujarnya. Baca juga: Bunda, Jangan Lupa Imunisasi Measles Rubella Bulan Depan

Eni mengatakan, pada bulan pertama kampanye, vaksinasi dilakukan di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Dilanjutkan pada September kepada ibu hamil di posyandu dan puskesmas. Vaksin ini diberikan kepada ibu-ibu yang usia kehamilannya kurang dari 12 pekan. Kemudian, pada tahap kedua, vaksinasi diadakan pada Agustus-September 2018 di luar Jawa. Secara nasional, sasaran imunisasi adalah 34,9 juta anak.

Ia meminta masyarakat mendukung program pemerintah agar Indonesia bebas dari virus campak dan rubela. "Kampanye ini tidak bisa dilakukan lokal, tapi harus menyeluruh agar virus itu tidak beredar lagi," kata dia.

Menurut Eni, untuk mengantisipasi penolakan karena alasan agama, kepala daerah juga sudah turun ke komunitas muslim. Ditambah lagi dengan telah adanya Fatwa Majelis Ulama Indonesia yang menyatakan bahwa vaksin tersebut bebas dari kandungan benda haram. "Dan semua agama tentu menyatakan bayi harus dilahirkan dengan sehat," dia mengimbuhkan. Artikel terkait: Penelitian: Vaksin Menyelamatkan Nyawa, Masih Ragu?

Ia mengakui, karena vaksin itu terbuat dari virus rubela yang dilemahkan, maka ketika dimasukkan ke dalam tubuh anak, ada efek penolakan sementara. "Efeknya demam karena ada benda hidup dimasukkan ke dalamnya."

Selanjutnya: Apakah vaksin MR mengandung minyak babi?
<!--more-->
Dokter spesialis penyakit dalam dan endokrin Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Dante Saksono, memastikan vaksin MR tidak mengandung minyak babi. "Kandungan vaksin itu halal, tidak ada yang haram," kata Dante saat ditemui Tempo di ruang kerjanya.

Vaksin, kata dia, adalah struktur seperti virus yang dilemahkan yang bisa memicu antibodi spesifik. Dengan demikian, pemberian vaksin campak dan rubela dapat mencegah penyakit-penyakit berimplikasi tinggi. "Manfaatnya besar. Kalau tidak mau karena alasan yang tidak jelas, harus ditepis," dia menegaskan.

Ia menyebutkan ada sebuah studi yang menyebutkan 1 dari 3.000 kasus virus rubela bisa menyebabkan penyakit radang otak alias meningitis. "Rubela juga bisa menyebabkan gangguan pembekuan pembuluh darah," kata dia. Simak: Takut Haram, 8 Sekolah di Yogya Menolak Ikut Imunisasi

Sedangkan virus rubela yang menyerang ibu hamil berisiko membawa cacat bawaan pada bayi. "Namanya congenital rubella syndrome atau disebut cacat lahir," ucapnya. Virus rubela juga bisa menyebabkan bayi cacat mental, katarak, tuli, atau kelainan jantung bawaan. Dante mengatakan pemberian vaksin pada ibu hamil dilakukan sebelum usia kandungan 11 pekan. Pemberian pada masa tersebut mengurangi risiko cacat lahir hingga 90 persen.

Berdasarkan siaran pers yang diterima Tempo pada awal Agustus lalu, pemerintah menargetkan cakupan imunisasi MR minimal 95 persen dari total anak sasaran. Targetnya adalah eliminasi campak dan pengendalian rubela serta cacat bawaan akibat rubela tercapai pada 2020. Saat ini baru 0,05 persen anak Indonesia yang mendapat imunisasi MR. Idealnya, lebih dari 95 persen, bahkan 100 persen.

Imunisasi telah memberikan perlindungan terhadap delapan penyakit, yaitu tuberkulosis, campak, difteri, batuk rejan, tetanus, polio, hepatitis B, dan Haemophilus influenzae. Adapun pada masa lalu, imunisasi berhasil mewujudkan Indonesia bebas dari penyakit cacar, polio, dan tetanus. Artikel lainnya: Kisah Vaksin yang Konon Penyebab Autisme

PITO AGUSTIN RUDIANA | DESTRIANITA | MARTHA WARTA SILABAN

Berita terkait

Kenali Gejala Imunodefisiensi yang Mengganggu Kesehatan Anak

1 hari lalu

Kenali Gejala Imunodefisiensi yang Mengganggu Kesehatan Anak

Masyarakat diminta mewaspadai imunodefisiensi pada anak bila ditemui gejala berikut. Simak penjelasan pakar kesehatan anak.

Baca Selengkapnya

Cegah Komplikasi Penyakit pada Anak dengan Imunisasi

41 hari lalu

Cegah Komplikasi Penyakit pada Anak dengan Imunisasi

Imunisasi dapat membantu menghindarkan anak dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dan menyebabkan komplikasi.

Baca Selengkapnya

3 Fokus Penting Upaya Cegah Risiko Penyakit pada Anak

59 hari lalu

3 Fokus Penting Upaya Cegah Risiko Penyakit pada Anak

Ada tiga hal yang perlu menjadi perhatian untuk mengurangi risiko penyakit pada anak Indonesia. Apa saja?

Baca Selengkapnya

5 Tips Ajak Anak agar Berani Ikut Imunisasi

28 Februari 2024

5 Tips Ajak Anak agar Berani Ikut Imunisasi

Orangtua perlu untuk mengedukasi anaknya bahwa pemberian imunisasi oleh tenaga kesehatan tidaklah semenakutkan bayangannya.

Baca Selengkapnya

Jenis-jenis Imunisasi yang Harus Diberikan kepada Anak Usia di Bawah 1 tahun

28 Februari 2024

Jenis-jenis Imunisasi yang Harus Diberikan kepada Anak Usia di Bawah 1 tahun

Pemberian imunisasi bisa dilakukan saat anak baru lahir hingga berusia 12 bulan.

Baca Selengkapnya

Jangan Cemas, Vaksin Tidak Sebabkan Autisme pada Anak

23 Februari 2024

Jangan Cemas, Vaksin Tidak Sebabkan Autisme pada Anak

Rumor vaksin dapat menyebabkan autisme pada anak tidak benar adanya. Dokter anak beri penjelasan.

Baca Selengkapnya

90 Persen Kasus Diare Bayi dan Anak Disebabkan Rotavirus

22 Februari 2024

90 Persen Kasus Diare Bayi dan Anak Disebabkan Rotavirus

Rotavirus adalah penyebab terbanyak kasus diare pada bayi dan anak berusia di bawah 2 tahun, yaitu sebanyak 90 persen.

Baca Selengkapnya

Jangan Khawatir bila Ketinggalan Jadwal Imunisasi, Nakes Siap Beri Solusi

12 Januari 2024

Jangan Khawatir bila Ketinggalan Jadwal Imunisasi, Nakes Siap Beri Solusi

Pakar mengatakan orang tua tidak perlu khawatir bila ketinggalan jadwal imunisasi karena tenaga kesehatan ada solusinya.

Baca Selengkapnya

Lindungi Anak dari Pneumonia dengan Vitamin A

11 Januari 2024

Lindungi Anak dari Pneumonia dengan Vitamin A

Pakar mengatakan pemberian vitamin A dapat membantu melindungi ana dari penyakit pernapasan seperti pneumonia, selain ASI dan imunisasi.

Baca Selengkapnya

Biaya Vaksinasi Covid-19 Sudah Bertarif, Tapi Belum Ada Kepastian Harganya dan Masih Ada yang Gratis

9 Januari 2024

Biaya Vaksinasi Covid-19 Sudah Bertarif, Tapi Belum Ada Kepastian Harganya dan Masih Ada yang Gratis

Mulai 1 Januari 2024, biaya vaksinasi Covid-19 tak lagi gratis. Vaksin bisa didapatkan secara gratis jika termasuk golongan rentan. Ini penjelasannya

Baca Selengkapnya